Suara.com - Bagi penggemar olahraga lari, maraton jadi salah satu pencapaian. Tapi bagi pelari maraton pemula yang baru melakukannya, bisa jadi tantangan besar.
Sebelum mengikuti maraton, pelari disyaratkan minimal sudah berlari sejak 1 tahun, mampu lari 24 hingga 40 kilometer per minggu, pernah mengikuti kompetisi lari 5 kilometer, 10 kilometer, atau 21 kilometer dan sudah berlatih minimal 18 minggu.
"Mengingat maraton merupakan tantangan berat, maka sangatlah penting untuk memastikan bahwa Anda telah siap, baik secara fisik maupun mental," ujar Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, Sport Medicine Injury Recovery Center, RS Pondok Indah, dr. Grace Joselini Corlesa, melalui keterangan yang diterima suara.com, Selasa (20/9/2022).
Berikut ini 5 cara mengikuti lari maraton untuk pemula, menurut dr. Grace sebagai berikut:
1. Medical Check-up
Pastikan Anda sudah memeriksakan kondisi kesehatan sebelum memulai olahraga apapun, terutama kondisi kesehatan jantung.
Disarankan segera konsultasi ke dokter bila mengalami nyeri dada, sesak napas, atau kelelahan berlebihan saat berolahraga. Tiba-tiba pingsan atau pusing hingga kehilangan keseimbangan, dan tekanan darah tinggi.
2. Rencana Latihan Maraton
Pelari pemula dapat memulai di hari libur sejauh 5 hingga 8 kilometer. Sementara pelari yang sudah tingkat lanjut dapat memulai 9 hingga 12 kilometer yang dikombinasikan dengan latihan kecepatan.
Baca Juga: Tips dan Persiapan Maraton dari Dokter, Jangan Lupa Cek Kesehatan Jantung!
Sebagian besar rencana latihan mencakup empat sampai lima sesi latihan setiap minggunya, termasuk satu latihan lari di akhir pekan dengan jarak yang lebih jauh.
Dimulai sekitar 9 kilometer dan kemudian ditingkatkan secara bertahap hingga 32 kilometer dalam beberapa minggu sebelum maraton.
3. Atur Kecepatan Langkah (Pace)
Salah satu tantangan dalam maraton adalah menyesuaikan seberapa jauh dan cepat Anda harus berlari.
Berlari dengan jarak yang lebih jauh dalam seminggu memang lebih mempersiapkan Anda untuk berlari maraton, tetapi juga meningkatkan risiko cedera.
Jika ini merupakan persiapan perdana maraton Anda, maka disarankan untuk memulai dengan jarak mingguan yang lebih pendek.
Berita Terkait
-
Cari Sepatu Running Bermerek untuk Pemula? Ini 4 Rekomendasinya Budget Rp300.000 - Rp500.000
-
5.200 Pelari Gaungkan Semangat UMKM Indonesia, Sport dan Empowerment Jadi Satu
-
Maraton Jadi Alasan Utama Wisata: Tren Baru Pecinta Traveling
-
Kumpulan Prompt Edit Foto Gemini AI ala Pelari Pro, Upgrade Kontenmu Jadi Menarik
-
Event Lari Paling Seru! 8.500 Pelari Pulang Happy dengan Goodie Bag Eksklusif
Terpopuler
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
- Fakta-Fakta Korupsi Bupati HSS Kalsel, Diduga Minta Dana Proyek Puluhan Miliar
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 3 Oktober: Klaim Ballon d'Or 112 dan Gems
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya
-
Pemantauan Aktif Vaksinasi Dengue di DKI Jakarta: Kolaborasi Menuju Nol Kematian 2030
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?