Suara.com - Drummer NOAH, Rio Alief masih merasakan kehilangan setelah sang istri, Clerence Chyntia yang meninggal dunia pada 18 Oktober lalu akibat kanker.
Clerence Chyntia meninggal dunia karena kanker langka yang dikenal dengan nama neuroendoktin tumor. Namun, belum lama ini Rio Alief mengatakan, sebelumnya dokter pernah salah mendiagnosis istirinya itu.
Dalam keterangannya pada acara Brownis Trans TV, ia mengaku kalau dokter awalnya menyebutkan kalau Clerence Chyntia mengalani kanker pembuluh darah.
"Awalnya agak sedikit salah diagnosa sebenarnya, dari satu rumah sakit. Jadi dikira ini kanker yang umum," ujar Rio Alief dikutip Suara.com dari kanal Youtube Trans TV Official, Selasa (25/10/2022).
Ketika diperiksa, rupanya Clerence Chyntia mengalami neuroendoktin tumor. Penyakit satu ini terbilang langka. Bahkan, kemungkinan terjadinya disebut sangat kecil.
"Kankernya itu salah satu kanker yang langka, namanya neuroendokrin tumor, itu case-nya kalau di Indonesia sekitar 150.000 per tahun, jadi 0,005 persen, itu langka banget. Jadi yang kena kanker sel-sel saraf yang sebenarnya ada di seluruh tubuh dan dia menghasilkan hormon," kata Rio Alief menjelaskan.
Neuroendoktrin tumor sendiri memang menjadi kondisi yang langka. Melansir laman Mayo Clinic, tumor neuroendoktrin biasanya muncul di paru-paru, usus buntu, usus kecil, rektum, dan pankreas.
Penyebab
Hingga saat ini penyebab pasti neuroendoktrin tumor belum diketahui pastinya. Namun, dikatakatan, sifat kanker ini mirip dengan sel saraf dan sel penghasil hormon. Nantinya sel neuroendoktrin mengembangkan mutasi dalam DNA lalu terus berkembang biak dan membentuk tumor.
Baca Juga: Alien itu Memilihku: Kisah Perempuan saat Berjuang Menghadapi Kanker Langka
Gejala
Untuk gejala yang ditimbulkan dari kondisi neuroendoktrin tumor tidak selalu muncul saat awal. Oleh sebab itu, saat awal beberapa orang tidak sadar jika dirinya mengalami penyakit tersebut. Namun, terkadang kondisi ini juga menimbulkan gejala di lokasi tempat sel kanker berkembang.
Beberapa gejala atau tanda umum neuroendoktrin tumor di antaranya sebagai berikut.
- Rasa sakit pada bagian tubuh akibat tumor yang tumbuh
- Munculnya benjolan yang tumbuh dapat rasakan di bawah kulit
- Sering merasa lelah luar biasa
- Terjadi penurunan berat badan dengan sendirinya
Tidak hanya beberapa gejala di atas, jika hormon yang dihasilkan berlebihan, kondisi ini dapat menyebabkan.
- Kulit memerah;
- Diare;
- Sering buang air kecil;
- Sering merasa haus;
- Pusing;
- Mengalami kehilangan keseimbangan;
- Adanya ruam kulit.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
-
IHSG Jeblok Hingga 1 Persen di Sesi I Perdagangan Selasa Setelah Sertijab Menteri Keuangan
-
19 Tewas di Aksi Demo Anti Korupsi, Eks Persija Jakarta: Pemerintah Pembunuh!
Terkini
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas
-
Resistensi Antimikroba Ancam Pasien, Penggunaan Antibiotik Harus Lebih Cerdas
-
Ini Alasan Kenapa Donor Darah Tetap Relevan di Era Modern