Suara.com - Kanker serviks merupakan jenis kanker kedua yang paling banyak dialami perempuan. Menurut laporan Global Burden of Cancer Study (Globocan) 2020, jumlah kematian akibat kanker payudara sebanyak 22.430 (34 persen dari 65.858 kejadian baru) sedangkan kematian akibat kanker serviks sebesar 21.003 (57 persen dari 36.633 kejadian baru).
Dr. Nadia Ayu Mulansari, SpPD-KHOM menjelaskan, jika kanker serviks lebih tinggi tingkat mortalitasnya dibandingkan kanker payudara, terutama karena tingkat skrining yang rendah sehingga kanker serviks lebih sering ditemukan pada saat stadium sudah lanjut.
Menurut Dr. Nadia, hampir semua kanker serviks disebabkan oleh infeksi jenis human papillomavirus (HPV) risiko tinggi tertentu. HPV dapat ditularkan jika terjadi kontak kulit-ke-kulit di area genital.
"Kanker serviks dapat diobati dengan beberapa cara, tergantung pada jenis kanker serviks dan seberapa jauh penyebarannya, dengan cara operasi, kemoterapi, terapi radiasi maupun imunoterapi," ujar dia dalam webinar bersama MSD, pada Selasa (25/10/2022).
Sayangnya, meski sudah diobati, kata dia, kanker serviks dapat kambuh lagi atau bermetastasis. Kekambuhan kanker serviks dapat berkembang setelah selesainya pengobatan awal.
Hal ini biasanya terjadi karena kanker tidak terdeteksi, atau sel kanker baru berkembang. Akibatnya, kanker berpotensi kembali ke leher rahim atau daerah sekitarnya, atau ke bagian tubuh lainnya, sehingga harus dipantau secara berkala.
"Jika kekambuhan kanker serviks terdeteksi, pengobatan yang direkomendasikan biasanya ditentukan berdasarkan kombinasi beberapa faktor, termasuk pengobatan awal pasien, lokasi kekambuhan, dan kesehatan pasien secara keseluruhan," ujar dia.
Adapun untuk pengobatan sistemik terkini, imunoterapi, telah memberikan pilihan baru untuk merawat pasien kanker serviks yang mengalami kekambuhan dan metastasis.
“Imunoterapi telah secara khusus menunjukkan aktivitas luas pada kanker serviks, dan memberikan harapan lebih lanjut untuk pilihan pengobatan baru dengan kemanjuran yang lebih besar dan profil keamanan yang dapat dikelola,” ujar dr. Nadia.
Mulai tahun 2022 di Indonesia, imunoterapi bagi pengobatan kanker serviks telah tersedia, khususnya bagi pasien yang didiagnosis dengan kanker serviks stadium lanjut.
Meski tidak menyembuhkan, pengobatan ini dapat memperpanjang ketahanan hidup pasien dengan kanker serviks stadium. Misalnya, kata dr. Nadia, bagi pasien yang divonis usianya tinggal 6 bulan lagi, dengan imunoterapi angka hidupnya bisa bertambah menjadi 2 tahun.
"Karena memang, begitu kanker sudah di stadium lanjut, maka tujuan dari pengobatannya adalah untuk memperpanjang ketahanan hidupnya. Sementara untuk stadium dini, biasanya digunakan pada pasien yang sudah selesai operasi. Akan dilihat, apa pemulihan dan penyembuhannya lebih bagus atau tidak," ujar dia.
Baca Juga: Awas! Melakukan Seks Usia Dini Bisa Berisiko Kanker Serviks
Dalam perjuangan melawan kanker, semangat, harapan, kesehatan emosional dan mental perlu dijaga pada diri pasien, dengan dukungan keluarga dan lingkungan, serta tertib dalam menjalankan terapi dan pengobatan kanker sesuai arahan dokter sangatlah penting, kualitas dan harapan hidup dapat terus terjaga.
Berita Terkait
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
Inovasi Terapi Kanker Kian Maju, Deteksi Dini dan Pengobatan Personal Jadi Kunci
-
Tahun ke-6 Berjuang Lawan Kanker, Vidi Aldiano Sampaikan Pesan Haru
-
Pesan Haru Vidi Aldiano di Tahun ke-6 Berjuang Lawan Kanker: Kuharap Perjumpaan Kita Bisa Berakhir
-
Sempat Diderita Epy Kusnandar, Berapa Lama Orang dengan Kanker Otak Bisa Bertahan Hidup?
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan