Suara.com - Masalah kesehatan mengintai pekerja kantoran yang hanya duduk di depan komputer selama berjam-jam, akibat gaya hidup tidak aktif alias sedentary lifestyle. Beneran bisa bikin sakit jantung dan diabetes?
Menurut Kementerian Kesehatan, gaya hidup sedentary adalah segala jenis aktivitas di luar waktu tidur dengan karakteristik keluaran kalori sangat sedikit.
Berdasarkan durasi waktu, gaya hidup sedentary terdiri dari level rendah yaitu tidak melakukan aktivitas fisik kurang dari 2 jam. Level menengah tidak lakukan aktivitas fisik antara 2 hingga 5 jam, dan level tinggi tidak beraktivitas fisik lebih dari 5 jam.
Mirisnya menurut Senior Manager Medical Underwriter Sequis, dr. Fridolin Seto Pandu mengatakan pekerja kantoran kerap memiliki gaya hidup sedentary level tertinggi, karena bisa duduk 8 hingga 10 jam per hari dengan aktivitas monoton.
Apalagi saat makan siang, pekerja kantoran tetap berada di ruangan sehingga jarang mengeluarkan banyak tenaga dan kurang berjalan kaki. Ditambah kebiasaan ngemil dan ngopi atau minuman kekinian kerap jadi pelengkap saat bekerja.
“Gunakan sisa waktu makan siang Anda untuk melakukan aktivitas ringan, seperti berjalan kaki. Lalu pada saat bekerja, hindari posisi duduk yang dapat menyebabkan sakit punggung dan leher. Dalam kondisi ideal saat duduk, usahakan postur tubuh dalam keadaan tegak," ungkap dr. Fridolin melalui keterangan yang diterima suara.com, Sabtu (10/6/2023).
dr. Fridolin juga menambahkan, posisi kaki juga perlu diperhatikan pekerja kantoran, yaitu biasakan kaki selalu lurus dan menempel di lantai sehingga peredaran darah lebih lancar.
"Lakukan peregangan tubuh sekitar 5 hingga 10 menit di sela-sela waktu kerja. Sangat baik jika setidaknya 3 hingga 4 kali seminggu berolahraga selama 30 hingga 40 menit agar tubuh tetap bugar," jelas dr. Fridolin.
Adapun risiko kesehatan yang mengancam pekerja kantoran karena menerapkan gaya hidup sedentary, di antaranya diabetes, penyakit jantung yang membahayakan tubuh. Inilah sebabnya disarankan lakukan aktivitas fisik dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan atau medical check up (MCU).
Baca Juga: Retinopati Diabetik: Kenali Gejala, Penyebab, dan Strategi Pengendaliannya
"Pemeriksaan dini, merupakan langkah preventif karena ada beberapa penyakit kritis dapat dideteksi pada stadium awal. Dengan demikian masih ada kesempatan harapan hidup yang lebih tinggi," tutup dr. Fridolin.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
Pilihan
-
Ranking FIFA Terbaru: Timnas Indonesia Makin Pepet Malaysia Usai Kena Sanksi
-
Sriwijaya FC Selamat! Hakim Tolak Gugatan PKPU, Asa Bangkit Terbuka
-
Akbar Faizal Soal Sengketa Lahan Tanjung Bunga Makassar: JK Tak Akan Mundur
-
Luar Biasa! Jay Idzes Tembus 50 Laga Serie A, 4.478 Menit Bermain dan Minim Cedera
-
4 Rekomendasi HP OPPO Murah Terbaru untuk Pengguna Budget Terbatas
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental