Suara.com - Anak-anak yang mengalami obesitas tidak bisa diterapkan cara diet seperti orang dewasa. Sebab mereka masih butuh asupan gizi seimbang lengkap untuk tumbuh kembang tubuh dan otak.
Dokter spesialis anak dr. Novitria Dwinanda, Sp.A., mengatakan bahwa anak yang obesitas harus tetap diberi jumlah makan seperti biasa, hanya saja porsi camilannya tidan diberikan sama sekali.
"Yang dipotong snack, bukan makanan utama yang dipotong. Snack yang manis-manis, cokelat, es krim itu yang dihilangkan. Snack diganti buah potong. Gak boleh jus buah," kata dokter Novitria dalam temu media bersama Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, Selasa (8/8/2023).
Camilan dalam kemasan itu yang sebaiknya tidak diberikan kepada anak karena terlalu banyak mengandung banyak gula. Buah juga sebaiknya dimakan langsung, tidak boleh dibuat jadi jus karena akan jadi lebih banyak gula yang terkandung.
"Minuman manis juga dihilangkan. Minumnya air putih aja. Makannya biasa aja, makan tiga kali. Gak boleh skip sarapan. Makin di skip balas dendam saat siang," saran dokter Novitria.
Selain itu, anak juga harus aktif bergerak. Tidak hanya olahraga rutin, tapi juga punua kegiatan harian yang terbagi dalam tiga tipe. Yakni, aktivitas yang dilakukan setiap hari, misalnya membersihkan tempat tidur, menaruh piring bekas makan ke dapur, hingga mengambil minuman sendiri.
"Itu adalah kegiatan ringan yang bisa dikerjakan setiap hari," imbuh dokter Novitria.
Kemudian aktivitas sedang yang bisa dikerjakan 3 sampai 5 kali sehari. Seperti, bermain sepeda, jalan sore, atau pun berlarian dengan teman-temannya.
Selain itu, olahraga penguatan yang dilakukan 1-2 kali dalam seminggu. Domter Novitria menyarankan untuk olahraga berenang atau latihan karate agar gerakan anak terarah.
Baca Juga: Diklaim Cepat Turunkan Berat Badan, Apa Itu Diet GI Rendah?
Anak yang obesitas memang bisa terlihat secara fisik. Mulai dari pipi tembam, perut buncit, hingga berat badan yang lebih dari kurva tumbuh kembang anak. Tetapi, selain itu anak yang obesitas juga perlu dikhawatirkan komorbid atau penyakit penyerta yang bisa jadi dialaminya.
"Harus cek apakah hipertensi, apakah ada diabetes, asam urat, fatty liver juga," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
Pilihan
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
-
Tak Hanya Soal Ekonomi! Celios Ungkap Jejak Tiongkok di Indonesia Makin Meluas, Ini Buktinya
-
3 Rekomendasi HP 5G Murah di Bawah Rp3 Juta Tebaru September 2025
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
Terkini
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas