Suara.com - Stunting merupakan masalah tumbuh kembang pada anak yang terjadi sejak masih dalam kandungan. Kondisi itu mengakibatkan anak memiliki tubuh lebih kurus dan pendek dibandingkan anak lain seusianya.
Topik pembahasan itu memicu pertanyaan, apakah setiap anak yang pendek sudah pasti stunting? Dokter spesialis anak dr. Isti Ansharina Kathin, Sp.A., menegaskan tidak demikian. Dia bahkan menjelaskan bahwa memiliki tubuh pendek, misalnya seperti aktor Ucok Baba, bukan berarti mengalami stunting.
"Apakah bertubuh pendek pasti stunting? Tidak juga. Misalnya, maaf saya sebut nama, sepertu Ucok Baba, kita perlu lihat dulu. Dia secara ukuran tubuh disproporsional pada panjang badan pinggang ke atas dan pinggang ke bawah juga tidak proporaional," jelas dokter Isti dalam diskusi Penanganan Stunring bersama Himpunan Fasyankes Dokter Indonesia (HIFDI) secara virtual, Rabu (7/2/2024).
Stunting sendiri mengalami petumbuhan tinggi badan di bawah rata-rata anak normal, akan tetapi dengan proporsi tubuh yang masih baik. Sementara yang terjadi pada tubuh Ucok Baba dengan ukuran yang tidak proporsional, dr. Isti mengatakan bahwa kemungkinan penyebabnya karena kelainan pada tulang.
"Kemungkinan ada kelainan skeletal dan kelainan spinal," imbuhnya.
Angka stunting di Indonesia berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2022 tercatat sebanyak 21 persen. Menurut dr. Isti, kebanyakan penyebab stunting di Indonesia terjadi karena anak kekurangan asupan yang bergizi. Penyebab kekurangan nutrisi itu juga bisa disebabkan karena berbagai kondisi.
"Asupan tidak banyak bisa karena kemiskinan atau orang tua tidak tahu kalau anak asupannya kurang atau kebutuhannya meningkat karena masalah thalasemia, mengidap gangguan metabolik lain, misal diare akibat sanitasi buruk, atau ada infkesi berkepanjangan," tuturnya.
Akibat kekurangan nutrisi yang cukup dalam jangka waktu lama, itu yang menyebabkan tubuh anak stunting menjadi kurus. Dokter Isti menegaskan, bila anak sudah terlanjur stunting, maka tumbuh kembangnya akan terus berada di bawah rata-rata anak normal.
"Dia susah diperbaiki, kalau sekali stunting agak susah kita coba maksimalkan bisa aja tapi tidak seoptimal anak-anak normal," pungkasnya.
Baca Juga: Bank DKI Partisipasi Program Pemberian Gizi Cukup untuk Penanganan Stunting di Wilayah DKI Jakarta
Berita Terkait
Terpopuler
- Anak Jusuf Hamka Diperiksa Kejagung Terkait Dugaan Korupsi Tol, Ada Apa dengan Proyek Cawang-Pluit?
- Cara Edit Foto Pernikahan Pakai Gemini AI agar Terlihat Natural, Lengkap dengan Prompt
- Panglima TNI Kunjungi PPAD, Pererat Silaturahmi dan Apresiasi Peran Purnawirawan
- KPU Tak Bisa Buka Ijazah Capres-Cawapres ke Publik, DPR Pertanyakan: Orang Lamar Kerja Saja Pakai CV
- Dedi Mulyadi 'Sentil' Tata Kota Karawang: Interchange Kumuh Jadi Sorotan
Pilihan
-
Kiper Timnas Indonesia Emil Audero Puncaki Save Terbanyak Serie A
-
Investor Mundur dan Tambahan Anggaran Ditolak, Proyek Mercusuar Era Jokowi Terancam Mangkrak?
-
Desy Yanthi Utami: Anggota DPRD Bolos 6 Bulan, Gaji dan Tunjangan Puluhan Juta
-
Kabar Gembira! Pemerintah Bebaskan Pajak Gaji di Bawah Rp10 Juta
-
Pengumuman Seleksi PMO Koperasi Merah Putih Diundur, Cek Jadwal Wawancara Terbaru
Terkini
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional
-
Apa Itu HB Dosting Hexyl? Doktif Klaim Hexylresorcinol Pengganti Hydroquinone
-
Perempuan Wajib Tahu! 10.000 Langkah Sederhana Selamatkan Tulang dari Pengeroposan
-
Kemenkes Catat 57 Persen Orang Indonesia Sakit Gigi, Tapi Cuek! Ini Dampak Ngerinya Bagi Kesehatan
-
5 Rekomendasi Obat Cacing yang Aman untuk Anak dan Orang Dewasa, Bisa Dibeli di Apotek
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?