Suara.com - Seseorang yang punya penyakit tertentu boleh saja berpuasa selama bulan Ramadan, tetapi adakalanya juga perlu berhati-hati. Sebab, kondisi tubuh dengan penyakit tertentu bisa jadi halangan untuk berpuasa, salah satunya bagi seseorang pengidap asam urat yang tinggi.
Dokter spesialis penyakit dalam Dr. Gladys Sudiyanto, Sp.PD., mengatakan bahwa pengidap asam urat harus memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi selama buka puasa dan sahur agar agar tidak terjadi penumpukan kristal asal urat.
"Kristal asam urat terbentuk karena kandungan purin yang tinggi dalam tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan seseorang mengalami nyeri sendi dan apabila dibiarkan akan berlanjut menjadi gagal ginjal. Purin sendiri adalah protein yang memang secara alami dihasilkan oleh tubuh. Namun, purin di dalam tubuh dapat saja meningkat akibat asupan makanan yang tinggi purin," jelas dokter Gladys dalam keterangannya.
Orang yang punya asam urat boleh saja berpuasa, selama memperhatikan jenis makanan yang masuk. Sebab, kadar asam urat dalam darah sangat dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi. Terlebih jika kadar asam urat tinggi hanya bersifat sementara.
Dokter Gladys menambahkan, pola makan yang baik dan rendah purin bisa bantu pengidap asam urat menjalankan puasa dengan lebih baik. Salah satu manfaat puasa bagi penderita asam urat juga mampu meredakan peradangan.
"Namun, pastikan Anda mengonsumsi makanan rendah purin saat sahur dan berbuka puasa agar tidak meningkatkan risiko terjadinya nyeri sendi. Selain itu, jika asam urat tinggi sudah menyebabkan masalah ginjal, sebaiknya Anda berkonsultasi dulu dengan dokter. Sebab, puasa bisa meningkatkan risiko memburuknya masalah ginjal akibat dehidrasi atau elektrolit tubuh yang tidak seimbang," sarannya.
Pengidap asam urat disarankan menghindari makanan tinggi purin saat berpuasa. Berikut beberapa pantangan makanan untuk penderita asam urat yang dianjurkan dokter Gladys:
- Makanan dan minuman tinggi gula, terutama mengandung fruktosa yang terdapat dalam jus buah atau corn syrup
Jeroan, seperti hati, paru, babat, otak, dan ginjal. - Daging merah, seperti domba, sapi dan kambing.
- Daging buruan, seperti angsa, daging sapi muda, dan daging rusa.
- Makanan laut tertentu, seperti teri, kerang, sarden, tiram, ikan kod, kepiting, scallop , lobster, dan tuna.
- Makanan tinggi lemak, termasuk gorengan.
- Makanan mengandung ragi tinggi.
- Makanan olahan, seperti makanan kalengan, daging olahan, sosis.
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit
-
Gaya Hidup Anak Muda: Nongkrong, Makan Enak, Tapi Kolesterol Jangan Lupa Dicek
-
Jaringan Layanan Kesehatan Ini Dorong Gaya Hidup Sehat Lewat Semangat "Care in Every Step"
-
Rekomendasi Minuman Sehat untuk Kontrol Diabetes, Ini Perbandingan Dianesia, Mganik dan Flimeal
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental