Suara.com - Penyakit flu Singapura yang mudah mengenai anak-anak tengah ramai diperbincangkan. Dokter spesialis anak Prof. Dr. dr. Edi Hartoyo Sp.A(K)., menganjurkan kepada para orang tua agar waspada terhadap penyakit Hand, Foot and Mouth Disease (HFMD) tersebut lantaran mudah menular pada anak usia di bawah usia lima tahun.
Prof. Edi menjelaskan bahwa virus flu Singapura disebabkan karena infeksi Coxsackie Virus A16 (cox 16) dan enterovirus 71 (EV 71). Kedua virus itu termasuk dalam kelompok virus RNA yang menyebabkan lesi pada telapak tangan, telapak kaki, dan mulut.
"Definisi Hand, Foot, and Mouth Disease itu merupakan kumpulan gejala berupa lesi kulit pada tangan, kaki, dan mulut yang disebabkan oleh virus, dan biasanya terjadi pada bayi dan balita usia kurang dari 5 tahun," jelas Prof. Edi saat konferensi pers virtual Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Selasa (2/4/2024).
Penularan HFMD hampir sama dengan Covid-19, yaitu adanya kontak dengan penderita atau droplet. Penularan bisa terjadi secara langsung, misalnya karena batuk, bersin, terkena air liur secara oral, dan dari kotoran atau feses.
Sementara penularan kontak tidak langsung juga bisa terjadi karena penggunaan handuk dari anak yang sebelumnya telah sakit flu Singapura, maupun karena menyentuh mainan atau peralatan dari anak yang terinfeksi. Itu sebabnya, HFMD dikatakan sangat mudah menular baik secara kontak langsung maupun tidak langsung terutama pada anak.
Penularan terjadi saat virus masuk ke saluran pernapasan dan diteruskan ke faring atau tenggorokan, masuk ke usus dan memperbanyak diri, menyebar ke kelenjar limfe dalam waktu 24 jam, hingga akhirnya muncul gejala lentingan pada kulit di sekitar mulut, telapak tangan, dan kaki.
“Gejalanya lesi di telapak tangan, kaki, mulut 100 persen, demam 72 persen, nyeri, sulit makan karena seperti sariawan, pilek, nyeri menelan, tapi tidak semua harus di kaki, tangan mulut, bisa seluruh badan 39 persen, dibuktikan dengan hasil PCR dari lokasi ditemukan lesi,” jelas Prof. Edi.
Dokter lulusan Universitas Gadjah Mada itu mengingatkan tentang gejala flu Singapura yang menunjukkan infeksi berat hingga harus dilakukan perawatan di rumah sakit, seperti demam lebih dari 39 derajat, napas cepat seperti sesak, terjadi kejang terutama anak di bawah 6 tahun yang memiliki riwayat kejang keluarga.
Apabila infeksi sudah terlanjur parah, bisa menyebabkan komplikasi berat yang berbahaya seperti meningitis dan ensefalitis pada anak yang bisa menyebabkan nyeri, tidak sadar, kejang dan kelumpuhan, sehingga diperlukan pemeriksaan cairan di otak.
Baca Juga: Terpopuler Kesehatan: Waspada Gejala Flu Singapura, Makanan untuk Turunkan Gula Darah
“Komplikasi yang diwaspadai, yang bahaya kalau menyerang otak yang menyebabkan meningitis dan ensefalitis, walaupun kasusnya sangat jarang, tapi beberapa jurnal dan negara tetangga ada kasusnya kesana,” jelasnya.
Untuk mencegah penularan yang cepat, Edi menyarankan untuk mengisolasi anak jika terdiagnosis flu Singapura atau HFMD, izin dari sekolah selama kurang lebih 5-7 hari, dan penuhi asupan gizi serta cairan untuk menjaga daya tahan tubuh. Berikan pengobatan simtomatik jika anak demam dan istirahat yang cukup, rata-rata flu Singapura bisa sembuh dengan sendirinya pada 2-3 hari, dengan lesi yang akan hilang sekitar 7 hari.
Diagnosis flu Singapura dilakukan dengan pemeriksaan sampel melalui laboratorium dengan menggunakan sampel tinja, usap rektal, atau usap ulkus di mulut atau tenggorokan dengan metode PCR.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
Terkini
-
Dari Donor Kadaver hingga Teknologi Robotik, Masa Depan Transplantasi Ginjal di Indonesia
-
Banyak Studi Sebut Paparan BPA Bisa Timbulkan Berbagai Penyakit, Ini Buktinya
-
Rahasia Hidup Sehat di Era Digital: Intip Inovasi Medis yang Bikin Umur Makin Panjang
-
Pentingnya Cek Gula Darah Mandiri: Ini Merek Terbaik yang Banyak Dipilih!
-
Prestasi Internasional Siloam Hospitals: Masuk Peringkat Perusahaan Paling Tepercaya Dunia 2025
-
Anak Bentol Setelah Makan Telur? Awas Alergi! Kenali Gejala dan Perbedaan Alergi Makanan
-
Alergi Makanan Anak: Kapan Harus Khawatir? Panduan Lengkap dari Dokter
-
Pijat Bukan Sekadar Relaksasi: Cara Alami Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental
-
3.289 Kasus Baru Setiap Tahun: Mengenal Multiple Myeloma Lebih Dekat Sebelum Terlambat
-
Konsistensi Lawan Katarak Kongenital, Optik Ini Raih Penghargaan Nasional