Suara.com - Kondisi kesehatan Ruben Onsu menjadi perhatian publik belakangan ini. Terlebih, suami Sarwendah itu sempat dilarikan ke rumah sakit di Majalengka, Jawa Barat pada Sabtu (18/5/2024) malam untuk mendapatkan perawatan.
Tak sedikit yang bertanya-tanya, penyakit apa yang sebenarnya diderita sang presenter, yang tubuhnya saat ini terlihat semakin kurus. Menjawab rasa penasaran ini, Ruben Onsu pun menjelaskannya pada dua sahabatnya Irfan Hakim dan Raffi Ahmad baru-baru ini.
Disebutkan, pria 40 tahun itu sudah beberapa kali melakukan pemeriksaan MRI dan hasil, kata Ruben Onsu terlihat adanya bercak di bagian otaknya. Bahkan, ia juga mengaku mengidap kelainan langka yang dinamakan empty sella syndrome.
"Kemarin aku udah MRI, jadi ada bercak-bercak putih di bagian otak A'. Dan yang kedua juga ada empty sella syndrome," ujarnya dalam acara FYP yang Suara.com kutip pada Selasa (21/5/2024).
Menurut Ruben Onsu, empty sella syndrome memiliki beberapa tingkatan yang memengaruhi gejala yang dirasakan di tubuhnya.
"Ada yang memang dia ga kuat dalam suhu dingin, ada yang penglihatannya, ya makin lama kaya orang pakai komtak lens. Jadi dia ga bisa lama gitu," katanya lagi.
Rupanya hal tersebutlah yang menjadi alasan mengapa ayah angkat Betrand Peto itu kerap memakai obat tetes mata serta kerap keluar dari studio di sela syuting untuk menghindari rasa dinfin memusuk di tubuhnya.
"Kalo kedinginan banget matanya burem, badannya kaku nggak bisa bergerak," tambah ayah dua orang anak itu.
Lantas apa itu empty stella syndrome yang diidap Ruben Onsu? Berdasarkan informasi dari situs Kemenkes Empty Sella Syndrome adalah kumpulan berbagai gejala karena kosongnya Sella Turcica atau tidak tampaknya hipofise. Penyakit ini bisa ditemukan secara tidak sengaja pada pemeriksaan CT Scan atau MRI otak.
Baca Juga: Bahaya Kurang Tidur Seperti Ruben Onsu yang Jaranga Diketahui: Lebih Cepat Tua
Sebagai informasi kelenjar pituitari merupakan organ kecil di bawah otak dan terlindungi dalam rongga otak yang disebut sella turcica. Kelenjarnya berfungsi untuk menghasilkan hormon pertumbuhan (growth hormone) serta hormon penghasil sel sperma dan sel telur.
Pada empty sella syndrome, ruang sella turcica terisi cairan cerebrospinal (CSF), cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang, bukan kelenjar pituitari. Sehingga kelenjar pituitari di dasar otak mengecil atau menipis.
Alhasil, banyak penderita empty sella syndrome yang tidak memiliki gejala, atau bahkan tidak menyadari bahwa mereka memiliki penyakit ini.
Mengutip dari Primaya Hospital terdapat dua jenis dari empty sella syndrome yaitu primer dan sekunder. Pada empty sella syndrome primer terjadi ketika sebagian otak menekan sella turiska dan meratakan kelenjar pituitari.
Kemudian tidak diketahui apa penyebabnya pada anak-anak namun individu dengan sindrom ini mungkin memiliki kadar hormon prolaktin yang tinggi. Sehingga bisa mengganggu fungsi normal testis dan ovarium.
Kondisinya paling sering terjadi pada orang dewasa serta wanita dan kerap dikaitkan dengan obesitas atau tekanan darah tinggi. Sementara jenis empty sella syndrome sekunder terjadi ketika pituitari rusak karena penyebab tertentu.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 5 Mobil Bekas yang Perawatannya Mahal, Ada SUV dan MPV
- 5 Perbedaan Toyota Avanza dan Daihatsu Xenia yang Sering Dianggap Sama
- 5 Mobil SUV Bekas Terbaik di Bawah Rp 100 Juta, Keluarga Nyaman Pergi Jauh
- 13 Promo Makanan Spesial Hari Natal 2025, Banyak Diskon dan Paket Hemat
Pilihan
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
-
Libur Nataru di Kota Solo: Volume Kendaraan Menurun, Rumah Jokowi Ramai Dikunjungi Wisatawan
-
Genjot Daya Beli Akhir Tahun, Pemerintah Percepat Penyaluran BLT Kesra untuk 29,9 Juta Keluarga
Terkini
-
Fakta Super Flu, Dipicu Virus Influenza A H3N2 'Meledak' Jangkit Jutaan Orang
-
Gigi Goyang Saat Dewasa? Waspada! Ini Bukan Sekadar Tanda Biasa, Tapi Peringatan Serius dari Tubuh
-
Bali Menguat sebagai Pusat Wellness Asia, Standar Global Kesehatan Kian Jadi Kebutuhan
-
Susu Creamy Ala Hokkaido Tanpa Drama Perut: Solusi Nikmat buat yang Intoleransi Laktosa
-
Tak Melambat di Usia Lanjut, Rahasia The Siu Siu yang Tetap Aktif dan Bergerak
-
Rahasia Sendi Kuat di Usia Muda: Ini Nutrisi Wajib yang Perlu Dikonsumsi Sekarang
-
Ketika Anak Muda Jadi Garda Depan Pencegahan Penyakit Tak Menular
-
GTM pada Anak Tak Boleh Dianggap Sepele, Ini Langkah Orang Tua untuk Membantu Nafsu Makan
-
Waspada! Pria Alami Sperma Kosong hingga Sulit Punya Buat Hati, Dokter Ungkap Sebabnya
-
Standar Global Layanan Kesehatan Kian Ditentukan oleh Infrastruktur Rumah Sakit