Suara.com - Pengidap diabetes kerap kali tidak cukup lakukan perawatan tubuh secara mandiri dengan diet menurunkan berat badan. Terlebih apabila kelebihan berat badan itu telah sampai menimbulkan berbagai masalah fungsi organ.
Dokter spesialis bedah plastik rekonstruksi dan estetik dr. Qori Haly, Sp.BP-RE., menjelaskan bahwa penanganan obesitas bisa juga dilakukan dengan tindakan medis dengan body slimming dan body contouring. Sebab, obesitas sendiri bisa menyebabkan beberapa penyakit komorbid seperti, diabetes mellitus, penyakit pembuluh darah jantung dan otak, hingga gangguan organ seperti gagal ginjal.
Berdasarkan pemeriksaan dokter akan dicari masalah yang terjadi sebelum menjalani program dan melakukan pemeriksaan penunjang laboratorium serta radiologi. Pada tahap awal akan dilakukan pemeriksaan kesehatan sesuai dengan usia dan kondisi pasien.
”Setelah dokter memutuskan apakah pasien dalam kondisi optimal untuk menjalani program atau perlu koreksi dan terapi, maka akan dilakukan pemilahan pertama," kata dokter Qori dalam diskusi media di Jakarta, Kamis (27/6/2024).
Pasien dengan tingkat ibesitas besar ditandai dengan Indeks Massa Tubuh BMI di atas 40 atau di atas 35 dengan penyakit pemberat, maka termasuk golongan ’Morbid Obese’. Untuk golongan tersebut akan disarankan lebih dulu lakukan program ’Body slimming’ atau menurunkan berat badan dengan tanpa operasi.
Caranya dengan mengatur pola
makan yang dipantai oleh ahli gizi dan spesialis gizi medik, melakukan latihan fisik dengan bimbingan ahli fisioterapi atau dokter spesialis olahraga dan rehabilitasi medik, konsultasi dan terapi dari dokter spesialis penyakit dalam atau anak bagian endokrin atau tumbuh kembang.
"Apabila program penurunan berat badan tidak berhasil, maka dapat dilakukan pembedahan Bariatrik (potong lambung) yang dilakukan oleh dokter spesialis bedah digestif dan sedot lemak (liposuction) oleh spesialis bedah plastik rekonstruksi dan estetik,” imbuh dokter Qori.
Akan tetapi, terapi sedot lemak hanya bisa dilakukan secara bertahap untuk mengurangi lapisan lemak di bawah kulit bagian leher, dada, lengan atas, paha atas, bokong dan perut. Dokter Qori menegaskan bahwa sedot lemak bukan untuk mengurangi lemak di dalam rongga perut, karena untuk itu harus dilakukan dengan mengurangi asupan kalori dan aktifitas fisik.
Baca Juga: Berat Badan Amanda Manopo Turun Drastis 15 Kg, Perubahan Wajahnya Jadi Sorotan
"Liposuction bukan cara untuk menurunkan berat badan tapi untuk mengurangi lapisan lemak dalam yang memungkinkan penurunan massa lemak di tubuh. Namun lemak permukaan tetap ada untuk mempertahankan permukaan kulit rata tidak bergelombang," jelasnya.
Meski sudah dibantu dengan tindakan medis, lapisan lemak itu masih akan kemungkinan bertambah dan menjadi obesitas kembali apabila tidak menjaga asupan kalori setelah tindakan. Oleh sebab itu, dokter Qori mengingatkan bahwa tetap harus lakukan pola hidup sehat dengan menjaga makanan dan aktifitas fisik agar terhindar dari obesitas.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Terbaru Update Satgas PASTI OJK: Ada Pindar Terkenal
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
Terkini
-
Terobosan Baru Lawan Kebutaan Akibat Diabetes: Tele-Oftalmologi dan AI Jadi Kunci Skrining
-
5 Buah Tinggi Alkali yang Aman Dikonsumsi Penderita GERD, Bisa Mengatasi Heartburn
-
Borobudur Marathon Jadi Agenda Lari Akhir 2025
-
Waspada Konsumsi Minuman Soda Diet, Temuan Terbaru Sebut Risiko Penyakit Hati Naik hingga 60%
-
Inovasi Kedokteran Gigi yang Siap Ubah Layanan Kesehatan Mulut Indonesia
-
Waspada "Diabesity", Mengapa Indonesia Jadi Sarang Penyakit Kombinasi Diabetes dan Obesitas?
-
Gaya Hidup Modern Picu Kelelahan, Inovasi Wellness Mulai Dilirik Masyarakat Urban
-
Rahasia Anak Tumbuh Percaya Diri dan Kreatif, Jessica Iskandar Beberkan Kuncinya
-
BRIN Uji Rokok Elektrik: Kadar Zat Berbahaya Lebih Rendah, Tapi Perlu Pengawasan
-
Sering Luput Dari Perhatian Padahal Berbahaya, Ketahui Cara Deteksi dan Pencegahan Aritmia