Suara.com - Beberapa waktu lalu, heboh Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) minta susu kemasan atau Ultra High Temperature (UHT) untuk anak dibatasi karena bisa mengganggu kesehatan.
Pernyataan ini dibenarkan Spesialis Anak Eka Hospital, dr. Marissa Tania Stephanie Pudjiadi, Sp.A yang mengatakan susu UHT dengan berbagai rasa berisi lebih banyak gula dibanding susu UHT tanpa rasa alias plain.
"Jadi maunya UHT yang berasa, itu jumlah gulanya lebih tinggi. Tapi kalau misalnya UHT-nya yang plain, sebenarnya jumlah gulanya sih normal aja," ujar dr. Marissa baru-baru ini kepada awak media.
Lantas, bagaimana cara aman anak konsumsi susu UHT?
Dokter lulusan Universitas Kedokteran itu mengatakan jika anak tidak bisa lepas dari susu UHT dengan rasa, maka orang tua bisa membatasi jumlah konsumsi harian susu tersebut.
"Nah, kalau misalnya si kecil hanya mau UHT yang berasa, dan jumlahnya berlebihan, otomatis si anak kecil akan memiliki berat badan yang berlebih, sehingga di masa yang akan datang akan menjadi obesitas," ungkap dr. Marissa.
Ia menambahkan, orang tua harus fokus pada tiga waktu makan utama. Waktu makan ini harus diisi dengan asupan makanan gizi seimbang, dan orang tua tidak boleh memberikan susu UHT di salah satu waktu makan anak.
"Jadi untuk anak usia 1 tahun ke atas, kita tetap fokus di 3 kali makan plus 2 snack, sisanya susu hanya pendamping saja, susu apa aja boleh," paparnya.
Sedangkan jika tetap bersikukuh mengonsumsi susu UHT, ada jumlah maksimal yang harus diperhatikan orang tua, terlebih jika anak hanya ingin mengonsumsi susu UHT dengan rasa tertentu.
Baca Juga: Susu UHT Disimpan di Kulkas atau Suhu Dingin, Ini Penjelasannya
"Mungkin untuk anak dua tahun ke atas cuma boleh 1 hingga 2 gelas. Atau kalau untuk susu kemasan hanya boleh 1 hingga 2, tapi disarankan yang plain, bukan yang berasa," pungkas dr. Marissa.
Perlu diketahui bahwa kasus diabetes pada anak meningkat 70 kali lipat pada Januari 2023, data Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Jumlah tersebut dibandingkan dengan jumlah diabetes anak tahun 2010 atau 0,028 per 100.000 anak dan 0,004 per 100.000 jiwa pada 2000.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Sepatu New Balance Diskon 70% Jelang Natal di Sports Station
- Ingin Miliki Rumah Baru di Tahun Baru? Yuk, Cek BRI dengan KPR Suku Bunga Spesial 1,30%
- Analisis Roy Suryo Soal Ijazah Jokowi: Pasfoto Terlalu Baru dan Logo UGM Tidak Lazim
- Meskipun Pensiun, Bisa Tetap Cuan dan Tenang Bersama BRIFINE
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
Pilihan
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
-
Breaking News! John Herdman Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Tunggu Diumumkan
Terkini
-
Akses Perawatan Kanker Lebih Mudah dengan Fasilitas Radioterapi Modern
-
SEA Games Thailand 2025: Saat Kenyamanan Jadi Bagian dari Performa Atlet Indonesia
-
Gatam Institute Eka Hospital Buktikan Operasi Lutut Robotik Kelas Dunia Ada di Indonesia
-
Teknologi Kesehatan Makin Maju: CT Scan Generasi Baru Percepat Diagnostik dan Tingkatkan Kenyamanan
-
Mengapa Air Minum Hasil Distilasi Lebih Aman untuk Kesehatan? Begini Penjelasannya
-
Temuan Baru tentang Polifenol Spearmint: Pendukung Alami Memori, Konsentrasi, hingga Kinerja Mental
-
Dari Alat Medis hingga Kesehatan Digital, Indonesia Mempercepat Transformasi Layanan Kesehatan
-
Fenomena Sadfishing di Media Sosial, Bagaimana Cara Mengatasinya?
-
5 Kesalahan Umum Saat Memilih Lagu untuk Anak (dan Cara Benarnya)
-
Heartology Cetak Sejarah: Operasi Jantung Kompleks Tanpa Belah Dada Pertama di Indonesia