Suara.com - Kanker otak adalah pertumbuhan sel abnormal di jaringan otak yang membentuk tumor. Tumor dapat bersifat jinak (tidak menyebar) atau ganas (kanker), dan dapat mengganggu fungsi otak, seperti gerakan, pikiran, dan emosi.
Kanker ini bisa berasal dari otak itu sendiri (tumor primer) atau menyebar dari organ lain (tumor metastatik). Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi faktor genetik, mutasi sel, dan paparan radiasi dapat meningkatkan risikonya.
Dokter Spesialis Bedah Saraf Bethsaida Hospital Gading Serpong, dr. Wienorman Gunawan, Sp.BS menjelaskan, jika berdasarkan penelitian medis, beberapa faktor yang diyakini berperan dalam risiko terkena kanker otak meliputi faktor genetik, mutasi DNA, paparan radiasi, serta pengaruh lingkungan tertentu.
"Penting untuk mengenali gejala awal kanker otak dan segera melakukan konsultasi medis. Kombinasi deteksi dini dan pendekatan pengobatan yang tepat dapat meningkatkan peluang kesembuhan," pungkas dia dalam siaran pers Bethsaida Hospital yang Suara.com terima baru-baru ini.
Peran Genetik dalam Risiko Kanker Otak
Faktor genetik memainkan peran penting dalam risiko kanker otak. Beberapa orang memiliki mutasi genetik atau riwayat keluarga yang meningkatkan risiko tumor otak. Sebagai contoh:
1. Sindrom Genetik Tertentu: Seperti neurofibromatosis tipe 1 dan 2, sindrom Li-Fraumeni, sindrom Turcot, dan sindrom Gorlin, semuanya terkait dengan peningkatan risiko tumor otak. Individu dengan kondisi ini memiliki peluang lebih tinggi terkena kanker otak dibandingkan populasi umum.
2. Riwayat Keluarga: Meskipun hanya sekitar 5-10%, keberadaan riwayat keluarga dapat meningkatkan risiko.
Peran Lingkungan dalam Risiko Kanker Otak
Baca Juga: 5 Cara Mudah Melentikkan Bulu Mata, Pernah Mencobanya?
Faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko kanker otak meliputi:
1. Paparan Radiasi: Radiasi ionisasi, telah terbukti meningkatkan risiko tumor otak primer seperti glioma. Misalnya, individu yang menjalani radiasi terapi kepala memiliki risiko lebih tinggi terkena glioma dan meningioma.
2. Paparan Bahan Kimia: Meskipun penelitian belum memberikan bukti konklusif, beberapa bahan kimia tertentu seperti pestisida, bahan pelarut, dan bahan kimia industri diduga berperan dalam meningkatkan risiko tumor otak.
3. Faktor Lain: Beberapa studi mencoba menghubungkan polusi udara dan paparan radiasi elektromagnetik dari perangkat seperti ponsel dengan risiko kanker otak, tetapi bukti masih terbatas dan tidak konklusif
Bagaimana Cara Mendiagnosis Kanker Otak?
Sebagian besar tumor otak biasanya baru terdeteksi setelah gejala muncul. Sebagai langkah awal, dokter akan menanyakan secara rinci gejala yang dirasakan serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya.
"Jika ada kecurigaan terhadap kanker otak, dokter akan merekomendasikan beberapa tes khusus untuk memastikan diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan penyebab gejala lainnya," tambah dia.
Di Bethsaida Hospital, deteksi dini kanker otak dapat dilakukan dengan beberapa rangkaian tes, yaitu melalui Pencitraan (MRI & CT Scan), EEG, Angiografi Serebral, Fungsi Lumbal dan Biopsi Jarum Stereotaktik.
Penanganan kanker otak bergantung pada jenis, lokasi, ukuran tumor, serta kondisi kesehatan pasien. Pendekatan utama yang dapat dilakukan meliputi:
1. Pembedahan: Mengangkat sebanyak mungkin tumor tanpa merusak jaringan otak sehat.
2. Terapi Radiasi: Menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel kanker.
3. Kemoterapi: Pemberian obat-obatan untuk membunuh sel kanker atau memperlambat pertumbuhannya.
4. Terapi Target: Menggunakan obat yang secara khusus menargetkan sel kanker dengan efek minimal pada sel normal.
5. Terapi Imun: Merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker.
Setiap pasien akan menerima perawatan yang disesuaikan dengan kondisi spesifik mereka, dengan tujuan memperlambat perkembangan kanker, meringankan gejala, dan meningkatkan kualitas hidup.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
Pilihan
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
-
Tak Hanya Soal Ekonomi! Celios Ungkap Jejak Tiongkok di Indonesia Makin Meluas, Ini Buktinya
Terkini
-
Sering Diabaikan, Masalah Pembuluh Darah Otak Ternyata Bisa Dideteksi Dini dengan Teknologi DSA
-
Efikasi 100 Persen, Vaksin Kanker Rusia Apakah Aman?
-
Tahapan Skrining BPJS Kesehatan Via Aplikasi dan Online
-
Rusia Luncurkan Vaksin EnteroMix: Mungkinkah Jadi Era Baru Pengobatan Kanker?
-
Skrining BPJS Kesehatan: Panduan Lengkap Deteksi Dini Penyakit di Tahun 2025
-
Surfing Jadi Jalan Perempuan Temukan Keberanian dan Healing di Laut
-
Bayi Rewel Bikin Stres? Rahasia Tidur Nyenyak dengan Aromaterapi Lavender dan Chamomile!
-
Varises Esofagus Bisa Picu BAB dan Muntah Darah Hitam, Ini Penjelasan Dokter Bedah
-
Revolusi Kesehatan Dimulai: Indonesia Jadi Pusat Inovasi Digital di Asia!
-
HPV Masih Jadi Ancaman, Kini Ada Vaksin Generasi Baru dengan Perlindungan Lebih Luas