- Kasus dengue global melonjak, Indonesia catat 115 ribu kasus dan 479 kematian hingga Sept 2025.
- DKI Jakarta & FKUI luncurkan vaksinasi dengue dengan pemantauan aktif di Jaksel.
- Program libatkan 30 ribu anak, dukung target WHO “Zero Dengue Deaths 2030.”
Suara.com - Infeksi dengue masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat dunia. Data World Health Organization (WHO) menunjukkan lonjakan kasus global yang mencengangkan: dari 505 ribu kasus pada tahun 2000 menjadi 14,6 juta kasus pada 2024.
Lebih dari 5,6 miliar orang kini hidup dalam risiko terinfeksi dengue dan arbovirus lainnya. Sebagai negara endemis, Indonesia menghadapi beban ganda.
Hingga 22 September 2025, Kementerian Kesehatan RI mencatat 115.138 kasus dengue dengan 479 kematian. Dari jumlah tersebut, 57 persen terjadi di Pulau Jawa, termasuk 7.274 kasus dengan 12 kematian di DKI Jakarta.
Situasi ini tentu saja menegaskan pentingnya strategi yang lebih terintegrasi dalam penanggulangan dengue.
Dari 3M Plus ke Inovasi Baru
Sejak 1980-an, pemerintah Indonesia telah menjalankan berbagai upaya pengendalian, mulai dari fogging massal, penggunaan larvasida, hingga gerakan berbasis masyarakat seperti 3M Plus dan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J). Namun, tren kasus yang terus meningkat menunjukkan perlunya pendekatan lebih komprehensif.
“Dengue adalah tantangan kesehatan yang terus kita hadapi setiap tahun dengan dampak signifikan bagi masyarakat Jakarta. Tahun ini saja, hingga 22 September, sudah tercatat 7.274 kasus dengan 12 kematian. Kami sadar strategi pengendalian harus berlapis, tidak cukup hanya dengan metode konvensional,” jelas dr. Ovi Norfiana, M.K.M., Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta, mewakili Kepala Dinas Kesehatan.
Salah satu inovasi yang kini dijalankan adalah teknologi Wolbachia di Jakarta Barat, yang bertujuan memutus rantai penularan virus melalui nyamuk. Selain itu, Pemprov DKI bersama Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) meluncurkan program vaksinasi dengue dengan pemantauan aktif di Jakarta Selatan.
Fokus pada 30.000 Anak
Baca Juga: DBD Masih Jadi Ancaman, Ini Alasan Anak Perlu Belajar Cara Pencegahan Sejak Dini
Program pemantauan aktif ini dirancang selama tiga tahun dengan melibatkan 30.000 anak di tiga kota:
- Jakarta Selatan: 15.000 anak (10.000 mendapat vaksin dengue)
- Palembang: 7.500 anak (5.000 divaksinasi)
- Banjarmasin: 7.500 anak (5.000 divaksinasi)
Melalui pemantauan ini, tim akan mengevaluasi keamanan dan efektivitas vaksin secara sistematis.
“Dengue bisa menyerang siapa saja tanpa memandang usia atau musim. Karena itu, pencegahan harus menjadi prioritas. Melalui pemantauan aktif vaksinasi ini, kami berharap dapat membangun fondasi kesehatan masyarakat yang lebih kuat dan berkelanjutan,” ujar Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K), Guru Besar FKUI.
Kolaborasi Akademisi, Pemerintah, dan Swasta
Program ini tidak hanya digagas oleh Pemprov DKI dan FKUI, tetapi juga melibatkan akademisi dari Universitas Sriwijaya Palembang dan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, dengan dukungan sektor swasta seperti Takeda Innovative Medicines.
“Sebagai institusi pendidikan kedokteran, FKUI berkomitmen melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat untuk meningkatkan kesehatan rakyat. Kolaborasi ini adalah bentuk nyata kontribusi akademisi dalam memperkuat ketahanan kesehatan,” kata Prof. Dr. dr. H. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP, Dekan FKUI.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Selamat Datang Mees Hilgers Akhirnya Kembali Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Sampaikan Laporan Kinerja, Puan Maharani ke Masyarakat: Mohon Maaf atas Kinerja DPR Belum Sempurna
Pilihan
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
-
5 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori 256 GB, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Geger Shutdown AS, Menko Airlangga: Perundingan Dagang RI Berhenti Dulu!
-
Seruan 'Cancel' Elon Musk Bikin Netflix Kehilangan Rp250 Triliun dalam Sehari!
-
Proyek Ponpes Al Khoziny dari Tahun 2015-2024 Terekam, Tiang Penyangga Terlalu Kecil?
Terkini
-
Atasi Pembesaran Prostat Tanpa Operasi Besar? Kenali Rezum, Terapi Uap Air yang Jadi Harapan Baru
-
Dukungan untuk Anak Pejuang Kanker, Apa Saja yang Bisa Dilakukan?
-
Anak Sering Mengeluh Mata Lelah? Awas, Mata Minus Mengintai! Ini Cara Mencegahnya
-
Dokter dan Klinik Indonesia Raih Penghargaan di Cynosure Lutronic APAC Summit 2025
-
Stop Ruam Popok! 5 Tips Ampuh Pilih Popok Terbaik untuk Kulit Bayi Sensitif
-
Fenomena Banyak Pasien Kanker Berobat ke Luar Negeri Lalu Lanjut Terapi di Indonesia, Apa Sebabnya?
-
Anak Percaya Diri, Sukses di Masa Depan! Ini yang Wajib Orang Tua Lakukan!
-
Produk Susu Lokal Tembus Pasar ASEAN, Perkuat Gizi Anak Asia Tenggara
-
Miris! Ahli Kanker Cerita Dokter Layani 70 Pasien BPJS per Hari, Konsultasi Jadi Sebentar
-
Silent Killer Mengintai: 1 dari 3 Orang Indonesia Terancam Kolesterol Tinggi!