- SUN menggandeng 300 kader PKK untuk lomba kreasi MPASI guna mengatasi tantangan Gerakan Tutup Mulut (GTM) melalui 3 Metode Lahap Makan.
- Ahli gizi menekankan pentingnya MPASI padat gizi, terutama zat besi, dengan memanfaatkan pangan lokal dan MPASI fortifikasi.
- Para finalis menjadi Duta Lahap Makan untuk meneruskan edukasi, didukung inovasi produk SUN yang praktis, aman, dan bergizi.
Suara.com - Gerakan Tutup Mulut (GTM) menjadi salah satu tantangan terbesar bagi banyak ibu ketika memasuki fase pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI).
Kondisi saat anak menolak makan, menutup mulut, atau mudah bosan pada hidangan sering kali membuat proses makan menjadi penuh drama dan kekhawatiran.
Masalah ini tidak hanya menguji kesabaran orang tua, tetapi juga berdampak pada pemenuhan gizi anak, terutama pada usia 6–24 bulan yang merupakan periode emas perkembangan otak dan tubuh.
Selama tahun 2025, SUN terus mengampanyekan Gerakan Lahap Makan untuk membantu orang tua menghadapi persoalan ini. Melalui 3 Metode Lahap Makan ala SUN.
Di antaranya yaitu makan saat lapar dan tidak mengantuk, variasi rasa dan tekstur sesuai usia, serta cara pemberian makan yang tepat. Dengan begitu SUN mengajak para ibu untuk menciptakan pengalaman makan yang lebih positif.
Robert Arifin, Kepala Divisi Nutrition and Special Foods ICBP, menegaskan pentingnya pendekatan ini. Ia mengatakan, Gerakan Tutup Mulut masih menjadi tantangan utama para ibu saat memberikan MPASI.
"Melalui 3 Metode Lahap Makan ala SUN, SUN menghadirkan solusi praktis agar ibu dapat menyajikan menu bergizi sekaligus membangun pengalaman makan yang positif bagi anak,” ucapnya.
Menurutnya, edukasi gizi dan kreativitas menu menjadi kunci yang bisa membantu anak makan lebih lahap sekaligus memenuhi kebutuhan nutrisi harian.
Upaya ini diwujudkan salah satunya melalui Lomba Kreasi Lahap Makan SUN yang melibatkan lebih dari 300 kader PKK di enam provinsi. Para kader tidak hanya berkompetisi, tetapi juga belajar bagaimana menciptakan menu MPASI berbasis pangan lokal yang sehat, bergizi, dan variatif.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Piring Makan Stainless Steel untuk Bayi, Aman, Awet, dan Lucu
Kehadiran para ahli dalam kegiatan ini semakin memperkuat pemahaman peserta terhadap pentingnya kandungan gizi dalam setiap suapan.
Pakar gizi Dr. Rita Ramayulis menegaskan bahwa tantangan GTM semakin berat ketika porsi makan anak yang kecil tidak diimbangi dengan pemilihan bahan pangan yang kaya zat gizi.
“Mulai usia 6 bulan, kebutuhan zat besi bayi melonjak hingga sekitar 11 mg per hari, sementara dalam ASI hanya tersedia sekitar 3%-nya, jadi masih kurang 97% lagi yang harus disediakan MPASI,” tambahnya.
Karena itu, setiap sajian perlu padat gizi, memanfaatkan bahan makanan seperti ikan kembung dan lele yang terjangkau dan mudah ditemukan, serta dipadukan dengan MPASI fortifikasi tinggi zat besi.
Menurutnya, menu MPASI tidak perlu rumit—yang penting seimbang, teksturnya sesuai usia, dan rasanya tetap disukai anak.
Tantangan anak menolak makan juga dirasakan oleh banyak ibu, termasuk figur publik Alyssa Soebandono. Ia membagikan pengalamannya mengatasi rasa bosan anak terhadap menu yang itu-itu saja.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Dapur Sehat: Jantung Rumah yang Nyaman, Bersih, dan Bebas Kontaminasi
-
Pemeriksaan Hormon Sering Gagal? Kenali Teknologi Multiomics yang Lebih Akurat
-
Di Balik Prestasi Atlet, Ada Peran Layanan Kesehatan yang Makin Krusial
-
Terobosan Baru Pengobatan Diabetes di Indonesia: Insulin 'Ajaib' yang Minim Risiko Gula Darah Rendah
-
Di Balik Krisis Penyakit Kronis: Mengapa Deteksi Dini Melalui Inovasi Diagnostik Jadi Benteng Utama?
-
Cara Mencegah Stroke Sejak Dini dengan Langkah Sederhana, Yuk Pelajari!
-
12 Gejala Penyakit ISPA yang Wajib Diwaspadai, Serang Korban Banjir Sumatra
-
Bukan Hanya Estetika: Ini Terobosan Stem Cell Terkini yang Dikembangkan Ilmuwan Indonesia
-
Kolesterol Jahat Masih Tinggi, 80 Persen Pasien Jantung Gagal Capai Target LDL-C
-
Waspada Ancaman di Tanah Suci: Mengapa Meningitis Jadi Momok Jemaah Haji dan Umrah Indonesia?