“Ironinya adalah bahwa negara bisa memberikan hak pengelolaan atas tanah negara kepada pengusaha besar dan konglomerat, tapi begitu berat dan seperti pelit sekali untuk rakyat miskin, khususnya petani. Praktik seperti ini sudah harus dilakukan Perubahan signifikan,” tambahnya.
“Jadi kalau memang negara ini punya niat untuk mampu membangun kedaulatan dan kemandirian pangan, maka sudah mesti memuliakan petani Indonesia. Berikan kebutuhan menanam yang cukup seperti pupuk, obat tanaman, infrastruktur pertanian, penyuluh pertanian yang tersedia dan aktif turun ke lapangan, hingga lahan untuk digarap bagi petani atau butuh tani yang belum memiliki lahan untuk bekerja. Lalu berikan jaminan harga jual hasil produksi yang menguntungkan mereka juga akses terhadap pasar. Berikan bantuan permodalan yang baik dan tidak mempersulit dan jaminan risiko gagal panen juga penting. Di sinilah negara harus hadir, agar defisit produksi pangan kita bisa ditutupi oleh produksi petani kita sendiri hingga tidak lagi defisit, dan bukan impor,” tegas Reiza menjelaskan.
Dia juga menambahkan bahwa praktik Food Estate yang diberikan kepada perusahaan mitra kementrian oleh negara, tidak akan mengubah nasib petani lebih baik, justru akan semakin meminggirkan mereka dan menjadikan petani sebagai profesi yang tidak memiliki masa depan yang baik.
“Bagaimana tidak? Di satu sisi negara memberikan lahan begitu luas kepada perusahaan mitra kementrian untuk dibuat Food Estate, di sisi yang lain negara sejak awal merencanakan pupuk untuk petani tidak pernah cukup. Kebutuhan pupuk petani 10,7 juta ton setiap tahun, di dalam APBN 2024 sebagai contoh, hanya dialokasikan sebesar 4,8 juta ton. Dan praktik begitu juga terjadi dalam APBN beberapa tahun ke belakang. Ironis sekali ini terjadi pada bangsa yang mengaku sebagai bangsa agraris, di mana petaninya seolah sengaja dibuat miskin dan tidak bisa maksimal berproduksi, agar impor pangan bisa jalan terus dan memberikan ekosistem pertanian di Indonesia kepada korporasi dengan alasan kemandirian dan krisis pangan,” tegasnya.
Reiza juga mengatakan bahwa selama ini Indonesia hampir tidak pernah mengalami krisis pangan, karena defisit produksi pangan di Indonesia selalu ditutupi dengan impor.
“Dengan kondisi begitu, seolah negara terus saja membiarkan petani Indonesia itu susah dan tidak mampu menjadi tulang punggung produksi kebutuhan pangan kita, sehingga selalu ada alasan untuk impor pangan, di mana profit dari rentenya sangat besar sekali. Belum lagi ada indikasi kuat potensi pendapatan ilegal dari transaksi pengurusan ijin dan quota impor itu. Ini harus segera dihentikan dan bangsa ini memang butuh perubahan fundamental,” kata Reiza menjelaskan.
Reiza menyimpulkan, bahwa itu semua akan dilakukan melalui program contract farming atau pertanian dengan perjanjian dari program kerja pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar jika mereka terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI periode 2024-2029 nanti.
“Program tersebut dengan segala detilnya, bisa dijamin bakal menyejahterakan petani di Indonesia sehingga mereka menjadi lebih sejahtera untuk terus menjadi tulang punggung penjaga keberlangsungan persediaan pangan nasional,” tutupnya.
Baca Juga: Cak Imin Pamer Foto Bareng Mantan Pacar, Publik Heboh: Cowok Klepon
Berita Terkait
-
Gibran Dibilang Mirip Pemeran Drakor, Kaesang Disamakan dengan Aktor Tampan Thailand
-
Pengamat Sebut Anies Lebih Kental Nuansa Kerelawanan
-
Momen Sikap Hormat Prabowo Usai SBY Beri Sanjungan "Putra Terbaik Bangsa" di Hadapan Warga Malang
-
Diterpa Isu Sakit, Prabowo Justru Tampil Bugar Joget Bareng AHY dan Denny Caknan di Kampanye Demokrat
-
Cucu Presiden Soekarno: Pakde Guntur Harus Lebih Banyak Belajar Lagi dari Pemikiran Kakek Saya
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
- Mahfud MD Terkejut dengan Pencopotan BG dalam Reshuffle Kabinet Prabowo
- Viral Murid SD Kompak Tolak Makan Gratis, Anak-Anak Jujur Masalahnya di Menu?
Pilihan
-
Tak Hanya Soal Ekonomi! Celios Ungkap Jejak Tiongkok di Indonesia Makin Meluas, Ini Buktinya
-
3 Rekomendasi HP 5G Murah di Bawah Rp3 Juta Tebaru September 2025
-
3 Kontroversi Purbaya Yudhi Sadewa di Tengah Jabatan Baru sebagai Menteri
-
Indonesia di Ujung Tanduk, Negara Keturunan Jawa Malah Berpeluang Lolos ke Piala Dunia 2026
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan Memori 256 GB, Terbaru September 2025
Terkini
-
Ngaku Lagi di Luar Pulau Jawa, Ridwan Kamil Tidak Hadir Penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta Besok
-
Paslon Bupati-Wakil Bupati Bogor nomor 2 Pecah Kongsi, Soal Pencabutan Gugatan Sengketa Pilkada ke MK
-
Miris, Warga Bali 'Dibuang' Adat Karena Beda Pilihan Politik
-
Meski Sudah Diendorse di Kampanye, Pramono Diyakini Tak akan Ikuti Cara Anies Ini Saat Jadi Gubernur
-
Pilkada Jakarta Usai, KPU Beberkan Jadwal Pelantikan Pramono-Rano
-
MK Harus Profesional Tangani Sengketa Pilkada, Jangan Ulangi Sejarah Kelam
-
Revisi UU Jadi Prioritas, TII Ajukan 6 Rekomendasi Kebijakan untuk Penguatan Pengawasan Partisipatif Pemilu
-
Menang Pilkada Papua Tengah, Pendukung MeGe Konvoi Keliling Kota Nabire
-
Pasangan WAGI Tempati Posisi Kedua Pilkada Papua Tengah, Siap Tempuh Jalur Hukum ke MK
-
Sah! KPU Tetapkan Pasangan MeGe Pemenang Pilgub Papua Tengah 2024