Suara.com - ......eee.....eeeeee.......taranta'jo... taranta'jo...!!
–
Kalimat ini merupakan penggalan kata yang terucap dalam pertunjukan musik kesenian Sulawesi Selatan yang dibawakan oleh Passare Ensemble di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta Minggu (28/9/2014).
Sore itu, selama satu jam, para pemusik yang tergabung dalam Passare Ensemble itu menyatukan bunyi dan mempersembahkan sebuah penampilan yang epic dan unik dalam "Appasse’re Sa’ra".
Filosofi dan kreativitas yang ditawarkan oleh Passare Ensemble, itu mampu memukau pengunjung yang memadati Galeri Indonesia Kaya sore itu.
Appasse’re sa’ra merupakan wujud dari pendalaman tentang keterikatan alam semesta, Tuhan dan manusia dalam sebuah ruang kehidupan, yang diaplikasikan dalam penyatuan bunyi. Di "Appasse’re sa’ra" mengandung beberapa kedalaman makna yaitu, “Appa” dalam bahasa Bugis Makassar “sulappa appa” yang artinya empat penjuru.
Empat penjuru diartikan sebagai sisi di dalam sebuah ruang, dapat juga berarti empat unsur yang ada di alam semesta yaitu, air, tanah, api dan udara. Kemudian “Se’re” adalah satu atau esa, merupakan symbol dari keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa. “Sa’ra”, yang berarti bunyi.
Appasse’re Sa’ra (menyatukan bunyi) adalah penyatuan bunyi secara menyeluruh dalam ruang kehidupan, yang memiliki dasar keyakinan yang kuat menuju keikhlasan.
Appasse're Sa'ra mengangkat sebuah komposisi musik dengan latar belakang musik prosesi ritual Appassili/penyucian benda-benda sejarah di Istana Kerajaan Gowa dan Appassili/siraman dalam prosesi hajatan masyarakat Gowa menjelang aqil baliq. Tuturan Pangrita/penghulu adat sebagai pengantar, dan beberapa bagian motif iringan Pakarena Samboritta menyatukan komposisi itu.
Seluruh media pendukung dalam karya ini menjadi sumber bunyi dalam yang berlangsung selama hampir satu jam. Passare Ensemble yang membawakan alat-alat musik seperti parappasa, gendang, suling, puik-puik, gong, kecaping, gayung batok, gitar, dan dulang.
“Keinginan kami untuk terus mengembangkan kesenian Indonesia khususnya yang berasal dari Sulawesi Selatan yang mungkin jarang dilihat oleh masyarakat khususnya di ibukota. Semoga pertunjukan ini mampu mengenalkan seni budaya dari Sulawesi Selatan dan dapat menghibur para penonton,” ujar A. Sulthan Ngirate, ketua Passare Ensemble sebagaimana dikutip dalam siaran pers yang diterima suara.com.
Komunitas Passare Ensemble berdiri pada tahun 2012, dan antara lain digagas oleh Sultan Ngirate, Dimas Bayu & Didit Alamsyah yang mempunyai keinginan untuk mengembangkan kesenian musik Sulawesi Selatan.
Komunitas ini lantas berkembang dan menghasilkan karya musik industri tanpa menghilangkan unsur musik tradisi yang diemban komunitas ini.
Proses kreatifitas Passare Ensemble memiliki bentuk-bentuk karya musik yang dipengaruhi oleh empat unsur di dalam alam semesta yaitu, air, tanah, api dan udara. Pengaruh-pengaruh inilah yang diyakininya untuk disyukuri.
Kesadaran bahwa apa yang ada dalam diri Passare hanyalah titipan Tuhan yang harus tetap dijaga. Dan apapun yang ada di sekitar kita adalah sebagai motivator untuk memotivasi setiap langkah dalam kehidupan antara manusia, alam, dan Tuhan sang Pencipta.
“Kualle angangangi tallanga natoalla”, artinya “aku lebih memilih tenggelam daripada pulang tak membuahkan hasil”, adalah sebuah semboyan pandangan hidup perantau etnis Makassar. Kalimat inilah yang menjadi semangat Passare Ensemble.
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Siswi SMA Cetak Prestasi Nasional Lewat Riset Biolarvasida dari Limbah Dapur
-
Finansial Serba Digital: Praktis Buat Urban, Tantangan Buat Indonesia
-
Skin Booster Bakal Jadi Tren Perawatan Kulit Natural yang Paling Dicari
-
5 Ide Kado Hari Guru Nasional 2025, Sederhana tapi Berkesan
-
5 Cushion yang Bagus untuk Usia 40-an, Garis Halus dan Flek Hitam Tersamarkan
-
5 Cushion dengan SPF 50 untuk Aktivitas Outdoor, Lindungi dari Sinar UV
-
Program Penanaman 1.000 Pohon Gaharu Dorong Ekosistem Industri Berbasis Keberlanjutan
-
7 Rekomendasi Serum Retinol untuk Usia 50 Tahun, Samarkan Tanda Penuaan
-
7 Sunscreen untuk Flek Hitam Usia 70 Tahun ke Atas, Rawat Kulit Tipis
-
Bukan Hanya Tren: Indonesia Pimpin Gerakan 'Slow Fashion' Global di BRICS+ Fashion Summit Moskow