Bermula dari mengajarkan ibu-ibu di sekitar rumahnya, Ambarwati kini sudah diminta untuk mengajar di hampir seluruh Indonesia. Dan dari perjalanan ke berbagai pelosok tanah air ini, Ambar menemukan banyak potensi sumber pangan lokal yang selama ini mulai ditinggalkan. Sebut saja tepung daun kelor, tepung bekatul dari Garut, tepung mangrove dari Papua, tepung jagung dari Nusa Tenggara, dan banyak yang lain.
Dia ingin sumber pangan lokal dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Ia yakin, jika masyarakat sudah memanfaatkan pangan lokal, maka ketergantungan impor bangsa ini akan bisa dikurangi.
"Saya ingin, orang tidak hanya sekedar makan, tetapi juga mengerti dan paham tentang kearifan lokal dan sumber pangan di sekitar tempat tinggalnya," ujarnya.
Tak hanya membagi ilmu dengan orang-orang dewasa, Ambarwati melalui CV Arum Ayunya juga membagi ilmu dan semangat pada generasi muda mulai dari taman kanak-kanak hingga anak kuliahan.
Meskipun terus berbagi ilmu, Ambarwati berpegang bisnis tetap saja bisnis. Dia tetap harus memikirkan keuntungan agar usahanya berlanjut.
CV Arum Ayu yang diambil dari nama putri-putrinya itu harus terus maju sehingga ia bisa menularkan pengetahuannya pada orang lain. Untuk tetap mempertahankan pasar, dia terus berinovasi dan terus meningkatkan kualitas. Pada tataran bahan baku, dia ikut mengedukasi penyuplai tepung dari kelompok-kelompok tani di Pandeglang agar tepungnya memenuhi standar dan berkualitas.
Semangat bisnis yang turun dari neneknya, ditambah kerja kerasnya, membuatnya mampu mengelola CV Arum Ayu dengan baik.
"Saat ini saya tidak memiliki outlet tetapi lebih pada pesanan saja, dari situ hasilnya juga lumayan," katanya sambil tersenyum.
Kini seiring perjalanan waktu, Ambarwati berharap rumahnya di Kawasan Bintaro bisa menjadi pusat pelatihan dan menghasilkan wirausahawan tangguh yang mampu memanfaatkan sumber pangan lokal Indonesia.
Usaha panganan dari sumber pangan lokal, menurutnya masih memiliki pasar luas dan makin diminati. Oleh karena itu, dia terus memberi semangat pada semua orang untuk ikut terlibat dalam usaha tersebut. Semakin banyak pangan lokal yang digunakan maka impor produk luar dapat ditekan, dan masyarakat menjadi lebih sehat.
"Jangan pernah berhenti berbagi," itu prinsipnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Silsilah Keluarga Putri Tanjung, Rumah Tangganya dengan Guinandra Jatikusumo Diisukan Retak
-
Apa Pekerjaan Guinandra Jatikusumo? Rumah Tangganya dengan Putri Tanjung Dikabarkan Retak
-
Kisah Keluarga Syifa Hadju, Ibunya Sempat Berjuang Jadi Single Parent
-
OTW Jadi Mantu Maia Estianty, Pendidikan Syifa Hadju Tak Kalah Mentereng dari El Rumi
-
Profil Toni Permana: Pembuat Paving Block dari Sampah, Kini Dilirik Ferry Irwandi
-
Harta Kekayaan Putri Tanjung Pernah Terungkap di LHKPN, Capai Rp 5 M Tanpa Utang
-
Suami Tuntut Chikita Meidy Kembalikan Mahar, Memangnya Boleh dalam Islam?
-
Siapa Ayah Kandung Syifa Hadju? Dibesarkan Ibu Single Parent, Sempat Tak Yakin dengan Pernikahan
-
Apa Itu Magang Nasional 2025? Ini Syarat, Cara Daftar SIAPKerja, Jadwal dan Gajinya
-
Syifa Hadju Keturunan Mana? Dilamar El Rumi, Kisah Ayah Kandungnya Jadi Misteri