Suara.com - Sejumlah pengunjung mengeluhkan retribusi yang terlalu mahal serta tidak seimbangnya dengan pelayanan dan kebersihan di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Papandayan, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
"Saya kecewa dengan sistem pengelolaan kawasan Gunung Papandayan mulai dari pungutan tarif dan banyak sampah," kata Daniel wisatawan Gunung Papandayan asal Jakarta, Rabu (13/7/2016).
Daniel menuturkan tarif yang ditentukan oleh pihak pengelola terlalu banyak dan tidak rasional, berbeda dengan tahun-tahun musim libur Lebaran sebelumnya.
Dia menambahkan, tarif yang dipungut untuk wisatawan yakni mulai dari tarif masuk kawasan wisata, tarif kemah, dan tarif parkir kendaraan yang sangat mahal.
"Terus terang saja kami sangat kecewa dengan pengelolaan kawasan objek wisata Papandayan saat ini yang semuanya dikenakan tarif dan tarifnya pun mahal-mahal," katanya.
Ia menyebutkan tarif yang ditentukan pengelola yakni untuk tarif masuk sebesar Rp65 ribu, kemudian tarif kemah Rp35 ribu per malam, dan tarif parkir kendaraan roda dua sampai Rp17 ribu.
Namun besaran tarif itu, kata dia, tidak sesuai dengan pelayanan dan kondisi kebersihan di sepanjang jalur pendakian dan kawasan berkemah.
Kondisi tersebut, kata dia, sempat dibahas oleh pengunjung lainnya dan menyatakan sama kecewa dengan pengelolaan Gunung Papandayan saat ini.
"Karena kecewa dengan tarif itu membuat pendaki lain pindah ke objek wisata lainnya," katanya.
Ia menambahkan jika kondisi tersebut tidak segera dibenahi maka Taman Wisata Alam Gunung Papandayan akan ditinggalkan oleh wisatawan.
Padahal Gunung Papandayan tersebut, kata dia, memiliki potensi daya tarik tersendiri, dan sudah terkenal hingga ke mancanegara.
"Jika pengelolaannya tidak segera dibenahi, saya yakin tak lama lagi objek wisata ini tak akan lagi diminati para wisatawan," katanya.
Wisatawan lainnya, Kurniawan menyatakan sama kecewa terhadap pengelolaan Gunung Papandayan yang terkesan komersial dan merugikan wisatawan.
Ia berharap pihak swasta yang mengelola wisata itu tidak hanya mengambil keuntungan saja, tetapi perhatikan masalah sampah dan kenyamanan pengunjung.
"Pengelola jangan hanya mengambil keuntungan dengan menaikan tarif tapi juga harus memperhatikan soal lainnya," katanya. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Mobil Keluarga Tahan Banting Anti Mogok, Mulai Rp 60 Jutaan
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Oktober: Klaim 16 Ribu Gems dan Pemain 110-113
- Makan Bergizi Gratis Berujung Petaka? Ratusan Siswa SMAN 1 Yogyakarta Keracunan Ayam Basi
- Jepang Berencana Keluar dari AFC, Timnas Indonesia Bakal Ikuti Jejaknya?
- Muncul Dugaan Kasus Trans7 vs Ponpes Lirboyo untuk Tutupi 4 Kasus Besar Ini
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
-
Kabar Gembira! Pemerintah Guyur BLT Ekstra Rp30 T, 17 Juta Keluarga Baru Kebagian Rezeki Akhir Tahun
Terkini
-
4 Cara Pesan Tiket Kereta Api Online Lewat HP Tanpa Harus Antre di Stasiun
-
5 Rekomendasi Parfum Lokal yang Sering Dipakai Pramugari, Wanginya Segar dan Tahan Lama
-
7 Sunscreen Terbaik untuk Pengguna Kereta: Ampuh Halau Sinar UV, Mulai Rp40 Ribuan
-
Eau de Parfum Dipakai di Mana? Ini Tips Wangi Tahan Lama dan Rekomendasi Parfumnya
-
Siapa Pemilik Shandika Widya Cinema? PH Xpose Uncensored Trans7 yang Senggol Pesantren
-
Kompor di Dapur Sarwendah Merek Apa? Harganya Disebut Tembus Rp1 Miliar
-
5 Rekomendasi Face Mist Penyegar Wajah Saat Naik Kereta: Ringan, Praktis, dan Anti Kusam!
-
Apakah Flek Hitam Bisa Hilang? Ini Rangkaian Skincare yang Bisa Jadi Solusi
-
6 Rekomendasi Parfum Awet untuk Traveling: Segar, Ringkas, dan Anti Luntur Saat Terkena Keringat
-
Jangan Skip Pakai Sunscreen, Ini 5 Cara Menghilangkan Flek Hitam di Tangan