Suara.com - Anda yang sudah memasuki bahtera rumah tangga, tentu masih ingat betul bagaimana ribetnya mengatur segala macam kebutuhan untuk menikah. Mulai dari biaya yang tinggi, konsep pernikahan, sampai masalah internal keluarga, penuh sesak ada di dalam otak.
Kalau sudah begitu, kadang akan muncul stres pra nikah yang tidak hanya buruk bagi kesehatan mental dan tubuh, tetapi juga segala macam rencana besar di hari 'H' tersebut.
Untuk itu, Permata Bank bersama konsultan psikologi modern--WeCan, membuat buku panduan berjudul #BicaraUang bagi pasangan dan memberikan masukan agar calon pengantin dapat meminimalisir stres pra nikah. Beberikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan.
Pertama, perhatikan dan pertimbangkan gambaran besar yang akan dicapai. Dikatakan, beberapa keputusan yang diambil oleh pasangan akan mempengaruhi hal lainnya. Misalnya, jumlah tamu dan siapa saja yang akan diundang sebaiknya sudah ditentukan sejak awal.
Hal ini terjadi karena jumlah tamu akan mempengaruhi hal lain seperti tempat dan fasilitas hingga jumlah makanan yang akan disediakan. Dengan melihat gambaran besarnya, pasangan dapat mempertimbangkan konsekuensi dari setiap pilihan yang telah diambil.
Kedua, buatlah daftar kebutuhan pesta pernikahan, progress dari setiap kebutuhan, dan tulis siapa yang bertanggungjawab atas hal tersebut. Ingatlah jika pesta pernikahan adalah acara antara pengantin lelaki dan perempuannya.
Jadi, pastikan jika proposi tanggung jawab sama dan merata. Dengan membuat daftar tersebut, calon pengantin dapat mengetahui apa saja yang masih memerlukan perhatian atau perencanaan yang lebih matang.
Ketiga, mau belajar dan mengajari, bukan berasumsi jika pasangan akan paham sendiri. Ingatlah bahwa ketika menikah, kedua calon mempelai juga 'menikahi' keluarga pasangan. Berikan informasi terkait tradisi atau kebiasaan keluarga pada pasangan.
Keempat atau yang terakhir, menyadari isu yang dimiliki sesama pasangan. Terkadang ketidaksepakatan di dalam mempersiapkan pernikahan bukan seperti apa yang terlihat permukaan. Contohnya.
Pasangan mungkin menginginkan pernikahan yang megah, tetapi isu sebenarnya bukan besaran dari pernikahan itu sendiri. Tetapi mungkin disebabkan karena adanya perasaan 'tidak ingin kalah' dari anggota keluarga lainnya.
Jadi, terkadang isu datang bukan dari kediu mempelai, tapi dari salah satu pasangan atau keluarga pasangan.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
Terkini
-
Kenali Ciri-Ciri Adidas Samba KW, Jangan Tergiur Harga Bersahabat!
-
Keajaiban Musim Gugur Colorado: Petualangan Kereta Api yang Memukau Hati!
-
Decluttering Mission 2025, Astra Motor Yogyakarta Ajak Anak SMK 'Beresin' Lemari Jadi Cuan
-
Inovasi Dunia Skincare: Tren Riasan dan Fokus pada Perawatan Pria
-
8 Cara Jitu Bedakan Sepatu Vans Asli dan KW, Jangan Sampai Ketipu!
-
Zulhas Sebut Udang Terpapar Radioaktif Masih Aman Dikonsumsi, Padahal Ini Bahayanya...
-
Onitsuka Tiger Made in Indonesia Apakah Ori? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
Tepuk Sakinah Wajib atau Tidak? Simak Penjelasan Pihak KUA
-
Apa Itu Cesium-137? Zat Radioaktif yang Ditemukan di Udang Cikande
-
Intip Jumlah Kekayaan Dedi Mulyadi, Dapat Peringatan dari Prabowo saat Akad Massal KPR