Suara.com - Kerut wajah di muka Sartibi terlihat serius. Kendati urat sedikit bermunculan karena termakan usia, tidak membuat tangan Pengelola Masjid Suro Palembang ini berhenti mengaduk sebuah adonan makanan khas Ramadan. Belakangan, makanan itu dikenal sebagai Bubur Suro.
Sartibi memang didapuk menjadi peracik sekaligus ahli waris pembuat panganan tradisional khas Masjid Suro yang berada di Jalan Ki Gede Ing Suro Kelurahan 30 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan. Lelaki paruh baya ini sedari pukul 14.00 WIB, sudah memulai "ritual" membuat bubur ini.
"Ini sudah tradisi. Hampir satu abad, masjid ini selalu membuat bubur. Kita bagikan ke seluruh masyarakat, baik itu mereka yang bermukim di sini atau musafir yang kebetulan berbuka puasa di masjid ini," ujar Sartibi membuka cerita, Sabtu (19/5/2018).
Menurutnya, jumlah bubur yang dibuat sepanjang Ramadan berbeda jumlahnya. Untuk awal Ramadan, ia memasak 6 kilogram bubur berbahan dasar beras yang dimasak menggunakan panci berukuran besar. Kemudian, di atas 15 hari hingga 30 hari beras yang dijadikan bubur pun dikurangi karena banyak warga yang mengirimkan makanan juga ke Masjid.
"Bubur ini bukan hanya dimasak saja tetapi juga diberikan daging, rempah-rempah dan juga kecap," katanya.
Saat Suara.com mencoba meminta sedikit resep, Sartibi pun membocorkannya. Menurutnya, tidak ada yang dirahasiakan.
"Untuk bumbunya, hanya ada bawang putih, bawang merah, ketumbar, merica, garam, bumbu sop dan minyak sayur,” katanya.
Pembuatannya pun cukup mudah, beras yang sudah dicuci dimasak dan diaduk selama kurang lebih tiga jam. Racikan bumbu yang sudah ditumis dimasukkan ke dalamnya, kemudian diaduk hingga menimbulkan aroma khas.
"Pada saat memasak, masukkan juga satu kilogram daging sapi yang sudah dipotong-potong untuk menambah lezat sajian bubur ketika disantap. Secara adat, makanan ini tidak boleh dijual bebas, karena merupakan warisan budaya,” ujarnya.
Baca Juga: Bulan Ramadan Ini Marshanda Belum Bertemu Sienna Lagi
Ia sendiri sebagai pengelola masjid juga sebagai pemasak bubur tersebut sejak tahun 1971.
“Dinamakan bubur suro karena dibuat dan diracik oleh salah satu pendiri Masjid Al-Mahmudiyah atau Masjid Suro yang juga termasuk masjid bersejarah Kota Palembang," katanya.
Masjid yang sudah berdiri sejak 1834 tersebut selalu memiliki tradisi membuat bubur Suro. Bubur itu dibagikan kepada seluruh warga secara gratis setiap hari di bulan Ramadan.
Menjelang matangnya bubur, biasanya banyak warga sekitar masjid yang antre untuk mendapatkan bubur suro tersebut karena hanya ada di bulan puasa saja, selain juga diperuntukkan sebagai hidangan berbuka bagi jamaah masjid.
Foto: Bubur Suro. [Suara.com/Andhika Tungga Alam]
Berita Terkait
Terpopuler
- Media Belanda Heran Mauro Zijlstra Masuk Skuad Utama Timnas Indonesia: Padahal Cadangan di Volendam
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Anak Wali Kota Prabumulih Bawa Mobil ke Sekolah, Padahal di LHKPN Hanya Ada Truk dan Buldoser
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Harta Kekayaan Wali Kota Prabumulih, Disorot usai Viral Pencopotan Kepala Sekolah
Pilihan
-
Kemiskinan dan Ketimpangan Ekonomi RI Seperti Lingkaran Setan
-
Core Indonesia Sebut Kebijakan Menkeu Purbaya Suntik Rp200 Triliun Dinilai Salah Diagnosis
-
When Botanies Meets Buddies: Sporadies Meramban Bunga Jadi Cerita
-
Ternyata Ini Rahasia Kulit Cerah dan Sehat Gelia Linda
-
Kontras! Mulan Jameela Pede Tenteng Tas Ratusan Juta Saat Ahmad Dhani Usulkan UU Anti Flexing
Terkini
-
Thariq Halilintar Kerja Apa? Bingung Dicecar Deddy Corbuzier Punya Bisnis Apa
-
5 Rekomendasi Bedak Wardah untuk Flek Hitam, Harga Ekonomis Bikin Percaya Diri
-
5 Moisturizer Pria di Indomaret Bikin Wajah Lembap dan Cerah, Mulai Rp30 Ribuan
-
Gaji PMO dan Asisten Bisnis Koperasi Merah Putih Apakah Sama? Simak Rinciannya
-
Di Balik Pesona Komodo: Sentuhan Harapan untuk Pendidikan Anak dari Sebuah Alat Tulis
-
Rahasia Kulit Glowing Alami Terungkap: Pegagan, Bintang Baru Skincare Lokal yang Wajib Dicoba!
-
Profil Kartika Sari Dewi Soekarno, Setengah Abad Lebih Baru Kali Ini Ziarah ke Makam Bapaknya
-
Modal Saja Tak Cukup! Rahasia UMKM Bertahan dan Berkembang di Era Sulit Terungkap
-
Apakah PPPK Paruh Waktu Punya Jenjang Karier dan Boleh Kerja Sampingan? Ini Aturannya
-
Terpopuler: Jejak Ratu Tisha Dicopot dari Komite PSSI, Prompt Gemini AI untuk Foto Prewedding