Suara.com - Setelah menjadi seorang ibu, banyak perempuan merasakan dilema: terus berkarir atau mengurus keluarga. Sayangnya, di antara dua pilihan ini, banyak yang mengambil pilihan kedua karena merasa terpaksa dan mendapatkan tekanan dari orang-orang di sekitar.
Padahal, menurut survei terhadap hampir 1.500 perempuan untuk buku Work PAUSE Thrive, hanya 11 persen perempuan yang berencana untuk mundur dari pekerjaan ketika mereka menjadi ibu.
Namun, justru yang benar-benar melakukannya berjumlah lebih banyak, hingga mencapai 72 persen. Penulis Lisen Sromberg menyimpulkan, ada sesuatu yang memaksa para perempuan ini keluar dari pekerjaan mereka.
Kenyataan ini juga dialami oleh Amy Mason, seorang ibu dari Washington D.C., Amerika Serikat (AS), yang bekerja di bidang ketenagakerjaan dan masalah upah selama lebih dari satu dekade.
“Saya adalah orang pertama di organisasi saya yang mengambil banyak cuti bersalin, dan orang pertama yang meminta jadwal kerja fleksibel,” kata Mason.
"Mereka memberikannya kepada saya, tetapi saya merasa seperti saya meminta kelonggaran. Saya tetap berada di tim kepemimpinan senior, tetapi tidak lagi berada di lingkaran dalam," ujar dia.
Merasa tak enak, Mason baru-baru ini melangkah keluar dari pekerjaannya. Dia berkata, "Akhirnya saya sampai pada kesimpulan bahwa pekerjaan itu harus dijalani dengan penuh waktu, Anda harus menjadi bagian dari semuanya. Dan saya tidak bisa melakukan itu."
Statistik menunjukkan dia tak sendirian, ada begitu banyak perempuan yang meninggalkan pekerjaan yang mereka sukai untuk pekerjaan yang kurang mereka inginkan, namun bisa menawarkan lebih banyak fleksibilitas. Lainnya, pada akhirnya menghentikan karir mereka sepenuhnya.
Menurut Departemen Tenaga Kerja AS, 43 persen perempuan dengan anak yang masih kecil memilih untuk tidak bekerja di luar rumah. Seiring dengan bertambahnya usia anak-anak mereka, banyak perempuan mulai mencari pekerjaan dan kembali ke dalam angkatan kerja, di mana 75 persen ibu yang memiliki anak-anak yang lebih besar kembali bekerja di luar rumah lagi.
Baca Juga: Dituduh Menipu, Istri Calon Wakil Wali Kota Bekasi Dipolisikan
Bagi banyak perempuan ini, kemampuan untuk tinggal di rumah ketika anak-anak masih kecil adalah pilihan dan hak istimewa. Tetapi, bagi beberapa orang seperti Mason, mungkin mereka merasa bahwa pilihan itu ada di tangan mereka.
Apa yang hilang saat perempuan memilih keluar kerja? Di laman berikut adalah jawabannya.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
- 6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
- 8 Mobil Kecil Bekas Terkenal Irit BBM dan Nyaman, Terbaik buat Harian
- 7 Rekomendasi Parfum Lokal Aroma Citrus yang Segar, Tahan Lama dan Anti Bau Keringat
- 5 Rekomendasi Moisturizer Korea untuk Mencerahkan Wajah, Bisa Bantu Atasi Flek Hitam
Pilihan
-
Keuangan WIKA 'Berlumur Darah' Imbas Whoosh, Bosnya Pasrah Merugi
-
Respons Berkelas Dean James usai Bikin Gol Spektakuler ke Gawang Feyenoord
-
Pahitnya Niat Baik: Guru Dipecat Karena Kumpulkan Rp20 Ribu untuk Gaji Honorer
-
Pemerintah Mau 'Bebaskan' Reynhard Sinaga, Predator Seksual Terkejam di Sejarah Inggris
-
Bahlil soal Izin Tambang di Raja Ampat : Barang Ini Ada, Sebelum Saya Ada di Muka Bumi!
Terkini
-
5 Potret Rumah Krisdayanti, Luas dengan Fasad Klasik Bak Istana Eropa
-
5 Sunscreen Stick dengan SPF 50 Terbaik, Hempas Flek Hitam di Wajah
-
7 Parfum Pria yang Disukai Wanita, Wanginya Dijamin Bikin Cewek Penasaran!
-
7 Bedak Padat untuk Usia 40 Tahun Keatas, Samarkan Garis Halus dan Flek Hitam!
-
7 Pilihan Sepatu Gym Pria Terbaik, Harga Mulai Rp300 Ribuan Aja
-
5 Rekomendasi Retinol untuk Pemula yang Aman, Cepat Bikin Kulit Glowing
-
6 Bedak Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Samarkan Tanda Penuaan
-
5 Eye Cream untuk Mengurangi Mata Panda Akibat Begadang, Mulai Rp19 Ribuan
-
Revolusi AI di Dunia Wisata: Bukan Lagi Mesin Pencari, Tapi Jadi Asisten Pribadi
-
10 Bahan Sederhana yang Ampuh Usir Semut dari Dalam Rumah