“Kepri juga bisa bikin seperti itu. Yang kita butuhkan adalah karakter investor yang passion ekowisata dan long term stamina,” paparnya.
Lantas apa yang didapat investor? Bukankah 7 tahun adalah durasi untuk membangun destinasi? Belum bicara untung?
“Yang didapat bisa banyak. Kalau berhasil, itu bisa jadi ATM. Contohnya banyak. Borobudur, Maldives, Bali, Raja Ampat. Saat sudah menjadi destinasi, bikin apa saja di destinasi dimaksud pasti laku. Kepri sangat bisa bikin ini karena ada CEO commitment yang kuat dari gubernurnya,” terangnya.
Komitmen yang dimaksud David adalah dukungan dari Pemprov Kepri. Ada dorongan pembuatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).
Bagi David ini terobosan besar. Impact-nya pun diyakini bakal sangat kuat.
“Satu KEK Kepi membawahi berbagai destinasi. Kepri punya Anambas, Natuna, Pulau Moro Besar, dan ribuan pulau lainnya. Kalau masing-masing pulau dibuatkan sebagai destinasi di bawah KEK Kepri, akan banyak investor yang hadir,” ungkapnya.
Bagaimana dengan hutan yang ada di destinasi? Apa nantinya tidak terancam? Ekosistem menjadi terganggu? Ujung-ujungnya hilang?
Soal ini, Djohan punya jawabannya.
“Saya justru tenang, karena hutan terjaga. Nggak ada lagi illegal logging. Nggak mungkin juga disertifikatkan. Artinya, kawasannya tetap, nggak berkurang,” ujarnya.
Baca Juga: Festival Bahari Kepri Pamerkan Keindahan Laut pada Para Yachter
Komentar menpar pun seirama. Menurutnya, pariwisata merupakan sektor yang paling kecil menimbulkan kerusakan.
“Ini karena prinsip pembangunan pariwisata adalah sustainable atau berkelanjutan. Lingkungan yang terjaga merupakan aset bagi pariwisata untuk mendatangkan wisatawan,” paparnya.
Ditambah lagi, tren dunia sedang mengarah ke sana. Pengembangan pariwisata selalu mempertimbangkan unsur 3P.
“Ada planet-alam, people-masyarakat, dan prosperity-kesejahteraan. Aspek people itu, kita harus perhatikan apa keinginan wisatawan. Lalu planet adalah bagaimana kita merawat dan menjaga tempat-tempat wisata, dan terakhir, prosperity, kita wajib perhatikan nilai-nilai ekonomis dari sebuah tempat wisata,” ujar Arief.
Berita Terkait
-
Arab Saudi Catat Lonjakan Wisatawan, Target 150 Juta Turis 2030 Dicanangkan
-
TOURISE 2025 Dibuka di Riyadh: Menteri Pariwisata Arab Saudi Bicara Inovasi dan Kolaborasi
-
Ngobrol Santai Bareng Para Duta Besar, Menpar Bicara Peningkatan Turis dan Kualitas Pariwisata
-
Menpar Widiyanti Targetkan Industri MICE Indonesia Susul Vietnam di Peringkat Global
-
Soal Isu Mandi Pakai Air Galon, Menpar Widiyanti Tegas: Hanya Kabar Miring!
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
Terkini
-
5 Body Lotion SPF Tinggi untuk Pria: Tidak Lengket, Cocok Buat Aktivitas Outdoor
-
5 Bedak Padat untuk Kulit Berminyak Usia 40 Tahun ke Atas, Ampuh Samarkan Garis Halus
-
7 Rekomendasi Sepatu Running Anak Lokal: Murah Kualitas Juara, Harga Mulai Rp100 Ribuan
-
5 Bedak Padat Wardah untuk Usia 30 Tahun ke Atas, Kulit Flawless Bebas Cakey
-
5 Cushion untuk Usia 50 Tahun yang Ramah Garis Penuaan
-
Anak Muda Indonesia Ini Tawarkan Model Bisnis Berbasis Kepercayaan dan Data
-
5 Shio Paling Beruntung dan Berlimpah Rezeki Besok 18 November 2025, Termasuk Kamu?
-
10 Bedak Padat untuk Tutupi Garis Penuaan Usia 50 Tahun ke Atas
-
Daftar Universitas dengan Jurusan IT Terbaik di Indonesia, PTN dan PTS
-
Dorongan Implementasi Bangunan Hijau untuk Infrastruktur Berkelanjutan di Indonesia