Contoh lainnya adalah isu para pengungsi perang Vietnam yang kehilangan identitas. Di sini, sang seniman merepresentasikannya dalam karya berbentuk tumpukan kartu identitas.
"Ketika menjadi pengungsi itu kan orang tidak punya identitas, banyak di antara mereka menjadi warga ilegal. Seniman ini lalu melakukan wawancara ke para pengungsi, lalu membuatkan kartu identitas."
"Jadi untuk menunjukkan bahwa hal terpenting yang hilang dari kehidupan seseorang ketika menjadi pengungsi adalah identitas," lanjut Alia Swastika.
Isu pinggiran dalam Biennale Jogja XV sendiri tak selalu merujuk pada wilayah geografis. Sebaliknya, pinggiran dapat diartikan sebagai hal-hal yang mungkin dianggap tidak penting atau hal-hal yang direpresi.
"Pameran ini lebih membuka soal konflik yang tersembunyi," tambahnya. "Di kita saja masih banyak, kita merepresi orang LGBT, kita merepresi kelompok miskin, digusur, rumahnya dijadikan bandara. Di beberapa video di Jogja National Museum, ada yang mengetengahkan masalah orang-orang kehilangan tanahnya karena dijadikan PLTN. Itu juga bagian dari represi."
"Saya mau bilang jika konflik ada di setiap tempat, tapi konteksnya beda. Yang sama adalah represi terhadap kelompok-kelompok terpinggir, walau konteksnya setiap negara beda," pungkas Alia Swastika.
Ya, Biennale Jogja XV 2019 memang bertujuan untuk melakukan pendidikan isu serta mendistribusikan pengetahuan tentang isu-isu di Asia Tenggara.
Setelah Asia Tenggara, Biennale pun berencana untuk bekerja sama dengan seniman-seniman di wilayah Pasifik di perhelatan berikutnya.
Baca Juga: Biennale Jogja 2019 Olah Sampah Plastik Jadi Karya Seni Bareng Siswa SLB
Berita Terkait
-
When Art Meet Photography: Intip Pameran Seni Anang Batas di Gramm Hotel
-
ARTJOG 2025 Motif Amalan: Seni Lebih dari Estetika
-
ARTSUB di Mata Pengunjung Pemula: Menggugah, Megah, tapi Juga Gerah
-
POSCART: Ketika Harapan untuk Tanah Air Diungkap Lewat Seni dan Aroma Jakarta
-
Dari Konser ke Kontemporer: Pameran Seni Tak Terduga di Funtaztic.ly yang Bikin Penasaran!
Terpopuler
- Selamat Datang Elkan Baggott, Belum Kering Tangis Timnas Indonesia
- Pondok Pesantren Lirboyo Disorot Usai Kasus Trans 7, Ini Deretan Tokoh Jebolannya
- Pengamat Pendidikan Sebut Keputusan Gubernur Banten Nonaktifkan Kepsek SMAN 1 Cimarga 'Blunder'
- Biodata dan Pendidikan Gubernur Banten: Nonaktifkan Kepsek SMA 1 Cimarga usai Pukul Siswa Perokok
- 6 Shio Paling Beruntung Kamis 16 Oktober 2025, Kamu Termasuk?
Pilihan
-
Patrick Kluivert Bongkar Cerita Makan Malam Terakhir Bersama Sebelum Dipecat
-
Dear PSSI! Ini 3 Pelatih Keturunan Indonesia yang Bisa Gantikan Patrick Kluivert
-
Proyek Sampah jadi Energi RI jadi Rebutan Global, Rosan: 107 Investor Sudah Daftar
-
Asus Hadirkan Revolusi Gaming Genggam Lewat ROG Xbox Ally, Sudah Bisa Dibeli Sekarang!
-
IHSG Rebound Fantastis di Sesi Pertama 16 Oktober 2025, Tembus Level 8.125
Terkini
-
Apa Itu Napi High Risk? Status Ammar Zoni sampai Dipindahkan ke Nusakambangan
-
Sejarah Hari Santri Nasional yang Diperingati 22 Oktober: Kisah di Balik Resolusi Jihad
-
10 Arti Mimpi Orang Meninggal Menurut Primbon Jawa, Benarkah Jadi Pertanda Baik?
-
5 Rekomendasi Cat Tembok Anti Rembes, Tahan di Cuaca Ekstrem
-
Terpopuler: Profesi Mentereng Erin Taulany hingga Jadwal Magang Kemnaker Batch 2
-
5 Rekomendasi Sunscreen Anti Aging, Ampuh Cegah Kerutan dan Flek Hitam
-
Kalender Jawa 17 Oktober 2025 Jumat Pahing, Ini Weton Sial dan Beruntung
-
17 Oktober Memperingati Hari Apa Saja? Tak Hanya Hari Kebudayaan Nasional dan Ultah Prabowo
-
Mau Punya Wajah Glowing? Pakai 5 Rekomendasi Moisturizer Korea TerbaikIni
-
6 Shio Paling Beruntung Dalam Urusan Cinta Besok Jumat 17 Oktober 2025