Suara.com - Jajanan Tidak Sehat Beredar Online dan Offline, Ini Anjuran Kepala BPOM
Anak-anak dan remaja, terutama di daerah perkotaan, memiliki akses yang sangat mudah pada makanan dan minuman siap saji yang dijual di jalanan, dengan harga murah dan ada di mana-mana.
Selain itu, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat telah memudahkan jual beli makanan siap saji atau siap santap kepada konsumen di manapun mereka berada melalui pembelian online dan layanan antar.
Namun, anak muda tersebut sebagian besar tidak menyadari tentang kualitas makanan yang ditawarkan di jalan. Dari segi higienitas jelas sangat diragukan. Bisa jadi tidak layak dikonsumsi, baik dari kandungan gizi, juga bahan baku, juga cara penyajian.
"Di Indonesia, konsumsi makanan dan minuman siap santap meningkat setiap tahun, dan saat ini, menyumbang 28% dari semua kalori yang dikonsumsi oleh penduduk perkotaan," tutur Kepala Badan POM, Penny K. Lukito dalam acara Healthy Street Food Festival di kawasan Senayan, Minggu (10/11/2019).
Sementara itu, Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa makanan yang dijual di jalan menjadi sumber keracunan makanan tertinggi kedua di Indonesia.
Berdasarkan fakta di atas, Penny K. Lukito menyampaikan pentingnya selektif dalam memilih jajanan. Maka pihaknya pun telah membuat startegi pengawasan jajanan sehat.
Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) merupakan salah satu prioritas pengawasan Pemerintah mengingat perannya yang strategis dalam mencukupi kebutuhan gizi anak sekolah.
PJAS menyumbang 31.06% energi dan 27.44% protein dari konsumsi pangan harian. Berdasarkan Survei yang pernah dilakukan Badan POM, diketahui bahwa hampir 99% anak sekolah jajan di sekolah baik di kantin maupun pedagang di luar sekolah (BPOM, 2013).
Baca Juga: Demi Kesehatan, Kepala BPOM Minta PKL Diedukasi Soal Pangan Sehat
"Tetapi tentu saja, jual beli seperti ini tetap harus memenuhi praktik yang baik dalam memproduksi dan mengantarkan makanan kepada konsumen agar tetap terjaga keamanan, mutu, dan gizinya,” sambung Pennya.
Lebih lanjut ia menganjurkan kepada produsen dan konsumen untuk sama-sama sadar untuk memproduksi, meyajikan, dan mengkonsmusi makanan yang sehat dan aman.
"Agar masyarakat beralih dari makanan yang bergantung pada musim, sebagian besar mesti bersumber dari tumbuhan (nabati) dan kaya serat. Beralih dari makanan yang tinggi karbohidrat, gula, lemak, dan garam," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- Suzuki Ignis Berapa cc? Harga Bekas Makin Cucok, Intip Spesifikasi dan Pajak Tahunannya
- 5 HP RAM 8 GB Paling Murah Cocok untuk Gamer dan Multitasking Berat
Pilihan
-
Indonesia Ngebut Kejar Tarif Nol Persen dari AS, Bidik Kelapa Sawit Hingga Karet!
-
Prabowo Turun Gunung Bereskan Polemik Utang Whoosh
-
Jokowi Klaim Proyek Whoosh Investasi Sosial, Tapi Dinikmati Kelas Atas
-
Barcelona Bakal Kirim Orang Pantau Laga Timnas Indonesia di Piala Dunia U-172025
-
Menkeu Purbaya Pamer Topi '8%' Sambil Lempar Bola Panas: Target Presiden, Bukan Saya!
Terkini
-
Retinol yang Bagus untuk Pemula Merek Apa? Ini 5 Rekomendasinya
-
6 Sunscreen SPF 30 yang Ideal untuk Usia 40 Tahun, Atasi Flek Hitam dan Garis Halus
-
5 Skincare Apotek untuk Mencerahkan Kulit, Glowing Tanpa Harus ke Klinik
-
3 Pilihan Moisturizer untuk Kulit Berminyak dan Berjerawat, Kandungan Lengkap Harga Murah
-
5 Shio yang Kurang Beruntung Selama November 2025, Begini Cara Menghadapinya
-
Rejuran S Bantu Wulan Guritno Atasi Bopeng, Terungkap dalam Insecurity Uncovered Zap Premiere
-
TikTok Shop by Tokopedia Dukung Brand Lokal Bersinar di Jakarta Fashion Week 2026
-
8 Fakta Perjalanan Cinta Deddy Corbuzier & Sabrina Chairunnisa: Nikah di Tanggal Cantik, Kini Cerai
-
5 Rekomendasi Tone Up Cream yang Harganya Affordable untuk Mencerahkan Kulit Wajah
-
5 Parfum dengan Wangi Horor, Cocok Dipakai saat Halloween