Suara.com - Kabupaten Kepulauan Sangihe yang terletak di Provinsi Sulawesi Utara memiliki cara tersendiri untuk mengangkat pangan lokal mereka, yaitu menerapkan program 'Two Days No Rice' atau Dua Hari Tanpa Makan Nasi.
Umbi-umbian dan sagu adalah sumber karbohidrat yang kerap ditemukan di wilayah tersebut. Akan tetapi, kebijakan pemerintah pusat yang menetapkan beras atau nasi sebagai makanan pokok di Indonesia, membuat Sangihe menerapkan program Two Days No Rice ini.
Dipaparkan oleh Serny Maria Lalu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kab. Sangihe, bahwa di wilayah tersebut tidak ada lahan khusus untuk menanam padi atau sawah.
"Sedangkan pangan lokal kita banyak. Ada umbi-umbian, ada sagu, dan lain sebagainya," katanya dalam Webinar Tak Kenal Maka Tak Bangga, Kamis (21/5/2020).
Hal ini pada akhirnya membuat pemerintah lokal berniat mengangkat pangan lokal yang memang telah dikonsumsi sejak zaman nenek moyang secara turun-temurun.
Program Two Days No Rice alias dua hari tanpa makan nasi dilaksanakan tiap hari Selasa dan Jumat. Program ini dilaksanakan sebagai bentuk keberpihakan pemerintah pada masyarakat petani.
Dengan tidak mengonsumsi nasi atau beras, secara tidak langsung permintaan pangan lokal pengganti nasi akan meningkat. Hal ini akan berdampak pada pendapatan petani yang meningkat dan terjadi perputaran perekonomian masyarakat.
"Jadi setiap hari Selasa dan hari Jumat, kami di Kabupaten Kepulauan Sangihe tidak mengonsumsi nasi. Menggantikan karbohidrat dari nasi dengan karbohidrat dari umbi-umbian dan sagu," kata Serny lagi.
Sebelum diolah jadi makanan, terlebih dahulu sagu diolah menjadi tepung. Kemudian diolah menjadi mi sagu dan beras analog sagu. Sagu telah menjadi makanan pokok beberapa daerah di wilayah Indonesia bagian Timur.
Baca Juga: Resep Papeda, masakan khas Maluku Tempat Glenn Fredly Berasal
Hadir dalam kesempatan yang sama, Puji Sumedi, Manajer Program Pertanian Yayasan KEHATI, menambahkan bahwa selama ini Sangihe harus membeli beras dari luar pulau.
"Dana per bulan yang dihabiskan 6 miliar untuk membeli beras dari luar. Dana itu tidak digunakan untuk memberi karbohidrat atau menyejahterakan petani di sana dengan mengonsumsi pangan lokal yang ada," pungkas Puji.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Rp80 Jutaan: Dari Si Paling Awet Sampai yang Paling Nyaman
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
- Timur Kapadze Tolak Timnas Indonesia karena Komposisi Pemain
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 19 Kode Redeem FC Mobile 5 Desember 2025: Klaim Matthus 115 dan 1.000 Rank Up Gratis
Pilihan
-
Kekuatan Tersembunyi Mangrove: Bisakah Jadi Solusi Iklim Jangka Panjang?
-
Orang Pintar Ramal Kans Argentina Masuk Grup Neraka di Piala Dunia 2026, Begini Hasilnya
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
Terkini
-
Sinopsis Film Becoming Human, Ini Alasan Menang Golden Hanoman JAFF 2025
-
Kesuksesan JAFF 2025: Tayangkan 227 Film dari 43 Negara, Becoming Human Menang Golden Hanoman
-
Unik, Ini Dia Festival Bakso Legendaris Pertama dari Penjuru Nusantara
-
Alasan Hunian Berkonsep Hijau Kian Jadi Favorit di Tengah Kota
-
5 Rekomendasi Sepatu Pantofel untuk Cowok Berkelas: Formal nan Stylish!
-
Magical Christmas di 69 Mal: Destinasi Wajib Keluarga untuk Ciptakan Momen Natal Tak Terlupakan
-
5 Rekomendasi Sepatu Pantofel Wanita Kalem, Stylish, tapi Profesional: Harga Terjangkau!
-
6 Bedak Tabur yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Formulanya Menyerap Minyak
-
5 Sabun Cuci Muka Mengandung Vitamin C untuk Mencerahkan Wajah
-
5 Rekomendasi Skin Tint Non Comedogenic Mulai Rp40 Ribuan, Wajah Flawless Bebas Jerawat