Suara.com - Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjatuhkan hukuman mati kepada Ferdy Sambo dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir Yosua Hutabarat atau Brigadir J.
"Menyatakan, mengadili terdakwa Ferdy Sambo SH. SiK MH, divonis pidana hukuman mati," kata hakim ketua Wahyu Iman Santoso dalam persidangan di PN Jakarta Selatan, Senin (13/2/2023).
Hakim Wahyu menyebutkan bahwa Ferdy Sambo terbukti secara sah dan meyakinkan telah melakukan pembunuhan berencana. Di sisi lain tidak ada hal yang bisa meringankan hukuman terdebut lkarrna sikap Ferdy Sambo sendiri.
"Hal meringankan, tidak ada hal meringankan dalam perkara ini," kata hakim Wahyu.
Ia membeberkan beberapa pertimbangan yang memberatkan hukuman terhadap terdakwa. Mulai dari pembunuhan tersebut dilakukan terhadap ajudannya sendiri yang telah mengabdi selama tiga tahun hingga sikap Ferdy Sambo yang dinilai berbelit-belit dan tidak mengakui perbuatannya.
Secara psikologis, bisa jadi ada alasan dibalik seseorang bersikeras tidak mau mengakui kedalahannya meski telah terbukti.
Psikolog dari The Happines Institute Dr Tim Sharp mengatakan bahwa seseorang yang sulit mengaku kesalahan maupun kekalahannya bisa jadi karena 3 alasan berikut:
1. Jika mengakui salah atau kalah artinya tidak layak
Beberapa orang memiliki kecemasan psikologis jika sampai mengakui kesalahan atau kekalahannya di depan orang lain.
Baca Juga: Divonis Hukuman Mati, Pengacara Ungkap Ferdy Sambo Sudah Siap dengan Risiko Paling Tinggi
"Saya berpikir bahwa orang melakukan itu bukan karena tidak suka salah. Tapi tidak ingin dipandang ada kesalahan pada karakternya," kata Dr Tim Sharp, dilansir dari whimn.com.
Bagi orang tersebut menjadi kebutuhan irasional egonya yang selalu ingin kesempurnaan. Karena itu, mereka merasa sulit mengakui kegagalannya dan memiliki harapan tidak realistis.
2. Tidak mengakui salah atau kalah artinya sosok yang kuat
Bagi sebagian orang mengaku kesalahan atau kekalahan di muka umum sama saja memperlihatkan penampilan yang lemah. Itu sebabnya, mereka tidak pernah mau mengakui kesalahannya karena tidak ingin dipandang lemah dan selalu ingin dihormati.
Tetapi, Dr Sharp melihat seseorang yang mau mengakui kesalahannya justru lebih dihormati dan dijadikan panutan, terlebih ia seorang pemimpin.
"Ini cukup masuk akal, karena jika orang mengatakan saya 100 persen sempurna dan benar, itu sulit dipercaya. Saya pun sulit mempercayai orang yang tidak saya kenal tapi mengakui 100 persen sempurna," ujarnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
5 Rekomendasi Bedak Viva untuk Natalan di Gereja, Awet Seharian!
-
6 Rekomendasi Parfum Miniso Terbaik untuk Kado Natal
-
Food Street Baru di Aeon Pakuwon Mall Suguhkan Sushi Geprek dan Menu Spicy Fusion yang Bikin Nagih!
-
Fashion Paling Diburu untuk Liburan Akhir Tahun di Musim Hujan, Ada 2 Item Terlaris
-
Elegan di Ujung Tahun: Intip Jade Series Terbaru dari Merche yang Wajib Dimiliki!
-
5 Inspirasi OOTD Natal ala Shandy Aulia, Tampil Anggun dan Sophisticated
-
7 Rekomendasi Warna Lipstik yang Cocok Dipakai Natalan di Gereja
-
5 Parfum Pria Wangi Tahan Lama hingga 24 Jam, Cocok untuk Acara Natal
-
7 Moisturizer Terbaik untuk Flek Hitam Usia 60 Tahun ke Atas
-
5 Sheet Mask yang Instan Mencerahkan Wajah, Cocok Dipakai Sebelum Natal