Selain itu, Pegiat Budaya Bram Kushardjanto menjelaskan bahwa batik Solo identik dengan lebih cokelat mirip warna tanah. Sedangkan batik Jogja lebih dominan latar putih.
4. Pola dan Gambar Batik
Lung-lungan adalah jenis isian atau motif batik yang digambarkan dengan tumbuhan menjalar, sedangkan isen-isen adalah motif yang menjadi pemanis dalam pola dasar.
Batik Solo biasanya menggunakan lebih banyak lung-lungan dalam bentuk lekungan atau cabang dengan atau tanpa daun serta isen-isen dalam bentuk "cecek" (titik-titik) sebagai pemanis. Sebab lebih berfokus pada filsafat Edi Peni.
Batik Jogja juga menggunakan cecek sebagai isen-isen pemanis pola dasar. Tapi jumlahnya tidak terlalu banyak dan pola utama tetap menjadi fokus secara keseluruhan.
5. Motif Gurda dan Parang
Jika Anda membeli batik di Malioboro, Pasar Klewer atau Kampung Batik, Anda mungkin akan menemui motif-motif populer seperti motif gurda dan motif parang.
Sekilas motif batik Yogyakarta dan Solo ini mungkin terlihat serupa. Akan tetapi ada perbedaan kecil yang dapat anda ketahui jika lebih cermat memeriksanya.
Batik motif gurda Jogja, cenderung digambarkan lebih membulat. Sementara motif gurda dari Solo dibuat lebih memanjang atau lonjong.
Baca Juga: Istana Berbatik, Jokowi: Bangsa Indonesia Patut Bersyukur Memiliki Warisan Budaya Batik
Selain itu, motif batik parang Yogyakarta dan batik Solo memiliki arah yang berbeda atau berlawanan.
Untuk motif parang Jogja digambar miring dari kanan atas ke kiri bawah. Motif parang Solo dibuat sebaliknya, polanya dimulai dari kiri atas ke kanan bawah.
Untuk lebih memahami perbedaan tersebut, Anda dapat mengunjungi beberapa museum di Yogyakarta maupun Solo. Misalnya Museum Ullen Sentalu, yang memiliki koleksi batik dari kedua daerah.
Selain itu Anda juga bisa mencoba langsung terlibat dalam proses pembuatan batik di Kampung Batik Laweyan Solo atau Kampung Batik Giriloyo Yogyakarta.
Sekian penjelasan terkait perbedaan motif batik Jogja dan Solo yang sering dianggap mirip.
Berita Terkait
-
Istana Berbatik, Jokowi: Bangsa Indonesia Patut Bersyukur Memiliki Warisan Budaya Batik
-
Pelatihan Membatik Ecoprint dengan Teknik Pounding Dapat Antusiasme Tinggi dari Warga di Desa Ketawang Laok
-
Inovasi Batik Concept Hasilkan Koleksi Bernuansa Modern Jadi Daya Pikat Anak Muda
-
Sederet Rangkaian Acara Menarik Siap Meriahkan HUT Ke-267 Kota Yogyakarta, Catat Tanggalnya!
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Rahasia Kreasi Kopi Kekinian: Coconut Milk, Bahan Lokal yang Mengguncang Industri Minuman!
-
Tren Fesyen Wanita Karier 2025: Ini 5 Item Wajib Ada di Lemari
-
Eye Cream atau Moisturizer Dulu? Ini Urutannya untuk Skincare Malam
-
Berapa Biaya Sekolah di Orchid Park Secondary School seperti Gibran? Segini Kisarannya
-
8 Fakta Pernikahan Selena Gomez dan Benny Blanco, Ini Potret Intimate Wedding Mereka
-
Alasan Kakek Nenek Prabowo Subianto Dimakamkan di Belanda
-
Kurikulum Internasional dan Regulasi Nasional: Formula Baru Pendidikan Masa Depan
-
5.200 Pelari Gaungkan Semangat UMKM Indonesia, Sport dan Empowerment Jadi Satu
-
Wacana akan Jadi Ibukota Politik, Mengapa IKN Dibangun di Kalimantan Timur?
-
Siapa Ayah Prabowo Subianto? Silsilahnya Disorot usai Sang Presiden Ziarah Makam di Belanda