Suara.com - Kasus serangan Israel ke Palestina berbuntut panjang. Kini di media sosial mulai ramai seruan untuk melakukan boikot pada brand-brand yang mendukung Israel. Ajakan ini dilakukan sebagai bentuk protes atas tindakan Israel yang dinilai melanggar kemanusiaan kepada warga Palestina.
Sederet brand ternama mulai dari Puma, Starbucks, Sabra, dan lain-lain termasuk ke dalam daftar boikot. Beberapa konten ajakan boikot juga mulai bertebaran di media sosial kepada brand yang masih mendukung Israel.
Namun, di sisi lain, masih ada beberapa warganet yang mempertanyakan apakah aksi boikot tersebut efektif dan memberikan dampak besar atau tidak. Lantas sebenarnya seberapa efektif aksi boikot produk ini?
Melansir laman Northwestern Insitute for Policy Research (IPR), menurut profesor manajemen dan organisasi, Brayden King, aksi boikot ini bisa memiliki kemungkinan, yakni berhasil maupun tidak. Jika tidak berhasil, biasanya boikot akan terlihat dari pendapatan penjualan produk yang masih banyak.
Namun, dalam penelitiannya, aksi boikot ini tetap bisa berhasil. Boikot ini akan efektif dan bisa sangat merugikan pendapatan suatu brand perusahaan. Bahkan, boikot juga bisa mengancam reputasi perusahaan, apalagi jika pemberitaan di media juga negatif.
Berdasarkan penelitiannya, peran berbagai media sangat penting pada aksi boikot ini. Hal itu bisa menyebabkan penurunan saham lebih besar sehingga perusahaan sulit untuk mendapatkan pendapatan.
Dengan demikian, aksi boikot bukan suatu hal yang dianggap remeh. Jika hal ini cukup besar, maka dampak yang timbul bagi perusahaan atau brand tertentu bisa saja memengaruhi pendapatannya.
Sementara itu, dalam jurnal yang diunggah di situs Springer Link dijelaskan, ajakan boikot dapat memengaruhi sisi emosional masyarakat. Hal ini dapat mendorong perilaku masyarakat sehingga ikut untuk memboikot produk dari suatu brand atau perusahaan tertentu.
Meski demikian, respons ini kembali kepada konsumen itu sendiri. Ada beberapa konsumen yang mudah untuk ikut suatu ajakan. Namun, ada juga yang menilai ajakan boikot tersebut. Beberapa akan melihat tujuan dari boikot itu sendiri.
Kondisi ini juga karena setiap individu memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Hanya saja aksi boikot bisa memengaruhi emosional seseorang sehingga beberapa orang memilih untuk ikut aksi boikot tersebut.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
7 Rekomendasi Lipstik yang Tidak Bikin Bibir Kering untuk Usia 50 Tahun ke Atas
-
5 Sabun Mandi untuk Menyembuhkan Jerawat Punggung, Bikin Kulit Mulus
-
7 Cara Mengatasi Sepatu Suede Jika Terkena Air Agar Tetap Awet
-
5 Rekomendasi Vitamin Kulit Biar Glowing Luar Dalam, Mulai Rp 40 Ribuan
-
5 Lip Balm Mengandung Peptide untuk Tampilan Bibir Lebih Halus dan Sehat
-
6 Rangkaian Skincare Natur-E Advanced untuk Lawan Penuaan, Bye-bye Kerutan!
-
Apakah Masker Emas dan Bubuk Berlian Efektif untuk Kulit Anda?
-
Efek Negatif Blue Light pada Tidur dan Kesehatan, Penting Diketahui
-
5 Rekomendasi Sepatu Ventela Mirip Vans Diskon Cuma 200 Ribuan, Check Out Sekarang di Shopee!
-
5 Rekomendasi Sepatu Suede Lokal Mirip Puma, Adidas, dan New Balance, Mulai Rp100 Ribuan!