Suara.com - Video yang menampilkan timbunan sampah dan benda-benda berserakan dalam kamar kos viral di media sosial. Dilihat dari unggahan akun instagram @memomedsos, tampak penghuni kos langsung mendatangi kamar kos itu dan melihat kondisi di dalamnya yang penuh tumpukan sampah dan benda-benda berserakan.
Tampak juga wanita pemilik kos berupaya menutup hidungnya karena mencium aroma tidak sedap dari dalam ruangan. Dalam narasinya pengunggah video menyebutkan kalau penghuni kos itu diduga mengidap hoarding disorder.
"Gerebek penghuni kosan yang diduga punya penyakit hoarding disorder, isi kamarnya isi kamarnya bikin ibu kost ini shock," tulis dalam unggahan dilihat Selasa (16/7/2024).
Lantas apa itu penyakit hoarding disorder yang diduga diidap penghuni kos yang menumpuk sampah tersebut. Berikut penjelasannya.
Hoarding disorder adalah perilaku gemar menimbun barang atau benda-benda yang sudah kotor atau rusak. Hoarding disorder sering kali tidak terorganisir dan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Gejala Awal dari Hoarding Disorder Meliputi
- Menimbun barang dalam jumlah berlebihan
Penderita hoarding disorder sering kali menyimpan barang-barang yang tidak diperlukan atau tidak memiliki nilai, seperti koran, majalah, perlengkapan rumah tangga, dan pakaian yang sudah kotor dan rusak.
- Sulit membuang barang
Mereka mengalami kesulitan untuk membuang barang-barang, bahkan jika barang tersebut tidak lagi berguna atau tidak memiliki nilai.
- Merasa cemas ketika hendak membuang barang
Penderita hoarding disorder sering kali merasa cemas atau sedih ketika harus membuang barang-barang yang mereka timbun.
- Ruangan menjadi berantakan
Akibat penimbunan barang, ruangan di rumah menjadi berantakan dan tidak dapat digunakan.
- Kesulitan mengatur barang
Mereka sering kali kesulitan untuk mengatur dan menata barang-barang yang mereka kumpulkan, sehingga barang-barang tersebut tidak tertata dengan baik.
- Merasa perlu menyimpan barang tertentu
Penderita hoarding disorder sering kali merasa perlu untuk menyimpan barang-barang tertentu, bahkan jika barang tersebut tidak lagi berguna.
- Konflik dengan orang lain
Kondisi ini dapat menyebabkan konflik dengan orang lain yang mencoba mengurangi atau menghilangkan tumpukan barang dari rumah.
Penyebab hoarding disorder belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa faktor risiko yang dikaitkan dengan kondisi ini adalah:
Dilansir dari halodoc.com, Hoarding disorder bisa dimulai sekitar usia 11-15 tahun, dan cenderung memburuk seiring bertambahnya usia. Ada beberapa faktor yang memicu risiko hoarding disorder, yaitu:
Kepribadian
Banyak orang yang memiliki gangguan ini memiliki temperamen ragu-ragu atau plin-plan.
Sejarah Keluarga
Kondisi ini bisa terjadi atau menurun dalam keluarga. Jadi, jika kamu memiliki orang tua memiliki gangguan ini, kamu atau saudara kandungmu juga mungkin mengalaminya.
Stres dalam Kehidupan
Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan dapat menyebabkan seseorang mengidap gangguan ini. Beberapa orang dengan hoarding disorder mengalami gangguan penimbunan setelah mengalami peristiwa kehidupan yang penuh tekanan yang sulit mereka atasi. Seperti akibat kematian orang yang dicintai, perceraian, penggusuran, atau kehilangan harta benda akibat kebakaran.
Dilansir dari alodokter.com, hoarding disorder dapat diatasi dengan psikoterapi dan pemberian obat-obatan. Berikut adalah penjelasannya:
Psikoterapi
Pada terapi perilaku kognitif, dokter akan melatih pasien untuk menahan keinginan menimbun barang dan membuang barang-barang yang ditumpuk. Terapi ini dapat melibatkan anggota keluarga atau orang yang tinggal serumah dengan pasien.
Obat-obatan
Dokter dapat meresepkan obat-obatan jika pasien menderita gangguan mental lain, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Obat-obatan yang biasanya diresepkan adalah jenis antidepresan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI).
Berita Terkait
-
Ketika Anak Muda Bergerak: Aksi Nyata Melawan Krisis Sampah di Pesisir
-
30 Tahun Jadi TPS, Lahan Tiba-tiba Diklaim Pribadi, Warga Pondok Kelapa 'Ngamuk' Robohkan Pagar
-
Darurat Polusi Udara: Bau Menyengat Rorotan Ancam Kesehatan Anak Sekolah, Apa Solusinya?
-
Kemenhut Mulai Verifikasi Kayu Gelondongan Bencana Sumatera
-
Kuis Mitos vs Fakta Sampah: Cara Cerdas Jadi Pahlawan Kebersihan Lingkungan
Terpopuler
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Tak Perlu Makeup, Tren K-Glass Skin Kini Bisa Didapat dari Serum Ini
-
Promo Superindo Spesial Natal 25 Desember 2025: Diskon Daging, Susu hingga Pampers
-
4 Cushion Non-Comedogenic dengan SPF Tinggi yang Praktis Dipakai Selama Liburan, Mulai Rp60 Ribu
-
Ramalan Shio 2026: Siapa yang Paling Beruntung di Tahun Kuda Api?
-
4 Pilihan Sepatu Lokal Berjuluk 'Nike Killer' Mulai Rp200 Ribuan, Solusi Hemat di Akhir Tahun
-
4 Sandal Kesehatan Terbaik untuk Redakan Nyeri Lutut Lansia dan Dewasa
-
8 Alasan Ilmiah Seseorang Berselingkuh Menurut Psikologi: Kerap Diabaikan?
-
7 Promo Minuman Kopi Spesial Natal 2025 dan Tahun Baru, Jangan sampai Ketinggalan!
-
4 Moisturizer Jepang untuk Melembapkan Kulit dan Menguatkan Skin Barrier
-
5 Lip Cream untuk Bibir Kering: Tahan Lama dan Melembapkan, Cocok untuk Pekerja Outdoor