Suara.com - Belakangan, kasus perundungan dan perpeloncoan di pendidikan dokter terus disorot dan menguak beragam dugaan kekerasan hingga tekanan. Hal ini jadi fokus publik usai seorang dokter muda yang tengah menjalani PPDS di Universitas Diponegoro (Undip) Semarang meninggal dunia diduga karena bunuh diri, akibat bully dan tekanan selama bekerja.
Senioritas mungkin jadi budaya yang sulit hilang, bahkan di dunia pendidikan kedokteran yang seharusnya sarat akan pentingnya nyawa manusia.
Bahkan, belum lama ini beredar di X (twitter) dugaan senior minta pacari istri junior PPDS yang membuat citra dunia kedokteran makin tercoreng. Saat ini banyak netizen sedang bereaksi terhadap kasus bunuh diri Dokter PPDS UNDIP yang diduga tertekan oleh kasus bullying.
Di X, akun Leo @su***okimz membagikan twit yang berbunyi, "Ternyata beneran dong Jir? Kasus senior nyicip istri junior, biar juniornya ga dibully?" Ia membagikan screenshot dari Hijabi Adventure yang membagikan twit tak senonoh lengkap dengan foto. Hal ini meningkatkan spekulasi adanya oknum dokter yang memanfaatkan senioritas mereka.
Unggahan ini memang belum terbukti kebenarannya. Namun, kasus ini bukan kali pertama. Pada 2020 lalu, seorang dokter muda Unair dilaporkan bunuh diri diduga karena dirundung senior.
Sementara, kasus ini, seorang dokter PPDS di Undip, diduga bunuh diri karena perundungan dan beban kerja yang di luar kapasitasnya. Kronologi kasus tersebut dijelaskan oleh Kapolsek Gajahmungkur, bahwa jenazah mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Fakultas Kedokteran di Universitas Diponegoro ditemukan di kamar kosnya di Kawasan Lempongsari, Kecamatan Gajahmungkur.
Korban ditemukan setelah seorang pria yang mengaku teman dekatnya tak bisa menghubunginya sejak pagi. Disebutkan pula bahwa panggilan dari rekan-rekan dan atasannya tak kunjung direspon sepanjang hari. Pria yang mengaku sebagai teman dekat tersebut memutuskan mendatangi korban di kamar kos.
Sesampai di kos, dia mengklaim bahwa pintu kamar kos dalam keadaan tertutup. Ia mengetuk pintu kamar sebanyak dua kali, tapi tak ada jawaban. Setelah itu dipanggilkan tukang kunci dan ditemukan korban sudah tak bernyawa.
Korban ditemukan dalam kondisi wajah sudah kebiruan, dengan posisi tubuh miring seperti orang sedang tidur. Polisi melakukan olah TKP dan menemukan buku harian korban yang menceritakan kesulitannya selama kuliah kedokteran. Dalam buku yang sama, ia menyinggung hubungan dengan seniornya.
Baca Juga: Alasan Pilu dr Aulia Risma Lestari Tak Bisa Mundur dari PPDS Anestesi Undip Meski Sakit
Berdasarkan hasil pemeriksaan, Polisi mencapai kesimpulan sementara bahwa korban menyuntikkan sendiri obat penenang ke tubuhnya. Polisi masih mendalami dugaan adanya perundungan yang dialami korban. Jika benar adanya, berarti ada pihak-pihak yang mendorong korban mengambil langkah ekstrim bunuh diri dan itu termasuk kejahatan berat.
Mengenai penyebab kematian, polisi menjelaskan tidak ada tanda-tanda kekerasan. Polisi hanya menemukan wadah obat keras dan luka suntik.
Upaya tidak seharusnya dilakukan secara masif ketika kasus seperti ini panas. Perlu adanya penanganan baik dari Kementerian Kesehatan, Rumah Sakit, hingga struktur terkecil dari lembaga selaku penanggung jawab pendidikan.
Terkini, Kemenkes mengiris tim investigasi terkait dugaan perundungan yang menjadi penyebab bunuh diri korban. Investigasi dilakukan mencakup kegiatan korban selama menjalani program residensi di RS Karadi, Semarang.
Kemenkes turun tangan karena korban sempat melakukan pendidikan (residensi) di RS Kariadi yang merupakan UPT Kemenkes. Dalam melakukan investigasi, Kemenkes berkoordinasi dengan Mendikbudristek sebagai pembina UNDIP serta Dekan FK UNDIP.
Selama proses investigasi masih berlangsung, UNDIP menghentikan sementara kegiatan PPDS Anestesi UNDIP di RS Kariadi. Tujuannya agar suasana nyaman bagi pada dokter untuk berbicara apa adanya tanpa ada intimidasi dari senior dapat terwujud.
Berita Terkait
-
Profil Dokter Aulia Risma Lestari, Mahasiswa PPDS Diduga Bunuh Diri Lantaran Tak Kuat Dirundung Senior
-
Tompi Ikut Soroti Senioritas di Kedokteran: 'Budaya Lama' yang Harus Diubah!
-
Pendampingan UMKM Desa Bulurejo: Mahasiswa KKN UNDIP Kenalkan G-Maps dan SEO
-
Diduga Lakukan Bullying di Undip, Media Sosial Prathita Amanda Aryani Diburu Netizen: Blacklist Aja Ini Orang!
-
Riwayat Pendidikan dr Prathita Amanda Aryani, Trending Usai Dihubungkan dengan Dugaan Bullying Undip
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- 5 HP OPPO RAM 8 GB Terbaik di Kelas Menengah, Harga Mulai Rp2 Jutaan
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
5 Sunscreen Musim Hujan untuk Main ke Pantai Anti Lengket, Perlindungan Kulit Terbaik
-
5 Cara Layering Parfum untuk Pemula, Ciptakan Wangi Unikmu Sendiri!
-
Cara Mengatasi Kulit Belang akibat Jalan-jalan Seharian saat Liburan, Bisa Pakai Bahan Alami
-
6 Sepatu Nike yang sedang Promo di Zalora, Harga Jadi Mulai Rp200 Ribuan
-
Seberapa Kaya V BTS? Masuk Daftar 100 Pemegang Saham Muda Terkaya di Korea
-
30 Daftar Event Lari di Indonesia 2026, Wajib Masuk Kalender Pelari
-
9 Promo Makanan Spesial Malam Tahun Baru di Mall, Diskon dan Paket Hemat Buat Keluarga
-
5 Sepatu Running Lokal Murah untuk Orang Overweight, Ada Rekomendasi Dokter Tirta
-
6 Pilihan Parfum SAFF & Co yang Diskon di Zalora, Cocok untuk Sehari-hari
-
6 Merek Vitamin untuk Pelari Agar Tidak Cepat Lelah, Harga Mulai Rp8 Ribuan