Suara.com - Perubahan iklim yang semakin parah dan bencana alam yang terjadi secara terus-menerus memerlukan langkah-langkah konkret dalam memitigasi dampaknya. Dalam konteks ini, sekolah hijau dan program pemulihan pasca-bencana menjadi solusi penting dalam membangun ketahanan masyarakat di masa depan.
Konsep sekolah hijau tidak hanya berfokus pada pendidikan lingkungan, tetapi juga pada praktik keberlanjutan yang mendukung mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim.
Di Indonesia, tren sekolah hijau semakin berkembang seiring dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan lingkungan dan keberlanjutan.
Namun, ketika bencana alam seperti gempa bumi melanda, seperti yang terjadi di Garut, Jawa Barat, upaya pemulihan infrastruktur pendidikan menjadi prioritas untuk memastikan anak-anak tetap dapat belajar dalam lingkungan yang aman dan berkelanjutan.
Peran Sekolah Hijau dalam Mitigasi Bencana
Sekolah hijau memiliki manfaat yang signifikan dalam mengurangi risiko bencana alam. Dengan menerapkan prinsip-prinsip keberlanjutan, sekolah hijau dapat menjadi bagian dari strategi mitigasi, antara lain:
- Meningkatkan Ketahanan: Siswa yang dididik dalam lingkungan sekolah hijau lebih siap menghadapi bencana alam karena memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
- Mengurangi Dampak Lingkungan: Praktik ramah lingkungan di sekolah hijau dapat membantu mengurangi risiko bencana seperti banjir atau tanah longsor.
- Adaptasi terhadap Perubahan Iklim: Sekolah hijau mengajarkan adaptasi yang diperlukan untuk menghadapi dampak perubahan iklim, seperti kekeringan atau kenaikan permukaan air laut.
Pemulihan Sekolah Pasca Bencana: Studi Kasus Garut
Setelah gempa bumi dahsyat melanda Garut, upaya kolaboratif dilakukan oleh Yayasan Bakti Barito, Happy Hearts Indonesia, dan Kitabisa untuk membangun kembali dua sekolah yang terkena dampak, yaitu SDN 3 Barusari dan SDN 4 Barusari. Kedua sekolah ini mengalami kerusakan yang cukup parah, mempengaruhi 220 siswa yang terdaftar.
Proses pemulihan ini melibatkan penggalangan dana sebesar Rp 1,4 miliar yang digunakan untuk pembangunan gedung sekolah baru yang tahan gempa. Selain itu, upaya ini juga memanfaatkan batu bata dari plastik daur ulang, yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga membantu mengurangi emisi karbon.
Baca Juga: Sukabumi Diguncang Gempa 4,9 Magnitudo Malam Ini, Kawasan Jakarta dan Bandung Ikut Bergetar
“Fokus kami adalah memberikan dampak jangka panjang melalui inovasi dan keberlanjutan. Dengan menggunakan batu bata plastik daur ulang, kami membangun kembali dengan lebih baik dan menetapkan tolok ukur baru untuk upaya pemulihan bencana di masa depan. Sekolah ini berkontribusi pada 11 dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), memastikan masa depan yang lebih cerah dan tangguh bagi masyarakat,” kata Sylvia Beiwinkler, CEO Happy Hearts Indonesia.
Kontribusi Pendidikan Hijau dalam Pemulihan
Selain membangun kembali infrastruktur, Yayasan Bakti Barito melalui program Green Guardians juga berkomitmen untuk memberikan pelatihan kepada para guru setempat. Pelatihan ini akan membekali para guru dengan pengetahuan tentang pendidikan iklim, yang nantinya akan diintegrasikan ke dalam kurikulum sekolah.
“Terinspirasi oleh visi pendiri kami, Prajogo Pangestu, kami percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membangun masyarakat yang tangguh. Membangun kembali sekolah-sekolah ini dengan material yang tahan gempa akan memastikan proses pemulihan dapat terjadi dengan cepat dan membangun stabilitas belajar mengajar jangka panjang bagi anak-anak di Garut,"ujar Fifi Pangestu, Direktur Eksekutif Yayasan Bakti Barito, dalam keterangannya.
Kolaborasi untuk Masa Depan yang Lebih Baik
Kampanye penggalangan dana dan keterlibatan komunitas yang dilakukan melalui platform Kitabisa telah menarik perhatian dan partisipasi dari masyarakat luas.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
-
Lowongan Kerja PLN untuk Lulusan D3 hingga S2, Cek Cara Daftarnya
-
Here We Go! Jelang Lawan Timnas Indonesia: Arab Saudi Krisis, Irak Limbung
-
Berharap Pada Indra Sjafri: Modal Rekor 59% Kemenangan di Ajang Internasional
-
Penyumbang 30 Juta Ton Emisi Karbon, Bisakah Sepak Bola Jadi Penyelamat Bumi?
Terkini
-
Sejarah Ponpes Al Khoziny, Bangunan Musala Ambruk saat Santri Salat Ashar
-
3 Zodiak Diprediksi Paling Hoki, Merdeka Finansial dan Banjir Cuan di Bulan Oktober 2025
-
Deretan Ponpes Tertua di Jawa Timur, Termasuk Al Khoziny yang Musalanya Roboh Telan Ratusan Korban
-
Ingin Wajah Cerah? Ini 5 Rekomendasi Serum Niacinamide untuk Pemula, Mulai Rp20 Ribuan
-
Pernikahan Diisukan Retak, Sabrina Chairunnisa Sempat Ingin Jadi Ibu Rumah Tangga: Syaratnya...
-
Promo Superindo Hari Ini 1 Oktober 2025: Diskon Kopi, Susu, dan Kebutuhan Harian
-
30+ Ide Nama Panggilan Nenek yang Unik dan Kekinian, Biar Terlihat Muda
-
Ramalan Zodiak 1 Oktober 2025: Peluang Baru di Awal Bulan untuk 12 Bintang
-
Tiket MotoGP Mandalika Hampir Ludes! Apa yang Bikin Event Ini Jadi Magnet Wisata Dunia?
-
Ahmad Sahroni Titip Minta Maaf ke Masyarakat Indonesia, Ferry Irwandi Balas Menohok