Suara.com - Seorang dosen Fakultas Kedokteran turut buka suara terkait penganiayaan kepada seorang dokter koas bernma Lutfhfi. Menurut dosen tersebut, ia bakal memberi Lady Aurellia Pramesti nilai minus terkait tabiatnya yang mengadu ke orang tua perkara jadwal.
Hal ini diungkapkan dalam akun X Eva Sri Diana Chaniago @DrEvaChaniago.
"Saya yang juga sebagai dosen FK, sudah memberi nilai minus untuk mahasiswi ini. Dokter itu dididik terutama soal eticut. Ilmu boleh kurang-kurang sedikit, asal eticut baik, pasti tetap bisa menyelesaikan pedidikan.
Karena kurang ilmu bisa diajari, tapi kalau eticut yg kurang, dimanapun berada akan sulit diterima," cuit Eva dikutip pada Sabtu (14/12/2024).
"Sesama rekan saja bisa sampai mencederai, apalagi konon nanti menghadapi pasien, masyarakat banyak," imbuhnya.
Diketahui Lady Aurellia Pramesti merupakan seorang koas di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri). Ia mulanya menyampaikan keberatan jadwal piketnya pada orangtua.
Hal ini membuat ibu dari Lady yakni Sri Meilina bersama sopirnya menemui Luthfi yang menjadi ketua koas dan pembuat jadwal. Pertemuan itu tak berakhir baik di mana Lufthi digebuki oleh sopir keluarga Lady.
"Soal jaga malam adalah urusan pendidikan, sangat tidak pada tempatnya sampai ikut campur orangtua, apalagi sampai pakai main pukul, pakai centeng pula.Jadi bukan orang tua si mahasiswi ini saja yang salah, tapi juga mahasiswinya," kata Eva.
"Semoga ini jadi pelajaran bagi pelaku dan masyarakat, agar jangan mudah main tangan hanya karena merasa paling kaya dan berkuasa," tandasnya.
Cuitan Eva sontak mengundang berbagai respons dari warganet
Baca Juga: Kasus Dokter Koas Dianiaya: Tak Digaji, Bayar Segini Buat Kuliah Kedokteran di Unsri
"Baru koas sudah macam dirut rumah sakit, bibit virus negatif ini," komentar warganet.
"Ajak ada jalur mandiri jadi makin banyak mahasiswa aneh-aneh kyak gini, secara duit dia banyak tapi masalah ketekunan, berjuang dan empati masih dipertanyakan, sudah seharusnya jalur mandiri ini dikurangi porsinya sekecil-kecilnya kalau perlu dihapus," tulis warganet di kolom komentar.
"Khawatir ada pasien rewel tanya tentang penyakitnya langsung dipukuli. Lebih baik jgn jadi dokter, berbahaya pasien bukan sembuh malah mati," tumpal lainnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Rahasia Kreasi Kopi Kekinian: Coconut Milk, Bahan Lokal yang Mengguncang Industri Minuman!
-
Tren Fesyen Wanita Karier 2025: Ini 5 Item Wajib Ada di Lemari
-
Eye Cream atau Moisturizer Dulu? Ini Urutannya untuk Skincare Malam
-
Berapa Biaya Sekolah di Orchid Park Secondary School seperti Gibran? Segini Kisarannya
-
8 Fakta Pernikahan Selena Gomez dan Benny Blanco, Ini Potret Intimate Wedding Mereka
-
Alasan Kakek Nenek Prabowo Subianto Dimakamkan di Belanda
-
Kurikulum Internasional dan Regulasi Nasional: Formula Baru Pendidikan Masa Depan
-
5.200 Pelari Gaungkan Semangat UMKM Indonesia, Sport dan Empowerment Jadi Satu
-
Wacana akan Jadi Ibukota Politik, Mengapa IKN Dibangun di Kalimantan Timur?
-
Siapa Ayah Prabowo Subianto? Silsilahnya Disorot usai Sang Presiden Ziarah Makam di Belanda