Suara.com - Sebuah studi terbaru mengungkapkan bahwa hubungan antara kenaikan berat badan dan tingkat kebahagiaan seseorang lebih kompleks dari yang diperkirakan sebelumnya.
Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan berat badan mungkin tidak berdampak langsung pada kesejahteraan emosional seseorang.
Dilansir dari Medical Daily, penelitian yang dipublikasikan dalam International Journal of Applied Positive Psychology ini menggunakan data dari hampir 9.000 peserta dalam Studi Panel Pendidikan Nasional Jerman (NEPS).
Para peneliti mengecualikan partisipan yang memiliki kondisi kelebihan berat badan ekstrem atau kekurangan berat badan untuk menghindari bias.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks massa tubuh (BMI) dan kebahagiaan tidak memiliki hubungan signifikan secara langsung. Bahkan, pada beberapa kasus, kenaikan berat badan justru sedikit meningkatkan tingkat kebahagiaan seseorang, baik pria maupun wanita, tanpa memandang kategori BMI.
Peneliti utama, Felix Bittmann menjelaskan, meski kelebihan berat badan dapat berdampak negatif pada kepuasan hidup, pengaruh tersebut sering kali bersifat sementara.
“Mungkin dampak negatifnya hanya terasa pada awal peningkatan berat badan hingga seseorang terbiasa dengan kondisinya,” ujar Bittmann, dikutip dari Antara, Selasa (28/1/2025).
Penelitian ini juga mengungkapkan alasan mengapa obesitas menjadi semakin lazim di banyak negara. Jika kenaikan berat badan tidak memberikan dampak signifikan pada kebahagiaan seseorang, mereka cenderung tidak memiliki motivasi untuk menurunkan berat badan atau mengubah gaya hidup mereka.
Peneliti mencatat bahwa kelebihan berat badan tidak berdampak langsung pada psikologi seseorang, meskipun secara tidak langsung dapat memengaruhi kualitas hidup melalui kesehatan yang lebih buruk dan harapan hidup yang lebih pendek.
“Anehnya, tidak ada bukti bahwa obesitas secara langsung mengurangi tingkat kebahagiaan. Ini penting karena menunjukkan bahwa dampak psikologisnya mungkin tidak seberat yang kita bayangkan,” kata Bittmann.
Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana faktor fisik seperti kenaikan berat badan berinteraksi dengan kesejahteraan emosional seseorang.
Berita Terkait
-
Sering Jadi Sasaran Body Shaming, Audy Item Curhat: Mental Ikut Kena
-
Waspada Metabolisme Lambat! 7 Hal Ini Bisa Merusak Mesin Pembakar Kalori Tubuh Anda
-
4 Tips Menurunkan Berat Badan untuk Ibu Menyusui yang Efektif
-
Studi Baru Ungkap Pola Makan yang Bisa Menurunkan Berat Badan
-
8 Olahraga yang Efektif Menurunkan Berat Badan, Tubuh Jadi Lebih Bugar
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas dengan Sunroof Mulai 30 Jutaan, Kabin Luas Nyaman buat Keluarga
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil Bekas 3 Baris 50 Jutaan dengan Suspensi Empuk, Nyaman Bawa Keluarga
- 5 Motor Jadul Bermesin Awet, Harga Murah Mulai 1 Jutaan: Super Irit Bensin, Idola Penggemar Retro
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Apa Manfaat Jalan Kaki? Aktivitas Sehat yang Masuk Year in Search 2025
-
4 Rekomendasi Sepatu Lari On Cloud untuk Pemula, Harga dan Kualitas Premium
-
Olahraga Pilates Masuk Year in Search, Ini 19 Manfaatnya untuk Tubuh dan Mental
-
6 Rekomendasi Cushion yang Minim Oksidasi, Makeup Awet Berjam-jam Anti Kusam
-
5 Lipstik Lokal yang Elegan dan Tahan Lama untuk Usia 50-an
-
Alasan Penting Pilih Skincare Dermatologist Tested untuk Keamanan Kulit
-
7 Bedak untuk Wajah Mudah Berkeringat saat Kepanasan, Formulanya Ringan
-
6 Shio Paling Hoki dan Tajir Melintir pada 26 Desember 2025
-
Hati-Hati Harga Miring! Ini Ciri Sepatu Prada Ori Asli dan KW yang Bikin Malu
-
60 Twibbon Tahun Baru 2026 Paling Keren Siap Pakai, Bisa Dijadikan Foto Profil Medsos