Gerakan ini bukan untuk melawan siapa pun. Mereka hanya ingin mengingatkan jika gunung sudah rusak, jangan dibiarkan tambah rusak. Dan taman nasional, bagi mereka, bukan penghalang. Ia justru bisa menjadi pelindung memisahkan zona konservasi, zona tradisional, dan zona pemanfaatan secara jelas.
Abdul Rozak, pegiat Jaga Rimba dari Desa Dawuhan, Brebes, menegaskan pentingnya zonasi. Hutan yang rusak sudah mencapai ketinggian 2.400 meter. Ratusan hektare lahan berubah fungsi. Bahkan dalam patroli terakhir, masih ditemukan pembukaan hutan untuk lahan kentang di Dusun Sawangan, Tegal.
Kerusakan itu sudah nyata. Sungai Kalipedes dan Sungai Keruh mengering dan tercemar. Desa Mendala mengalami tanah bergerak, 130 rumah rusak.
Desa Dawuhan dan Igirklanceng hampir selalu banjir saat hujan turun deras. Sebelum 2017, bencana itu tak pernah ada.
Pemerintah provinsi pun mendukung. Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menyatakan Pemprov Jateng telah mengirim surat ke Kementerian LHK untuk menjadikan Slamet sebagai taman nasional. Kini, semua menunggu keputusan pusat.
Bagi Titut Edi Purwanto, budayawan Banyumas, menanam pohon adalah amal jariah. “Kalau si penanam mati, tapi pohonnya hidup, maka amalnya tetap hidup,” katanya. Itu bentuk kemuliaan.
Ia percaya, nenek moyang bangsa ini cerdas membaca alam. Tata musim, pola tanam, masa panen, semuanya diatur dengan harmoni. Kini, tugas generasi baru adalah meneruskan kecerdasan itu. Menjaga bumi pertiwi. Menjaga ibu yang setiap hari melahirkan kehidupan.
Gunung Slamet bukan sekadar bentang alam. Ia adalah sumber air, udara, dan keseimbangan. Dan suara-suara dari lerengnya, lewat kidung, pohon, dan semangat kolektif, sedang berupaya menjaganya tetap hidup. Sebelum semuanya benar-benar terlambat.
Baca Juga: Sejarah Gowokan, Tradisi yang Diangkat dalam Film Gowok: Kamasutra Jawa
Berita Terkait
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 10 Rekomendasi Skincare Wardah untuk Atasi Flek Hitam Usia 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Fosil Reptil Laut Berleher Panjang dari Zaman Purba Ditemukan di China
-
7 Pilihan Lip Tint Warna Natural untuk Remaja, Glow Up Alami Modal Rp15 Ribuan
-
5 Sunscreen Mengandung Ceramide untuk Melindungi Skin Barrier, Ramah Kulit Sensitif
-
Green Jobs Sedang Naik Daun, Tapi Anak Muda Daerah Masih Kesulitan Akses Informasi
-
5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
-
Rambut Tetap Lepek setelah Keramas? Saatnya Cek Sampo dan Kondisioner yang Digunakan!
-
5 Rekomendasi Cushion yang Tidak Waterproof, Mudah Dibersihkan Saat Wudhu
-
5 Sepatu Lokal untuk Pekerja Lapangan, Kualitas Bagus Harga Bersahabat
-
5 Rekomendasi Lipstik Glossy yang Tahan Lama untuk Sembunyikan Bibir Pucat, Mulai Rp20 Ribuan
-
5 Bedak Padat yang Bagus untuk Remaja, Natural dan Ringan untuk Harian