Suara.com - Sebuah penelitian terbaru dari Italia menunjukkan bahwa mengonsumsi hidangan ayam secara rutin berpotensi meningkatkan risiko menderita kanker gastrointestinal atau pencernaan serta kematian.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Nutrients itu menyatakan bahwa makan ayam melebihi jumlah yang direkomendasikan setiap minggu, yakni 300 gram, akan berisiko 27 persen meninggal lebih cepat atau terkena kanker pencernaan sebesar 2,6 persen.
Namun, temuan itu sangat bertentangan dengan konsep pola makan Mediterania, yang mana daging unggas sangat penting.
Temuan tersebut cukup mengejutkan para ahli, termasuk ahli hematologi dan onkologi Wael Harb dan ahli nutrisi Kristin Kirkpatrick di Cleveland Clinic.
Menurut mereka berdua, hubungan dari penelitian observasional tersebut tidak cukup kuat untuk menarik kesimpulan bahwa memakan ayam akan memicu kanker.
"Temuannya menarik, tetapi karena ini adalah studi observasional, studi ini tidak membuktikan sebab akibat," kata Wael Harb, dikutip dari laman Medical News Today pada Sabtu, 24 Mei 2025.
Harb menggarisbawahi bahwa daging ayam memainkan peran penting dalam pola makan sehat dan menyarankan untuk berhati-hati dalam menafsirkan suatu temuan baru.
"Studi ini memunculkan pertanyaan penting, tetapi kita perlu menafsirkannya secara hati-hati. Unggas sudah lama menjadi bagian inti dari pola makan sehat seperti diet Mediterania," lanjutnya.
Wael Harb menambahkan, "(Juga) dikaitkan dengan penurunan risiko kanker dan penyakit jantung."
Baca Juga: Pertanda di Kulit yang Mesti Diwaspadai Penyebab Leukimia, Diantaranya Kurap
Kristin Kirkpatrick menambahkan bahwa kanker merupakan penyakit yang kompleks dan multifaktoral atau bisa disebabkan oleh banyak faktor. Artinya, sulit untuk menentukan penyebabnya pada satu faktor saja.
"Studi menunjukkan bahwa perkembangan kanker dari satu orang ke orang lain itu rumit dann mencakup banyak faktor, termasuk genetika, lingkungan, pola makan, aktivitas fisik, paparan racun, usia dan peradangan," timpal Kristin.
Apakah Ayam yang Menyebabkan Kanker?
Dua ahli tersebut setuju bahwa potensi menderita kanker lebih erat kaitannya dengan cara pengolahan atau bumbu yang ditambahkan ke dalam hidangan ayam.
Pasalnya, cara makanan dimasak atau bahan yang ditambahkan ke dalam makanan, seperti minyak atau rempah-rempah dapat mengubah nutrisi di dalam makanan tersebut.
"Jika daging unggas dipanggang, digoreng, atau dimasak, dapat terbentuk senyawa seperti amina heterosiklik (HCA) dan hidrokarbon aromatik plosiklik (PAH), yang dikaitkan dengan risiko kanker," jelas Wael Harb.
Rupanya, senyawa itu juga terdapat dalam daging merah dan daging olahan.
"Jadi masalahnya mungkin lebih terletak pada metode memasak daripada jenis daging itu sendiri," sambungnya.
Kristin Kickpatrick pun mennjelaskan bagaimana suatu makanan diolah dan dimasak dapat memengaruhi potensi manfaat serta risiko dari mengonsumsinya.
"Misalnya, nugget ayam dianggap sebagai olahan dan ayam yang dilapisi tepung dan digoreng dalam suhu tinggi menimbulkan risiko. Keduanya mungkin berbeda dalam dampaknya terhadap kesehatan jika dibandingkan dengan ayam biasa yang dipanggang," pungkasnya.
Penyebab kanker
Kanker terjadi ketika sel dalam tubuh tumbuh secara tidak terkendali, merusak jaringan sehat. Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan kanker, termasuk:
1. Faktor genetik
Beberapa jenis kanker memiliki kecenderungan genetik. Jika seseorang memiliki riwayat keluarga dengan kanker tertentu, risiko mereka bisa lebih tinggi.
2. Paparan zat karsinogen
Zat karsinogen adalah bahan yang dapat merangsang pertumbuhan sel kanker, seperti asap rokok, paparan radiasi, dan bahan kimia beracun.
3. Pola makan dan gaya hidup
Lemak trans, makanan olahan, dan daging merah berlebihan bisa meningkatkan risiko kanker.
Lemak pada tubuh berlebih dapat memicu peradangan dan hormon yang mempengaruhi pertumbuhan sel abnormal.
Selain itu, gaya hidup sedentari berkaitan dengan beberapa jenis kanker, seperti kanker payudara dan usus besar.
4. Faktor hormonal
Beberapa jenis kanker, seperti kanker payudara dan prostat, bisa dipicu oleh perubahan hormon dalam tubuh.
5. Stres dan pola hidup tidak sehat
Meskipun stres bukan penyebab langsung kanker, pola hidup yang penuh tekanan bisa melemahkan sistem imun dan meningkatkan risiko terkena penyakit.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Ban Motor Anti Slip dan Tidak Cepat Botak, Cocok Buat Ojol
- 5 Mobil Bekas Senyaman Karimun Budget Rp60 Jutaan untuk Anak Kuliah
- Jordi Cruyff Sudah Tinggalkan Indonesia, Tinggal Tandatangan Kontrak dengan Ajax
- 5 Shio yang Diprediksi Paling Beruntung di Tahun 2026, Ada Naga dan Anjing!
- 5 Sabun Cuci Muka Wardah untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Sehat dan Awet Muda
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Terbaik Desember 2025, Siap Gaming Berat Tanpa Ngelag
-
Listrik Aceh, Sumut, Sumbar Dipulihkan Bertahap Usai Banjir dan Longsor: Berikut Progresnya!
-
Google Munculkan Peringatan saat Pencarian Bencana Banjir dan Longsor
-
Google Year in Search 2025: Dari Budaya Timur hingga AI, Purbaya dan Ahmad Sahroni Ikut Jadi Sorotan
-
Seberapa Kaya Haji Halim? Crazy Rich dengan Kerajaan Kekayaan tapi Didakwa Rp127 Miliar
Terkini
-
5 Momen yang Harus Dihindari ketika Mencoba Produk Skincare, Termasuk saat Datang Bulan
-
5 Rekomendasi Serum Lactic Acid Lokal Mulai Rp20 Ribuan, Ampuh Atasi Kulit Kusam dan Bertekstur
-
10 Contoh Soal Ujian Bahasa Indonesia Kelas 9 SMP, Asah Ketelitian dengan Soal Latihan Ini
-
6 Shio Paling Beruntung dan Makmur 6 Desember 2025, Kamu Salah Satunya?
-
Dari Kopi Pagi hingga Belanja Online, Perjalanan QRIS yang Temani Gaya Hidup Digital
-
Mengenal dr. Harmeni Wijaya, Perempuan Inspiratif Peraih ASEAN Women Entrepreneurs Award
-
Rumah Nyaman dan Bebas Ribet: Tips Menjaga Saluran Air di Luar Ruangan
-
5 Cushion Terbaik untuk Menutupi Jerawat, Makeup Jadi Mulus dan Tahan Lama!
-
Hari Disabilitas Internasional: Ekosistem Kerja Setara Wajib Jadi Perhatian
-
5 Skincare dan Makeup Promo Buy 1 Get 1 Free di Watsons, Cek Daftar Produknya di Sini!