Suara.com - Kanker paru masih jadi penyebab kematian tertinggi pada lelaki di Indonesia. Inilah sebabnya Perhimpunan Onkologi Toraks Indonesia (POTI) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang berfokus pada penanganan kanker paru.
Ketua Umum Perhimpunan Onkologi Toraks Indonesia (POTI), dr. Andika Chandra Putra, Ph.D, Sp.P(K) mengatakan untuk menurunkan angka kematian kanker paru maka harus dengan multidisiplin alias melibatkan kolaborasi dokter, ahli gizi, fisioterapis, psikolog, apoteker dan sebagainya.
"Penanganan kanker paru memerlukan pendekatan yang komprehensif dan multidisiplin. Kolaborasi pemerintah, tenaga medis, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan dalam memerangi kanker paru di Indonesia," ujar dr. Andika melalui keterangan yang diterima Suara.com, Kamis (22/5/2025).
Adapun kanker paru adalah pertumbuhan tak terkendali sel-sel abnormal di jaringan salah satu atau kedua paru dalam bentuk tumor ganas. Kanker ini dapat ditemukan di saluran pernapasan (bronkus) atau di jaringan paru yang berongga (alveoli).
Lebih lanjut dalam Rakernas dengan tema 'Menuju Penanganan Kanker Paru yang Lebih Baik di Indonesia' pada 17 hingga 18 Mei 2025 lalu, kata dr. Andika, pihaknya juga menekankan pentingnya edukasi masyarakat tentang kanker paru.
Tujuannya agar kanker paru ditemukan sedini mungkin, sehingga harapan hidup jadi lebih besar. Apalagi data menunjukkan, 90 persen kanker paru di Indonesia terdiagnosis saat sudah stadium 4 alias sel kanker sudah menyebar luas.
"Karenanya kami berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang kanker paru, serta meningkatkan kualitas penanganan kanker paru di Indonesia," tambah dr. Andika.
Jika kanker paru sudah terdeteksi lebih awal, selanjutnya pengobatan akan lebih efektif termasuk pengobatan dengan terapi target dan imunoterapi. Dalam rakernas itu juga dibahas pentingnya melihat prognosis atau prediksi perjalanan kanker paru.
Prognosis kanker paru dipercaya mampu memprediksi peluang kesembuhan, kekambuhan dan harapan hidup. Adapun komponen prognosis kanker yaitu stadium kanker, tipe dan lokasi kanker, karakter sel kanker atau histopatologi, usia dan kondisi pasien, respon pengobatan hingga genetika kanker.
Baca Juga: Ini Gejala Kanker Paru yang Harus Diwaspadai, Wajib Deteksi Dini!
"Kami berharap bahwa dengan kerja sama dan komitmen dari semua pihak, kita dapat meningkatkan kualitas penanganan kanker paru di Indonesia dan mengurangi angka kematian akibat kanker paru," pungkas dr. Andika.
Perlu diketahui, data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan lebih dari 30.000 kasus baru kanker paru terdiagnosis setiap tahun.
Bahkan menurut lembaga riset kanker International Agency for Research on Cancer (IARC) pada 2024 menunjukkan di antara 20 juta kasus kanker baru, kanker paru jadi yang paling terbanyak yakni 12,4 persen.
Kanker paru, sebagai penyebab kematian akibat kanker yang terbesar di kalangan pria, sangat berkaitan dengan tingginya penggunaan rokok, terutama di wilayah Asia.
Icon Cancer Centre menyebutkan, ada beberapa kanker paru umumnya dibagi dalam stadium dini (stadium 1 dan 2), stadium lanjut lokal (stadium 3) dan kanker paru metastasis (stadium 4).
Stadium 1 yaitu tumor berukuran lintang 4 cm atau kurang, mempengaruhi percabangan utama bronki dan belum menyebar keluar dari paru.
Berita Terkait
Terpopuler
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Pihak Israel Klaim Kantongi Janji Pejabat Kemenpora untuk Datang ke Jakarta
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
Terkini
-
Mulai Usia Berapa Anak Boleh Pakai Behel? Ria Ricis Bantah Kabar Moana Pasang Kawat Gigi
-
Varises Mengganggu Penampilan dan Kesehatan? Jangan Panik! Ini Panduan Lengkap Mengatasinya
-
Rahasia Awet Muda Dibongkar! Dokter Indonesia Bakal Kuasai Teknologi Stem Cell Quantum
-
Belajar dari Kasus Ameena, Apakah Permen Bisa Membuat Anak Sering Tantrum?
-
Bukan Sekadar Gadget: Keseimbangan Nutrisi, Gerak, dan Emosi Jadi Kunci Bekal Sehat Generasi Alpha
-
Gerakan Kaku Mariah Carey saat Konser di Sentul Jadi Sorotan, Benarkah karena Sakit Fibromyalgia?
-
Di Balik Rak Obat dan Layar Digital: Ini Peran Baru Apoteker di Era Kesehatan Modern
-
Kesibukan Kerja Kerap Tunda Pemeriksaan Mata, Layanan Ini Jadi Jawaban
-
Langkah Tepat Pengobatan Kanker Ovarium: Masa Remisi Lebih Panjang Hingga Tahunan
-
Katarak yang Tidak Dioperasi Berisiko Meninggal Dunia Lebih Awal, Ini Alasannya