Suara.com - "Untuk menjadi lebih baik berarti berubah; untuk menjadi sempurna berarti sering berubah.” Kutipan dari eks Perdana Menteri Inggris Winston Churchill ini, layak disematkan untuk anggota Kelompok Usaha Bersama (KUB) Sarimulyo. Melalui jalan perubahan, mereka menabuh genderang perang melawan krisis iklim.
Cuaca kekinian memang tidak menentu. Penyebabnya perubahan iklim yang terjadi. Thus, sekelompok petani di Dusun Tegalsari, Desa Wonosari, Kecamatan Pegandon, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, pun mulai menanam sayuran alih-alih bertani jagung. Hebatnya, mereka menggunakan pupuk organik buatan sendiri!
Langkah perubahan ini di antaranya dipelopori oleh Ketua KUB Sarimulyo, Ngarimin, 52 tahun dan Fandoli, 49 tahun. Mereka menghibahkan lahan pribadi seluas 0,5 hektare atau 5.000 meter persegi untuk dikelola secara komunal oleh KUB Sarimulyo. Lahan itu dinamakan sebagai ‘Kebun Pembelajaran’. Di sana, mereka bereksperimen dengan menanam sayuran.
Ditemui di kebun pembelajaran beberapa waktu silam, Ngarimin selaku ketua KUB Sarimulyo, menjelaskan keputusan perlahan beralih dari jagung ke sayuran diambil. Dia beralasan tanaman sayur lebih adaptif terhadap perubahan cuaca ekstrem. Hasilnya pun lebih cepat. Jagung hanya bisa dipanen 3-4 bulan sekali. Sementara, kuantitas panen sayuran bisa lebih tinggi dari itu.
“Kami beralih ke sayuran seperti terong, kacang panjang, dan labu madu karena lebih tahan terhadap cuaca ekstrem dan cepat panen. Selain itu, sayur lebih fleksibel dikelola secara gotong royong. Ini membuat kami lebih mandiri dan saling mendukung di tengah kesulitan,” ujar Ngarimin.
Tak hanya menanam sayuran, bertempat di lahan pembelajaran tersebut, para anggota juga memproduksi sendiri pupuk organik cair (POC) dari bahan-bahan yang mudah diperoleh di sekitar rumah. Ada enam jenis, mulai dari POC Oyot Pring, Biourine, Biopestisida, Rumen, Lindi hingga Bioactivator. Harganya pun beragam dari Rp10 ribu hingga Rp25 ribu.
Keenam POC tersebut memiliki kegunaannya masing-masing. POC Biourine, misalnya, biasa digunakan para petani untuk merangsang serta mempercepat pertumbuhan akar tanaman. Sementara, POC jenis Lindi biasanya digunakan untuk menjaga kualitas tanah serta mengurangi ketergantungan dengan pupuk kimia.
Ngarimin mengakui, “Pupuk ini lebih murah, tidak mencemari tanah, dan hasilnya nyata. Tanaman lebih sehat, hijau, dan cepat tumbuh. Kami juga tidak lagi tergantung pada pupuk kimia dari luar. Ini penting untuk menjaga tanah tetap subur dalam jangka panjang.”
Memang, tanah yang terkena pupuk dengan bahan kimia cenderung lebih kering dan tidak subur cum gembur. Bahkan, berdasarkan pantauan jurnalis di lapangan, beberapa ruas tanah cenderung berwarna merah. Teksturnya terlihat pecah-pecah, persis seperti tanah yang tengah terimbas kekeringan.
Baca Juga: Petani Kesulitan Dapat Pupuk Subsidi, Legislator NasDem Ultimatum Agen: Jangan Nakal Mainkan Harga!
Tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan tanah, Salah satu penggagas kegiatan ini, Fandoli, menambahkan hasil dari pertanian organik ternyata jauh lebih menjanjikan ketimbang dibandingkan pola tanam jagung yang selama ini dilakukan.
“Sayur bisa dipanen lebih sering. Jagung butuh empat bulan, belum tentu untung. Sekarang dapur kami lebih terjamin isinya. Anak istri ikut merasakan manfaat langsung,” kata pria yang kerap menjadi juru bicara KUB Sarimulyo.
Kegiatan bertani ini tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan keluarga, tetapi juga menjadi sumber pendapatan baru dari hasil penjualan produk pertanian dan pupuk organik. Ya, kata Ngarimin, anggota KUB Sarimulyo tidak memperoleh pupuk dengan cuma-cuma. Mereka diwajibkan untuk membeli. Nantinya, penghasilan dari pupuk untuk mengisi kas kelompok.
“Kami atur hasil penjualan (pupuk organik cair–RED) masuk kas kelompok supaya bisa beli bibit atau alat tanam bersama. Kami ingin usaha ini terus berkembang dan bisa menghidupi lebih banyak keluarga,” terang Ngarimin.
Berdasarkan pengakuan Ngarimin, warga sekitar awalnya masih ragu terhadap metode baru tersebut. Maklum, perubahan terkadang terasa asing dan menakutkan, terlebih mereka sudah merasa cukup dengan bercocok tanam jagung. Kendati begitu, lambat laun mereka mulai menunjukkan minat setelah melihat hasilnya.
Ngarimin mengatakan, “Awalnya banyak (Warga–RED) yang tidak percaya (dengan hasil dari pupuk organik–RED). Tapi begitu lihat hasilnya, banyak yang tertarik ikut (menanam dan menggunakan pupuk organik–RED). Sekarang bahkan ada warga dari dusun tetangga yang datang belajar ke sini.”
Berita Terkait
-
Petani Kesulitan Dapat Pupuk Subsidi, Legislator NasDem Ultimatum Agen: Jangan Nakal Mainkan Harga!
-
Nelayan dan Petani Cilacap Manfaatkan Energi Ramah Lingkungan
-
Inklusivitas dalam Setiap Teguk di Kopi Difabis
-
Infrastruktur Irigasi Selalu jadi Persoalan Pertanian RI
-
Era Prabowo Surplus Beras, Ini Tantangan Titiek Soeharto ke Pemerintah Agar Petani Sejahtera
Terpopuler
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 7 Mobil Bekas Favorit 2025: Tangguh, Irit dan Paling Dicari Keluarga Indonesia
- 25 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November: Ada Rank Up dan Pemain 111-113
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 5 Bek Kanan Terbaik Premier League Saat Ini: Dominasi Pemain Arsenal
Pilihan
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
-
5 HP RAM 12 GB Paling Murah, Spek Gahar untuk Gamer dan Multitasking mulai Rp 2 Jutaan
-
Meski Dunia Ketar-Ketir, Menkeu Purbaya Klaim Stabilitas Keuangan RI Kuat Dukung Pertumbuhan Ekonomi
-
Tak Tayang di TV Lokal! Begini Cara Nonton Timnas Indonesia di Piala Dunia U-17
-
Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Sri Mulyani: Sebut Eks Menkeu 'Terlalu Protektif' ke Pegawai Bermasalah
Terkini
-
Dari TK hingga SMA, Ribuan Pelajar Siap Bersaing di Kompetisi Matematika IOB 2025
-
Profil Gusti Purbaya dan Jalan Terjalnya, Putra Mahkota Keraton Solo Pasca Pakubuwono XIII Wafat
-
Lebih dari Sekadar Makanan: Bagaimana Kuliner Indonesia Membentuk Pengalaman Wisatawan?
-
Konsultasi Hewan Peliharaan Makin Mudah, Bikin Pemilik Anabul Lebih Tenang dan Terarah
-
Cara Memilih Broker Trading Terpercaya untuk Pemula: Kenali Ciri-cirinya
-
Tren Facelift Meningkat di Usia 20-an: Bukan Lagi Soal Kerutan, Tapi Tekanan Standar Kecantikan
-
5 Rekomendasi Deodorant Aroma Elegan Anti Lebay: Cocok Untuk Hijabers
-
Permata yang Terlupakan, Keindahan Alam Pantai Kuwaru dengan Hutan Pinus, Kolam Renang, dan Seafood!
-
5 Kandungan Skincare yang Harus Dihindari Ibu Hamil, Nggak Aman untuk Janin
-
Kenapa Pakai Sunscreen Wajah Malah Kusam? Bukan Salah Produk, Mungkin Ini Penyebabnya