Suara.com - Buka Instagram, TikTok, atau X (Twitter) belakangan ini, dan kemungkinan besar timeline Anda dibanjiri oleh foto-foto profil yang tak biasa. Bukan lagi foto selfie atau potret liburan, melainkan avatar 3D keren yang terlihat seperti karakter action figure atau mainan Funko Pop.
Wajah teman, rekan kerja, bahkan mungkin wajah Anda sendiri, tiba-tiba berubah menjadi miniatur plastik yang menggemaskan dengan detail yang luar biasa.
Fenomena miniatur action figure ini adalah buah dari "sihir" teknologi kecerdasan buatan atau AI (Artificial Intelligence).
Berbagai aplikasi image generator berbasis AI kini memungkinkan siapa saja untuk mengubah foto biasa menjadi karya seni digital yang unik hanya dengan beberapa klik.
Dari yang awalnya sekadar coba-coba, tren ini meledak menjadi sebuah fenomena budaya digital global.
Tapi, mengapa begitu banyak orang ikut meramaikan tren ini? Apakah ini hanya sekadar iseng sesaat, atau ada alasan psikologis yang lebih dalam di baliknya?
1. Nostalgia dan Mimpi Masa Kecil yang Terwujud
Bagi banyak orang, terutama generasi milenial yang tumbuh di era 80-an dan 90-an, action figure adalah bagian tak terpisahkan dari masa kecil.
Kita menghabiskan waktu berjam-jam bermain dengan figur pahlawan super, karakter film, atau G.I. Joe. Memiliki action figure dengan wajah kita sendiri adalah sebuah mimpi yang dulu terasa mustahil.
Aplikasi AI ini, secara ajaib, mewujudkan fantasi tersebut. AI memberikan kita kesempatan untuk menjadi koleksi mainan paling personal yang pernah ada.
2. Ekspresi Diri dan Personalisasi Tanpa Batas
Media sosial adalah panggung untuk berekspresi. Namun, kadang bosan dengan foto profil yang itu-itu saja. Tren ini menawarkan cara baru yang segar dan kreatif untuk menunjukkan kepribadian kita.
Aplikasi-aplikasi ini tidak hanya mengubah wajah, tapi juga memungkinkan kita untuk memilih setting, kostum, dan tema. Ingin menjadi action figure astronot?
Kemampuan untuk menciptakan avatar yang "gue banget" tanpa perlu keahlian desain grafis adalah daya tarik utamanya. Ini adalah bentuk personalisasi digital level tertinggi.
3. Efek FOMO (Fear of Missing Out) dan Ikatan Komunitas
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Styles Asikfest 2025: Rayakan Kreativitas dan Gaya Hidup Kekinian di Satu Festival Seru
-
5 Shio Paling Beruntung Minggu, 26 Oktober 2025: Siap-Siap Dapat Rezeki Nomplok!
-
Kolaborasi dan Musik Jadi Satu: Hearts2Hearts Bikin Jingle Iklan Shopee 11.11 Big Sale Makin Meriah
-
7 Sepatu Running Nyaman Alternatif Adidas dan Nike: Cocok untuk Wanita Dewasa Muda, Anti Pegal
-
Perbedaan Sunscreen Implora SPF 30 dan SPF 40: Apa Jenisnya dan Mana yang Cocok untuk Kulitmu?
-
7 Rekomendasi Parfum Mykonos Wangi Manis dan Tahan Lama 8 Jam: Bikin Kamu Lebih Percaya Diri!
-
Ramalan Keuangan Zodiak Leo 26 Oktober 2025: Ingat Investasi, Jangan Impulsif!
-
Tiket Kereta Lansia Diskon Berapa Persen? Simak Penjelasan Berikut
-
10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
-
Rekomendasi Parfum HMNS Aroma Segar, Bisa 'Rasakan Langsung' Lewat Outletnya!