Lifestyle / Komunitas
Minggu, 28 September 2025 | 00:14 WIB
Salah satu petani rumput laut, pekerjaan yang tercipta dari inisiasi berbasis komunitas.(Dokumentasi pribadi)
Baca 10 detik
  • Upaya konservasi melahirkan lebih dari 103 pekerjaan hijau yang menghubungkan pelestarian alam dengan kesejahteraan masyarakat.
  • Pertanian berkelanjutan, kerajinan tradisional, dan ekonomi biru pesisir menjadi motor utama terciptanya profesi baru ramah lingkungan.
  • Rantai nilai dari pembibitan hingga pemasaran memperkuat komunitas sekaligus memastikan pembangunan berjalan inklusif dan berkelanjutan.

Bahkan, dari pohon lontar lahir beragam produk baru seperti sopi (minuman tradisional) dan pemanis alami. Kreativitas ini menjadi jembatan antara tradisi dan pasar, menjadikan budaya lokal sebagai sumber ekonomi berkelanjutan.

Ekonomi Biru dari Laut yang Terjaga

Di bentang alam pesisir, masyarakat menemukan cara menjaga laut sambil menghidupi keluarga. Prinsip keberlanjutan diterapkan lewat budidaya rumput laut, pengelolaan persemaian mangrove, hingga pengolahan produk perikanan berkelanjutan. Semua ini membuka peluang kerja hijau sekaligus menciptakan rantai ekonomi biru yang menguntungkan.

“Jenis pekerjaan yang tercipta, yakni petani & pengolah rumput laut, pengelola persemaian mangrove, pengolah produk perikanan berkelanjutan, penjaga laut berbasis komunitas,” kata Sidi.

Komunitas IMAN dan SEACREST INDONESIA, misalnya. Mereka memberdayakan kelompok perempuan untuk mengambil peran utama. Tidak cuma menanam dan memanen, kelompok perempuan tersebut juga mengolah rumput laut menjadi produk bernilai jual.

Lebih jauh, mereka juga dilibatkan sebagai penjaga sumber daya laut. Dengan cara ini, perempuan bukan hanya menjadi penopang ekonomi rumah tangga, tetapi juga garda depan konservasi pesisir.

Rantai Nilai yang Menguatkan Komunitas

“Keberhasilan GEF SGP Indonesia Fase 7 ini menunjukkan bahwa, selain menciptakan lapangan kerja, kita juga membangun rantai nilai yang utuh, mulai dari pembibitan dan budidaya, hingga pengolahan, branding, dan pemasaran,” kata Sidi.

Menurut Sidi, pendekatan yang berpusat pada masyarakat ini menjadi cetak biru yang kuat untuk membangun ekonomi yang tidak hanya sejahtera, tetapi juga inklusif dan selaras dengan alam.

Model ini memperlihatkan, keberlanjutan bukan sekadar jargon belaka. Ia tumbuh dari sistem yang inklusif, di mana setiap individu, mulai dari petani, perajin, hingga nelayan, memiliki peran nyata dalam menjaga lingkungan sekaligus memperkuat ekonomi keluarga.

Rantai nilai yang terbangun memastikan masyarakat tetap berdaya, sementara alam tetap terjaga.(*)

Load More