4. Kekhawatiran Mendesak tentang Keselamatan dan Keamanan Anak
Salah satu alasan terkuat adalah risiko keselamatan anak. Mereka berpendapat, jika ada dapur dan distribusi MBG, akan terjadi lalu-lalang kendaraan keluar masuk area sekolah yang berpotensi menyebabkan kecelakaan.
Selain itu, peningkatan aktivitas dan penggunaan fasilitas untuk distribusi dapat memaksa anak-anak keluar dari area aman atau membuat fasilitas internal (seperti kantin) menjadi semakin sempit, sehingga meningkatkan risiko keselamatan dan keamanan.
5. SDIT Al Izzah Sudah Punya Sistem Katering Mandiri
Fakta lain yang mendukung penolakan adalah sistem yang sudah berjalan. Siswa SDIT Al Izzah selama ini sudah memiliki layanan katering sendiri yang disepakati dengan pihak sekolah jauh sebelum program MBG muncul.
Dengan adanya sistem yang sudah mapan dan sesuai dengan standar yang diinginkan wali murid, program baru yang tidak sejalan dengan sistem yang ada dianggap tidak perlu dan justru mengganggu.
Hak Warga Menolak Bantuan dan Perspektif Tepat Sasaran
Dalam kasus ini, muncul pertanyaan mendasar: Apakah warga negara boleh menolak program bantuan dari pemerintah, seperti MBG?
Secara prinsip, setiap warga negara memiliki hak untuk menerima atau menolak bantuan sosial atau program pemerintah, terutama jika bantuan tersebut bersifat sukarela dan bukan kewajiban (seperti vaksinasi wajib dalam kondisi tertentu).
Baca Juga: Ahli UGM Kritik MBG di Sidang MK: Kenapa Bukan Pendidikan Gratis untuk Seluruh Warga hingga Kuliah?
Penolakan ini adalah bagian dari hak kebebasan sipil dan hak untuk menentukan pilihan hidup, selama penolakan tersebut tidak melanggar hukum atau merugikan kepentingan umum yang lebih besar.
Dalam konteks MBG, penolakan wali murid SDIT Al Izzah justru membawa sorotan penting pada isu "Tepat Sasaran" dalam penyaluran bantuan sosial.
Pemerintah Kota Serang pun turun tangan melalui Wali Kota Budi Rustandi yang memimpin audiensi. Wali Kota Serang sendiri mengakui bahwa ia memahami keberatan wali murid karena mayoritas siswa di sekolah tersebut memang bukan dari keluarga tidak mampu.
Pengakuan ini memperkuat argumen wali murid bahwa program MBG, yang bertujuan utama untuk meningkatkan asupan gizi anak dari keluarga kurang mampu, kurang mendesak untuk diimplementasikan di sekolah yang sudah mampu secara finansial.
Kontributor : Rizqi Amalia
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman New Balance untuk Jalan Kaki Jauh
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
Mengapa Fun Run Kini Jadi Senjata Ampuh Tanamkan Empati pada Generasi Muda?
-
7 Tips agar Cepat Tidur di Malam Hari, Terbukti Efektif
-
Ini 4 Zodiak Paling Beruntung Besok 16 November 2025, Berkah Datang Bertubi-tubi
-
Souvenir Nikahan Boiyen Diungkap Tamu, Isinya Cuma Satu dan Cantik Banget
-
Rahasia Kulit Kenyal dan Bercahaya: Perawatan Sehari-hari yang Harus Dicoba
-
Cek Ramalan Shio 16 November 2025, Siapa yang Paling Beruntung Besok?
-
Pekerjaan Prestisius Rully Anggi Akbar, Suami Boiyen Beri Maskawin Bernominal Cantik
-
Contoh Soal TKA Bahasa Indonesia SMA, Lengkap dengan Jawaban
-
Kulit Kering di Usia 50-an? Coba 5 Bedak dengan Formula Melembapkan Ini
-
7 Rekomendasi Lulur di Indomaret untuk Angkat Daki dan Mencerahkan, Murah Meriah Dekat dari Rumah