Lifestyle / Food & Travel
Kamis, 16 Oktober 2025 | 17:28 WIB
Masjid Sunan Ampel. [Pemkot Surabya]

Di jantung sejarah Surabaya, Masjid Ampel dan Makam Ampel menjadi magnet bagi para peziarah dan wisatawan. 

Dilansir dari Javaisbeautiful, Terletak di Ampeldento, Surabaya Utara, masjid ini dibangun oleh Sunan Ampel pada tahun 1421 dan salah satu dari sembilan wali yang menyebarkan Islam di Pulau Jawa, merupakan salah satu masjid terbesar di kota ini.

Masjid ini merupakan yang terbesar di Surabaya dan hingga kini masih termasuk salah satu masjid terbesar di kota tersebut.

Masjid ini memiliki arsitektur yang memukau, menggabungkan gaya Jawa kuno dengan sentuhan Arab. Di dalamnya, terdapat 16 pilar kayu jati yang masih berdiri tegak, memperlihatkan keindahan dan kekuatan desainnya. 

Pilar-pilar masjid terbuat dari kayu jati dengan diameter 60 cm. Masjid ini didirikan untuk menyebarkan Islam di sekitar Surabaya, sehingga lokasinya di bagian utara kota sangat strategis.

Mengingat kedekatannya dengan pelabuhan yang menjadi pintu masuk utama ke Kerajaan Majapahit.

Pengunjung akan disambut oleh lima gerbang yang melambangkan rukun Islam, yang mengajak setiap peziarah untuk merenungkan nilai-nilai iman mereka.

Sunan Ampel, yang juga dikenal sebagai Raden Rahmat, Bong Swie Ho, dan Sayyid Ali Rahmatullah, tiba di Jawa saat berusia 20 tahun. Ibunya adalah seorang pangeran dari Champa. 

bukan hanya seorang penyebar agama, tetapi juga sosok yang dihormati di kalangan masyarakat. Makamnya, yang terletak tidak jauh dari masjid, dikelilingi oleh suasana tenang dan penuh penghormatan. 

Baca Juga: SJM Resorts Memperkenalkan Ragam Pengalaman Wisata Makau di Jakarta

Di masa mudanya, beliau dikenal sebagai sosok yang baik hati, saleh, dan bijaksana, sehingga banyak orang yang simpatik kepadanya, termasuk Raja Majapahit. 

Raja Majapahit kemudian memberikan tanah di Ampeldento (yang sekarang menjadi bagian dari Surabaya) untuk membantu beliau menyebarkan agama Islam.

Atap masjid terdiri dari tiga tingkat, sementara ruangan utamanya berbentuk persegi panjang dan dilengkapi dengan soko guru (pilar utama). Podiumnya dihiasi dengan motif burung garuda, medali, tanaman merambat, serta simbol Surya Majapahit, yang merupakan logo resmi Kerajaan Majapahit.

Gaya dekorasi tidak hanya terkait dengan simbol-simbol Islam, tetapi juga mencerminkan esensi lokal yang berasal dari konsep kosmologi.

Tema burung sering muncul dalam literatur Islam, seperti dalam kisah Sulaiman, dan dalam tradisi Hindu, burung juga menghiasi kuil-kuil, bahkan menjadi kendaraan bagi Dewa Wisnu. 

Dekorasi Surya Majapahit yang menggambarkan matahari menunjukkan bahwa Sunan Ampel menghormati kedaulatan Majapahit.

Load More