-
Permintaan ekspor kulit biawak Indonesia melonjak tajam di pasar global.
-
Ahli memperingatkan risiko ekologis jika perdagangan tak berbasis sains.
-
Biawak memiliki peran penting menjaga keseimbangan ekosistem alami.
Suara.com - Di balik naiknya pamor Indonesia sebagai pengekspor kulit biawak terbesar di dunia, tersembunyi kekhawatiran ekologis yang mulai mencuat.
Lonjakan permintaan internasional untuk kulit reptil ini memang menguntungkan secara ekonomi, tetapi para ahli memperingatkan: tanpa tata kelola berbasis sains, perdagangan ini dapat mengguncang rantai ekologi yang rapuh.
Menurut Prof. Mirza Dikari Kusrini, Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, praktik ekspor harus didasari kajian ilmiah agar populasi biawak tetap terjaga.
“Kuotanya harus berbasis sains, pemasok ekspor harus legal dan memiliki traceability, serta pemburu lokal harus mendapat harga yang adil. Itu menjadi kunci agar perdagangan biawak tetap berkelanjutan,” ujarnya.
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2024 mencatat lebih dari 476 ribu biawak diizinkan untuk diperdagangkan, dengan 468 ribu ekor di antaranya khusus untuk ekspor kulit, angka yang mencerminkan skala industri besar yang tersebar di 18 provinsi.
Meski legal, perdagangan ini berada di bawah pengawasan ketat CITES Appendix II, yang mensyaratkan kuota resmi dan kajian Non-Detriment Findings (NDF) untuk memastikan kelestarian populasi di alam liar.
“Artinya, perdagangan biawak diperbolehkan dengan syarat ada kuota, izin ekspor, dan kajian NDF,” tegas Prof. Mirza. Namun, status biawak air (Varanus salvator) yang kini masih “Least Concern” di daftar IUCN bukan jaminan aman. Tanpa pengawasan ketat, eksploitasi berlebihan dapat mengganggu ekosistem.
Sebagai predator alami dan pemakan bangkai, biawak berperan penting menjaga kebersihan lingkungan dan keseimbangan populasi satwa kecil.
Fakta lain menunjukkan semakin seringnya biawak memasuki kawasan permukiman, akibat menurunnya predator alami dan melimpahnya sumber makanan manusia. “Di beberapa perumahan, biawak bahkan memangsa anak kucing. Fenomena ini pernah kami teliti di kawasan urban,” tambahnya.
Baca Juga: Indonesia-Singapura Godok Task Force untuk Realisasikan Ekspor Listrik dan CCS
Kini, selain untuk kulit, biawak juga diburu karena dagingnya dikonsumsi dan dipercaya sebagai bahan obat tradisional.
Di beberapa daerah seperti Jawa Barat, pemburu biawak bahkan membentuk kelompok sendiri menggunakan anjing pelacak. Di tengah tingginya permintaan global, keseimbangan antara ekonomi dan konservasi kini menjadi ujian besar bagi Indonesia.
Penulis: Muhammad Ryan Sabiti
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Seharga NMax yang Jarang Rewel
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
Pilihan
-
Dana Korupsi Rp13 T Dialokasikan untuk Beasiswa, Purbaya: Disalurkan Tahun Depan
-
Kebijakan Sri Mulyani Kandas di Tangan Purbaya: Pajak Pedagang Online Ditunda
-
Harga Emas Hari Ini Turun Lagi! Antam di Pegadaian Jadi Rp 2.657.000, UBS Stabil
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
Terkini
-
5 Sunscreen Waterproof untuk Atasi Flek Hitam dan Bikin Kulit Cerah
-
5 Sunscreen Azarine untuk Flek Hitam Usia 40 Tahun ke Atas, Mulai Rp30 Ribuan
-
Kolaborasi Tiga Pemimpin Visioner, Bantu Startup Indonesia Naik Kelas
-
Berapa Gaji Ainul Yakin sebagai Komisaris PT Transjakarta? Disorot usai Demo Trans7
-
5 Zodiak yang Cocok dengan Sagitarius, Siapa yang Bisa Mengimbangi Jiwa Petualang Ini?
-
Cara Beli Foto di FotoYu, Ini Tips untuk Temukan Wajahmu dengan Mudah
-
Berapa Gaji Pesulap Merah? Tantang Alumni Lirboyo Buktikan Santet, Siap Kasih Rumah Cash
-
Siapa Dean Fujioka? Resmi Cerai dengan Putri Bos Sido Muncul Vanina Amalia Hidayat
-
Tren Baru Tanggung Jawab Sosial: Saat Perusahaan Tak Lagi Sekadar Donasi, tapi Ubah Perilaku
-
AC Bocor saat Musim Hujan? Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya