Lifestyle / Komunitas
Senin, 27 Oktober 2025 | 12:00 WIB
Ilustrasi gen Z (Pexels/cottonbro studio)

Mengapa Gen Z Perlu Diberi Prioritas
Santi menambahkan, bahwa literasi digital bagi masyarakat, khususnya pada Generasi Z (Gen Z), sangat diperlukan karena pada dasarnya seluruh anggota masyarakat membutuhkan kemampuan literasi digital.

Survei Penetrasi Internet APJII 2024 mencatat Gen Z (lahir 1997–2012) merupakan kelompok pengguna internet terbesar di Indonesia, menyumbang sekitar 34,4% dari total pengguna internet.

"Mengingat perangkat digital sudah menjadi keseharian masyarakat, dan masyarakat sendiri sudah mulai bertransformasi menjadi masyarakat digital," imbuhnya.

Khusus bagi Gen Z, kemampuan literasi digital menjadi hal yang mendesak karena merekalah yang akan menjadi generasi penerus bangsa. Selain itu, Gen Z merupakan pengguna terbesar media digital saat ini. Tanpa dibekali literasi digital, mereka berisiko salah memanfaatkan informasi yang diterima dan mengalami berbagai masalah.

"Dunia Gen Z didominasi oleh dunia digital. Tanpa literasi digital yang memadai, mereka bisa terjebak pada perilaku yang berisiko, seperti cyberbullying, pelanggaran privasi, penipuan, dan lain-lain," kata Santi.

Dampak Hoaks bagi Masyarakat
Hoaks, kata dia, juga mempengaruhi kesehatan mental. Bagaimana hoaks membuat orang tidak nyaman, merasa tidak aman, tidak bisa hidup dengan tenang, hidup dalam suasana paranoia, dan akhirnya mempengaruhi pertimbangan orang secara sehat dan rasional saat harus mengambil keputusan penting.

"Dari segi hubungan interpersonal, kepercayaan pada informasi dibangun oleh trust atau kepercayaan pada tokoh-tokoh yang dianggap sebagai panutan," ucapnya.

"Bukan pada kualitas informasinya. Maka, sangat mudah opini di tengah publik diprovokasi, diputarbalikkan, di-framing, disesatkan (misleading), untuk mencapai maksud-maksud tertentu. Hal inilah yang membuat orang percaya pada hoaks karena percaya pada sumber informasinya yang menurutnya selalu benar," lanjut Santi.

“Sedemikian parahnya hoaks, sehingga saya mengategorikannya bukan sekadar masalah literasi digital, atau ketertinggalan teknologi (digital), tetapi masalah peradaban yang membutuhkan kolaborasi multi-stakeholder untuk mengatasinya,” tutup Santi. ***

Baca Juga: Suara.com dan Yoursay Gandeng Bank Jago Ajak Guru Jadi Garda Literasi Digital dan Finansial

Load More