Lifestyle / Komunitas
Jum'at, 07 November 2025 | 14:25 WIB
Ilustrasi pejalan kaki, kota 10 menit. (unsplash.com/Ernest Ojeh)
Baca 10 detik
  • Konsep kota 10 menit makin populer, menawarkan solusi atas masalah perkotaan. 
  • Tujuannya, semua kebutuhan warga terjangkau dalam 10 menit dengan berjalan kaki/sepeda.

Suara.com - Macet yang panjang, waktu tempuh yang melelahkan, dan keterpisahan antara tempat tinggal dan tempat kerja sudah menjadi cerita sehari-hari bagi banyak warga kota besar di Indonesia. Di tengah tekanan itu, muncullah sebuah gagasan baru yang sederhana tapi revolusioner: kota yang semua kebutuhannya bisa dijangkau hanya dalam waktu sepuluh menit.

Disebut 10-minute city, konsep ini bukan hanya tentang jarak, melainkan tentang kualitas hidup. Dunia sudah mulai mengadopsinya, dari Paris hingga Melbourne, dengan tujuan untuk menciptakan kota yang lebih sehat, ramah lingkungan, dan efisien.

Berikut adalah beberapa gagasan utama di balik konsep “kota 10 menit” yang kini mulai dilirik di Indonesia.

1. Semua Jadi Dekat, Semua Jadi Terhubung

Inti dari 10-minute city adalah kedekatan. Warga bisa dengan mudah berjalan kaki atau bersepeda untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka mulai dari belanja, bekerja, sekolah, hingga rekreasi, tanpa harus bergantung pada kendaraan bermotor.

Penelitian menyebut bahwa desain semacam ini bisa membantu menekan emisi, memperbaiki kualitas udara, dan memperkuat interaksi sosial di antara warga.

2. Ruang Publik Jadi 'Jantung' Kehidupan

Dalam konsep ini, taman, area pejalan kaki, dan ruang-ruang komunal bukan lagi sekadar pelengkap, tapi sudah menjadi pusat dari kehidupan sehari-hari.

Kota dibangun agar warganya bisa lebih banyak beraktivitas di luar ruangan tanpa hambatan, sekaligus menumbuhkan rasa memiliki terhadap lingkungan mereka.

Baca Juga: Mau Kualitas Hidup Lebih Baik? Ini 7 Alasan Pindah ke Perumahan Modern

3. Mobil Pribadi Bukan Lagi Raja Jalanan

10-minute city dirancang untuk mengurangi ketergantungan pada mobil pribadi. Jalur sepeda dan trotoar yang nyaman menjadi prioritas, sementara transportasi umum diperkuat sebagai penghubung antar kawasan.

Menurut C40 Cities Green and Just Recovery Agenda, pendekatan ini bisa mendukung transisi menuju kota yang rendah karbon sekaligus meningkatkan kesehatan warganya.

4. Rumah, Kantor, dan Mal Jadi Satu Kawasan

Berbeda dari tata kota konvensional yang memisahkan antara hunian, perkantoran, dan area komersial, konsep 10 menit ini menekankan adanya integrasi. Kawasan hunian berada berdekatan dengan pusat belanja, kuliner, dan area kerja. Dengan begitu, kota tidak hanya menjadi efisien dari sisi transportasi, tapi juga bisa memperkuat kehidupan sosial antarwarga.

Gagasan tentang 10-minute city kini mulai mendapat bentuk yang nyata di Indonesia, salah satunya melalui proyek terpadu Pasadena Central District di Paramount Gading Serpong, Tangerang. Kawasan seluas 40 hektar ini dirancang dengan prinsip “10 Minutes City Living”, di mana seluruh kebutuhan sehari-hari dapat dijangkau dalam waktu yang sangat singkat.

Load More