- International Sustainable Rice Forum (ISRF) 2025 di Jakarta Utara membahas mobilisasi pasar dan pembiayaan untuk mempercepat keberlanjutan beras global.
- Alan Johnson (IFC) menyoroti adopsi praktik berkelanjutan sangat rendah, hanya 5-6% beras dunia yang dikategorikan berkelanjutan saat ini.
- Para panelis sepakat bahwa insentif berkelanjutan harus berupa pengurangan biaya dan jaminan pasar, bukan hanya mengandalkan premi harga bagi petani.
Kemudian, Senthilkumar Kalimuthu dari Africa Rice, lembaga penelitian di 28 negara Afrika, memaparkan signifikansi beras di benua tersebut. Sekitar 40 persen dari 48 juta ton beras yang dikonsumsi masih diimpor. Kondisi ini menelan biaya sekitar USD 8,2 miliar per tahun atau setara dengan Rp 137 triliun.
Kalimuthu menegaskan beras berkelanjutan adalah prioritas besar. Pasalnya, Afrika dapat melewatkan langkah-langkah yang kurang efisien yang dilalui Asia. Mereka langsung mengadopsi teknologi berkelanjutan. Nah, tantangan utama di Afrika adalah rantai nilai yang terputus, infrastruktur terbatas, dan kurangnya investasi.
Nizami dari Helvetas menyampaikan pandangan soal premi harga. Dalam jangka pendek, premi harga memang mendorong motivasi dan keuntungan segera bagi petani. Tapi, imbuh dia, kondisi ini bisa menimbulkan masalah keberlanjutan dan kepercayaan jika premi tersebut dihapus atau berfluktuasi.
Dia berargumen insentif yang lebih berkelanjutan adalah pengurangan biaya produksi (melalui praktik seperti Alternative Wetting and Drying/AWD), peningkatan layanan ekstensi pertanian, dan jaminan pasar. Intinya adalah membangun kasus bisnis untuk keberlanjutan.
Transisi keberlanjutan beras memerlukan kemitraan multi-pemangku kepentingan yang bekerja secara koheren untuk mengatasi risiko, memperkuat sistem standar, dan paling penting, menjadikan pertanian berkelanjutan sebagai keputusan bisnis yang menguntungkan bagi petani.
Kemitraan publik-swasta dan pendekatan holistik adalah kunci untuk membawa beras berkelanjutan dari ceruk pasar menjadi "normal baru" dalam produksi beras global.
Berita Terkait
-
ISRF 2025 Dorong Transisi Padi Rendah Emisi Lewat Kemitraan Global
-
Usut Korupsi Bansos Beras, KPK Periksa Sejumlah Pendamping PKH di Jawa Tengah
-
Satgas Pangan Cek 61 Titik, Temukan Satu Pedagang di Jakarta Jual Beras di Atas HET
-
4 Milky Toner dengan Ekstrak Beras, Rahasia Wajah Auto Cerah dan Kenyal!
-
Promo Superindo Hari Ini 30 Oktober 2025: Diskon Minyak Goreng hingga Popok Bayi
Terpopuler
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 7 Bedak Padat yang Awet untuk Kondangan, Berkeringat Tetap Flawless
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Rekomendasi Tablet dengan Slot SIM Card, Cocok untuk Pekerja Remote
- 7 Rekomendasi HP Murah Memori Besar dan Kamera Bagus untuk Orang Tua, Harga 1 Jutaan
Pilihan
-
Permintaan Pertamax Turbo Meningkat, Pertamina Lakukan Impor
-
Pertemuan Mendadak Jusuf Kalla dan Andi Sudirman di Tengah Memanasnya Konflik Lahan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
Terkini
-
5 Promo Sneakers di Foot Locker, Sepatu Nike Cuma Rp400 Ribuan
-
5 Cara Agar Skincare Terserap Maksimal dan Kulit Tetap Lembap
-
ISRF 2025 Dorong Transisi Padi Rendah Emisi Lewat Kemitraan Global
-
Wajib Tahu! Cara Sederhana Ciptakan Ruangan Mindful dengan Aroma Baru yang Bikin Nagih
-
7 Parfum Unisex Lokal Aroma Sabun yang Bisa Dipakai Bersama Pasangan
-
Teras Main Indonesia, Ruang Belajar Nilai Pancasila Lewat Permainan Tradisional
-
5 Bedak Padat dengan SPF Mulai Rp20 Ribuan, Bikin Kulit Tetap Cerah dan Terlindungi
-
Bye-Bye Kulit Sensitif! Rahasia Skincare Menenangkan yang Bikin Kulit Bernapas Lega
-
5 Body Lotion SPF Tinggi untuk Pria: Tidak Lengket, Cocok Buat Aktivitas Outdoor
-
5 Bedak Padat untuk Kulit Berminyak Usia 40 Tahun ke Atas, Ampuh Samarkan Garis Halus