Suara.com - Mantan Menteri Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Rizal Ramli, mengatakan Presiden Indonesia ke depan harus mampu menciptakan lapangan kerja sebanyak-banyaknya agar rakyat memiliki penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup. Banyaknya jumlah pengangguran, kata Rizal, adalah penyebab 80 persen masyarakat Indonesia belum menikmati arti kemerdekaan yang sebenarnya.
“Pemerintah selalu mengklaim pengangguran kita hanya 6 persen. Apa benar begitu? Apa parameter yang digunakan untuk mengukur sehingga angka 6 persen itu muncul? Amerika saja penganggurannya 8 persen. Eropa 20 persen. Bahkan Italia dan Yunani sampai 25 persen. Kalau digunakan standar international, bahwa hanya mereka yang bekerja minimal 35 jam seminggu saja yang disebut bekerja, maka angka pengangguran Indonesia mencapai 30 persen,” kata Rizal saat memberi Orasi Ilmiah bertema “Prospek Ekonomi Indonesia Masa Depan” di kampus Yayasan Pendidikan al Ma'soem, Rancaekek, Bandung, dalam pernyataan pers.
Untuk bisa menyerap pengangguran sebanyak-banyaknya, kata Rizal, Indonesia harus mampu tumbuh dua digit sedikitnya selama 10 tahun. Inilah yang dilakukan China yang tumbuh 12-14 persen selama 12 tahun, Jepang 10 persen, dan sejumlah negara maju lainnya. Dengan hanya mengandalkan pertumbuhan ekonomi 5-6 persen, dipastikan Indonesia tidak akan mampu mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju.
Rizal menambahkan dalam ekonomi makro, tiap 1 persen pertumbuhan ekonomi akan menyerap 400.000 tenaga kerja baru. Jika hanya tumbuh 6 persen, maka tenaga kerja yang terserap hanya 2,4 juta. Padahal, saat ini pertumbuhan pengangguran baru sekitar 2 juta setiap tahun.
“Sudah saatnya kita tidak bangga dengan pertumbuhan 6 persen. Apalagi pertumbuhan itu ditopang dua faktor eksternal, yaitu harga booming komoditas dan masuknya uang panas di pasar finansial. Begitu harga komoditas terkoreksi, dan uang panas berbalik ke negaranya masing-masing, maka kita mengalami empat defisit sekaligus. Yaitu defisit transaksi pembayaran, defisit neraca transaksi berjalan, defisit neraca perdagangan, dan defisit APBN karena jebloknya penerimaan pajak. Ekonomi kita langsung memasuki ‘lampu kuning’,” kata Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia ini.
Menurut dia, kalau Indonesia mau menjadi negara maju dan rakyatnya sejahtera, pemimpinnya harus canggih. Pemimpin yang memiliki visi, karakter, dan kompetensi memecahkan masalah, bukan justru pemimpin yang menjadi bagian dari masalah. Hanya pemimpin yang mau bekerja dengan seluruh hati dan jiwanya yang bisa membawa Indonesia menjadi lebih baik di masa depan. Indonesia yang berdaulat dan dihormati bangsa-bangsa lain.
“Indonesia punya semua persyaratan untuk maju dan digdaya. Kalau 80 persen rakyat kita belum menikmati arti kemerdekaan yang sesungguhnya, itu karena pemerintah dan sistem yang diterapkan tidak memihak rakyat. Bahkan kebijakan yang dihasilkan justru menciptakan kemiskinan struktural. Apakah kita harus mendiamkan saja pemerintah yang seperti ini?” katanya.
Tag
Berita Terkait
-
Rizal Ramli Wafat, Luhut: Saya Bersaksi Engkau Adalah Orang yang Hebat
-
Prosesi Pemakaman Rizal Ramli di TPU Jeruk Purut
-
Melayat ke Rumah Duka, Anies Kenang Rizal Ramli sebagai Sosok Pejuang
-
Prabowo Kenang Sosok Rizal Ramli: Beliau Sahabat Saya, Intelektual yang Idealis
-
Prabowo Melayat ke Rumah Rizal Ramli dan Silaturahmi dengan Keluarga Almarhum
Terpopuler
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- 5 Mobil Sedan Bekas yang Jarang Rewel untuk Orang Tua
- 5 Sepatu Lari Hoka Diskon 50% di Sports Station, Akhir Tahun Makin Hemat
- 5 Rekomendasi Sepatu Lokal Senyaman Skechers Buat Jalan-Jalan, Cocok Buat Traveling dan Harian
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
Pilihan
Terkini
-
Bertahan di Tengah Bencana: Apa yang Bisa Dimakan dari Jadup Rp 10 Ribu Sehari?
-
Hampir Sebulan Pasca Banjir Bandang, Aceh Tamiang Masih Berkubang Lumpur dan Menahan Lapar
-
Sikap PKB Usai Kiai Ma'ruf Amin Pilih Jalan Uzlah
-
Dari Masa ke Masa UMP DKI Jakarta Dalam 9 Tahun Terakhir
-
Rencana Nominal Kenaikan Jadup Korban Bencana Masih Tunggu Arahan Presiden
-
Punya Kafe di Bandung hingga Korsel Tapi Tak Masuk LHKPN, Ridwan Kamil Bakal Diperiksa KPK Lagi
-
Jampidsus Tegaskan Ada Keterlibatan Riza Chalid Dalam Dugaan Kasus Korupsi Petral
-
Buntut Kasus Perundungan Disabilitas, Anggota Komisi X Desak Bahasa Isyarat Masuk Kurikulum Nasional
-
SBY: Penanganan Bencana Tidak Segampang yang Dibayangkan, Perlu Master Plan yang Utuh
-
Ketuk Hati Kepala Daerah, Mendagri Tito: Bantu Saudara Kita di Sumatera yang Kena Bencana