Suara.com - Nasib Satinah, TKI asal Jawa Tengah yang terancam hukuman gantung di Arab Saudi mendapat perhatian sejumlah mantan TKI di Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan. Mereka berharap Satinah bisa dibebaskan dari hukuman gantung.
"Kami ibarat senasib seperjuangan, apalagi sebagai orang yang pernah menjadi TKI. Kami berharap Satinah bisa dibebaskan dari hukuman," ujar Ernawati yang tinggal di Desa Kelampayan Ulu, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Sabtu (29/3/2014).
Dia mengaku sedih dan prihatin atas nasib Satinah yang dituduh membunuh majikannya. Menurut dia, tipikal orang Arab memang keras, terutama ucapannya sehingga jika pekerja rumah tangga tidak sabar bisa saja terpancing emosi dan melakukan perbuatan di luar kesadaran.
"Bahkan saya bisa setiap hari dimarahi dengan nada bicara tinggi, tetapi marahnya hanya sebentar, setelah itu baik lagi seolah-olah tidak terjadi apa-apa," ucap perempuan berusia 30 tahun itu.
Pernyataan senada disampaikan mantan TKI lainnya, Jum'ah. Dia meminta pemerintah berjuang keras membebaskan Satinah dari ancaman hukuman gantung sehingga bisa kembali berkumpul dengan keluarganya di tanah air.
"Harapan saya, negara membela dengan sekuat tenaga, bahkan jika diminta bayar tebusan atau diyat harus bisa diperjuangkan agar dia terbebas dari hukuman gantung," harap Jum'ah.
Sementara mantan TKI Nurhayah dan Faridah berharap Satinah yang tengah menunggu eksekusi hukuman gantung bisa dibebaskan melalui pembayaran uang diyat.
"Jumlah uang diyat yang diminta memang besar. Tetapi pemerintah hendaknya bisa membebaskan karena dia sebagai warga negara sehingga berhak nasibnya diperjuangkan negara," ucap Nurhayah.
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP3TKI) Gatot Abdullah Mansyur optimistis Satinah bisa dibebaskan dari hukuman gantung.
"Kami optimistis 90 persen Satinah dibebaskan dan pemerintah sudah mengupayakan langkah-langkah untuk membebaskan dia," ujar Gatot di Desa Kelampayan Ulu Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Jumat (28/3/2014). (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Menjelajahi Jantung Maluku: "Buru Expedition" Wanadri Ungkap Kekayaan Tersembunyi Pulau Buru
-
Polemik Ijazah Gibran Tak Substansial tapi Jadi Gaduh Politik
-
Klarifikasi Ijazah Gibran Penting agar Tidak Ulangi Kasus Jokowi
-
Menkeu Purbaya Ultimatum ke Pengelolaan Program Makan Gratis: Nggak Jalan, Kita Ambil Duitnya!
-
Eks Kapolri Tegaskan Polri di Bawah Presiden: Perspektif Historis dan Konstitusional
-
J Trust Bank Desak Crowde Lebih Kooperatif dan Selesaikan Kewajiban
-
KPK: Penyidikan Korupsi Haji Tidak Mengarah ke PBNU
-
Ancol Rencanakan Reklamasi 65 Hektare, Pastikan Tak Gunakan Dana APBD
-
Dirut PAM Jaya Jamin Investor Tak Bisa Paksa Naikkan Tarif Air Pasca-IPO
-
Wacana 'Go Public' PAM Jaya Bikin DPRD DKI Terbelah, Basri Baco: Ini Dinamika, Normal