Suara.com - Dua perangkat Angkatan Laut Amerika Serikat diikutsertakan dalam pencarian pesawat Malaysia Airlines (MAS) MH370 di Samudera Hindia. Namun, tetap saja, pencarian masih merupakan hal yang sulit untuk dilakukan lantaran luasnya zona pencarian dan terbatasnya kecepatan jelajah kedua alat tersebut.
Alat pertama bernama towed pinger locator (TPL-25). Alat ini ditarik oleh kapal dengan menggunakan kabel. TPL-25 melayang di dalam air dengan jarak 300 meter dari dasar laut. TPL-25 ini mampu mendeteksi sinyal kotak hitam dalam radius 1,6 kilometer dan hingga kedalaman 6 kilometer.
Sementara itu, satu alat lainnya adalah kapal selam tanpa awak Bluefin-21. Kapal selam tanpa awak itu memiliki panjang 4,8 meter dan berdiameter 50 sentimeter. Bluefin-21 bisa menyelam hingga 4 kilometer di bawah permukaan laut. Alat ini memiliki teknologi sonar dan kamera untuk melihat target di depannya.
Namun yang menjadi masalah, ketika menarik TPL-25, kapal hanya bisa bergerak dengan kecepatan 4 hingga 8 kilometer per jam untuk menyisir lokasi seluas 388 kilometer persegi dalam sehari. Bluefin-21 pun hanya mampu melaju dengan kecepatan 8 kilometer per jam. Dalam seharinya, alat ini hanya mampu menyisir area seluas 103 kilometer persegi.
"Mereka sangat lambat, dengan cakupan wilayah yang terbatas pula," kata Alan Diehl, seorang mantan penyidik pada Dewan Keselamatan Transportasi Nasional.
Hal senada juga diungkap juru bicara Pentagon Letnal Kolonel Laut Jeff Pool. Menurut Pool, kedua alat tersebut bekerja optimal di wilayah yang relatif sempit. Mereka bekerja secara tandem. TPL-25 mendeteksi target, sementara Bluefin-21 memetakan dasar laut.
Meski demikian, kedua alat itu punya reputasi cukup baik. TPL pernah membantu mencari pesawat Marine AV-8B Harrier yang jatuh di Teluk Oman pada tahun 2011. Sementara Bluefin-21 membantu pencarian pesawat F-15 Angkatan Udara Amerika Serikat di lepas pantai Jepang.
Terlepas dari segala keterbatasannya, kedua alat itu mau tidak mau menjadi senjata terakhir untuk menemukan kotak hitam MH370. Apalagi, baterai yang membuat kotak hitam memancarkan sinyal akan habis dalam hitungan hari. (USA Today)
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 7 Mobil Bekas Keluarga 3 Baris Rp50 Jutaan Paling Dicari, Terbaik Sepanjang Masa
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- 5 Sepatu Running Lokal Selevel Asics Original, Kualitas Juara Harga Aman di Dompet
- 7 HP Samsung Seri A Turun Harga hingga Rp 1 Jutaan, Mana yang Paling Worth It?
Pilihan
-
Jadwal dan Link Streaming Nonton Rizky Ridho Bakal Raih Puskas Award 2025 Malam Ini
-
5 HP RAM 6 GB Paling Murah untuk Multitasking Lancar bagi Pengguna Umum
-
Viral Atlet Indonesia Lagi Hamil 4 Bulan Tetap Bertanding di SEA Games 2025, Eh Dapat Emas
-
6 HP Snapdragon RAM 8 GB Termurah: Terbaik untuk Daily Driver Gaming dan Multitasking
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
Terkini
-
Peradilan Militer Dinilai Tidak Adil, Keluarga Korban Kekerasan Anggota TNI Gugat UU ke MK
-
Ria Ricis dan Selebriti Pandu Shopee Live Superstar, Jumlah Produk Terjual Naik Hingga 16 Kali
-
5 Kali Sufmi Dasco Pasang Badan Bela Rakyat Kecil di Tahun 2025
-
Kelola Sendiri Sampah MBG, SPPG Mutiara Keraton Solo di Bogor Klaim Untung hingga 1.000 Persen
-
Di Hadapan Kepala Daerah, Prabowo Ingin Kelapa Sawit Jamah Tanah Papua, Apa Alasannya?
-
Komnas Perempuan: Situasi HAM di Papua Bukan Membaik, Justru Makin Memburuk
-
Jaksa Agung: KUHP-KUHAP Baru Akan Ubah Wajah Hukum dari Warisan Kolonial
-
15 WN China Serang TNI di Area Tambang Emas Ketapang: 5 Fakta dan Kondisi Terkini
-
LBH: Operasi Militer di Papua Ilegal dan Terstruktur Sistematis Sejak 1961
-
YLBHI: Kekuasan Polri di Ranah Sipil Mirip ABRI Zaman Orde Baru