Suara.com - Para peretas Iran berhasil memanfaatkan Facebook untuk memata-matai para elit militer dan politik di Amerika Serikat, Israel, dan Arab Saudi, demikian dikatakan sebuah perusahaan intelijen siber, Kamis (29/5/2014).
ISight Partners, nama perusahaan yang mengungkap aksi itu, mengatakan para peretas Iran itu menyasar seorang jenderal bintang empat di angkatan laut AS, anggota legislatif dan duta besar AS, anggota lobi Yahudi di AS, dan para elit militer Inggris, Arab Saudi, Suriah, Irak, dan Afghanistan.
Perusahaan yang berpusat di Dallas, Texas, AS itu menolak menyebut nama para korban dan mengaku tidak bisa memastikan informasi sensitif apa saja yang sudah dicuri dari mereka. Operasi mata-mata itu sudah berlangsung lebih dari tiga tahun.
"Jika aksi itu sudah berlangsung lama, jelas mereka sudah berhasil," kata Wakil Presiden Eksekutif iSight, Tiffany Jones.
Cara kerja para peretas Iran itu cukup sederhana. Mereka awalnya menciptakan enam profil tokoh yang seolah-olah bekerja untuk sebuah situs berita palsu bernama NewsOnAir.org. Juga diciptakan delapan persona lain, yang dikesankan bekerja sebagai kontraktor pertahanan dan lembaga terkait lainnya.
Para peretas lalu membuat akun palsu di Facebook dan media sosial lainnya untuk 14 tokoh fiksi tadi. Setelah itu mereka berupaya untuk berteman denga target-target yang disasar di media-media online tadi.
Sebelum mendekati target, para peretas Iran itu biasanya membangun hubungan dengan teman-teman, rekan sealmamater, atau keluarganya agar lebih mudah dipercaya.
Operasi itu mulai aktif sejak 2011 dan menurut iSight adalah operasi spionase online menggunakan media sosial yang paling luas dan mendetail yang pernah dibongkar.
Hanya dengan 14 persona palsu, para agen-agen intelijen Iran itu bisa berhubungan dengan 2000 orang.
"Operasi ini tidak besar. Sangat tersembunyi dan perlahan. Mereka tidak ingin terpantau. Mereka terus berada di bawah radar," kata Jones.
Juru bicara Facebook, Jay Nancarrow, mengakui bahwa perusahaannya sudah mengindentifikasi kelompok peretas Iran itu.
"Kami menghapus semua akun yang berhubungan dengan organisasi NewsOnAir.org," kata Nancarrow.
Sementara LinkedIn, lewat juru bicaranya Doug Madey, mengatakan sedang menyelidiki laporan itu. Adapun Twitter dan Google belum memberikan komentar terkait kasus tersebut. (Reuters)
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
Semua Agama Dapat Porsi, Menag Nazaruddin Umar: Libur Nasional 2026 Sudah Adil
-
Presiden Prabowo 'Ketok Palu!' IKN Resmi Jadi Ibu Kota Politik 2028 Lewat Perpres Baru
-
Penggugat Ijazah Gibran Bantah Bagian dari Musuh Keluarga Jokowi: Saya Tidak Sedang Mencari Musuh!
-
Rekam Jejak Wahyudin Anggota DPRD Gorontalo, Narkoba hingga Video Rampok Uang Negara
-
Bongkar Gurita Korupsi Pertamina, Kejagung Periksa Jaringan Lintas Lembaga
-
Guntur Romli Murka, Politikus PDIP 'Rampok Uang Negara' Terancam Sanksi Berat: Sudah Masuk Evaluasi!
-
Dasco: UU Anti-Flexing Bukan Sekadar Aturan, tapi Soal Kesadaran Moral Pejabat
-
Harta Kekayaan Minus Wahyudin Moridu di LHKPN, Anggota DPRD Ngaku Mau Rampok Uang Negara
-
Dapat Kesempatan Berpidato di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo Bakal Terbang ke New York?
-
SPBU Swasta Wajib Beli BBM ke Pertamina, DPR Sebut Logikanya 'Nasi Goreng'