Suara.com - Seorang pimpinan DPR dari kubu KMP, Agus Hermanto, mengisyaratkan adanya titik temu dalam polemik perebutan kursi pimpinan Alat Kelengkapan Dewan (AKD) yang memicu terjadinya dualisme parlemen yang mengemuka ke publik.
"Ini sama dengan yang terjadi pada 2004, di mana kondisinya sama seperti ini. Demokrat saat itu tidak mendapat jabatan pada pemilihan paket pimpinan karena posisinya kalah waktu itu," sebut Wakil Ketua DPR Agus Hermanto di Jakarta, Jumat (31/10/2014).
Menurut politisi Partai Demokrat itu, segala sesuatu bisa diubah karena pada dasarnya aturan pada tata tertib (tatib) dapat diubah, tentunya melalui koordinasi dengan seluruh fraksi yang ada.
"Saat itu kami mengambil jalan legal formal. Kami menjalani beberapa minggu dan beberapa bulan, selanjutnya terus berkoordinasi dengan seluruh fraksi. Alhamdulillah saat itu tatib diubah dan saya masuk unsur pimpinan," paparnya.
Saat ditanya apakah pengalaman itu dapat diwujudkan dalam kondisi seperti sekarang ini, kata dia, jelas bisa asalkan legal formalnya jelas dan aturannya sepakat diubah.
Ia menyatakan saat Pemilu 2004 Fraksi Demokrat DPR yang kalah pada saat itu terus bergerak melakukan koordinasi termasuk minta perubahan tatib dan Undang-undang MPR, DPR, DPRD, DPD atau MD3.
"Jadi sebenarnya hal seperti ini pernah terjadi, intinya adalah koordinasi dan semua bisa terselesaikan dengan baik, jangan seperti yang terjadi saat ini," tandasnya.
Kendati dengan adanya keinginan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) untuk bekerja sama bahkan berkordinasi dengan Koalisi Merah Putih (KMP), tutur dia, itu jelas bisa dilakukan karena jalannya ada.
"Kalau ada pembicaraaan, dan koordinasinya bagus maka itu dapat diselesaikan dengan baik. Ini sama persis terjadi pada 2004, yang jadi bisa diselesaikan," ulasnya.
Sebelumnya, dalam pemilihan unsur pimpinan DPR dan pimpinan AKD KMP menyapu bersih unsur pimpinan mulai dari ketua komisi, badan anggaran dan lainnya.
Sementara KIH tidak mendapat jatah pimpinan satupun karena memilih tidak ikut rapat pemilihan AKD tersebut. Atas kekecewaan itu mereka menolak hasil tersebut dengan mosi tidak percaya bahkan membentuk pimpinan parlemen sendiri.
Tag
Terpopuler
- 4 Mobil Bekas dengan Sunroof Mulai 30 Jutaan, Kabin Luas Nyaman buat Keluarga
- 6 Mobil Bekas untuk Pemula atau Pasangan Muda, Praktis dan Serba Hemat
- Sulit Dibantah, Beredar Foto Diduga Ridwan Kamil dan Aura Kasih Liburan ke Eropa
- 5 Mobil Bekas 3 Baris 50 Jutaan dengan Suspensi Empuk, Nyaman Bawa Keluarga
- 5 Motor Jadul Bermesin Awet, Harga Murah Mulai 1 Jutaan: Super Irit Bensin, Idola Penggemar Retro
Pilihan
-
Bencana Sumatera 2025 Tekan Ekonomi Nasional, Biaya Pemulihan Melonjak Puluhan Triliun Rupiah
-
John Herdman Dikontrak PSSI 4 Tahun
-
Bukan Sekadar Tenda: Menanti Ruang Aman bagi Perempuan di Pengungsian
-
4 Rekomendasi HP Xiaomi Murah, RAM Besar Memori Jumbo untuk Pengguna Aktif
-
Cek di Sini Jadwal Lengkap Pengumuman BI-Rate Tahun 2026
Terkini
-
Bangunan Parkir 2 Lantai Runtuh di Koja, Polisi Turun Tangan Selidiki
-
TNI Bubarkan Aksi Bawa Bendera GAM di Aceh, Satu Orang Terciduk Bawa Pistol dan Rencong
-
Bukan Cuma Lokal, Turis Eropa Serbu Kota Tua Jakarta Saat Natal: Ternyata Ini yang Mereka Cari
-
Pratikno: Januari 2026, Siswa Terdampak Bencana Sumatra Dipastikan Kembali Sekolah
-
Pemerintah Cabut Izin Jutaan Hektare Sawit dan Segel 5 Perusahaan Tambang
-
RI Tak Main-main! Bintang Porno Bonnie Blue Diadukan ke Inggris Usai Lecehkan Bendera Merah Putih
-
Pesan Mendagri ke Daerah Kaya: Jangan Simpan Anggaran, Bantu Korban Bencana
-
Prabowo: Pemerintah Tak Libur, Fokus Pulihkan Aceh dan Sumatra
-
Geger Video Bom di Bandara Batam, Kapolda Kepri: Hoaks! Pelaku Sedang Kami Kejar
-
Kejar Target Akhir Tahun, Seskab Teddy dan BP BUMN Percepat Pembangunan 15.000 Rumah Pascabencana